Sehari di Kuala Lumpur, Enaknya Kemana Aja, Ya?

http://liza-fathia.com/wp-content/uploads/2018/09/wp-1536811060112..jpg
<br/

Hanya memiliki waktu sehari di Kuala Lumpur tidaklah menjadi halangan bagi siapa saja yang ingin menikmati keindahan ibu kota negara Malaysia ini. Kuala Lumpur memiliki banyak sekali destinasi wisata yang jarak antara satu objek dengan objek lainnya saling berdekatan. Tidak hanya itu, transportasi publik yang bisa kita tumpangi untuk tiba ke sana juga banyak, murah, dan jadwalnya jelas.


jalan-jalan ke kuala lumpur

Hari Selasa kemarin, saya dan Bang Thoenis berangkat dari Banda Aceh menuju Manila, Filipina. Namun, kami harus transit dulu sehari di Kuala Lumpur karena baru keesokan harinya terbang lagi ke Manila. Pukul 11 siang waktu Kuala Lumpur, pesawat Air Asia yang kami tumpangi mendarat dengan mulus di Bandara KLIA 2. Setelah menyelesaikan berbagai keperluan di bagian imigrasi, kami pun mengambil bagasi, dan menarik sejumlah uang di mesin ATM yang berlogo ATM Bersama.


Saat melakukan transaksi di ATM Bandara tersebut, kami membutuhkan waktu lumayan lama. Pasalnya, kartu ATM BNI saya tidak bisa menarik uang di mesin tersebut. Setiap kali melakukan transaksi statusnya rejected. Padahal kartu ATM saya berlogo master card. Syukurnya, Bang Thoenis membawa kartu ATM Mandiri dan sebentar saja sejumlah uang Ringgit keluar dari mesin tersebut.
Berhubung perut mulai keroncongan, kami pun mencari makanan di food court yang terletak di lantai 3 bandara. Biar lebih hemat, sebelumnya kami memutuskan untuk membeli air mineral di mini market yang bertebaran di setiap sudut bandara. Kami memilih dua botol air mineral ukuran 1500 ml seharga 0,9 RM/botol. Tidak hanya itu, Bang Thoenis juga membeli beberapa roti dan makanan ringan untuk persiapan selama di penginapan nanti. Barulah kemudian kami menuju food court yang ada di Level 3. Banyak sekali lapak penjual makanan di sana. Mulai dari makanan asli Malaysia seperti nasi lemak dan teh tarik, sampai makanan Asia dan Western. Saya pun memesan Curry Noodle dan Bang Thoenis memesan Nasi Arab. Rasanya lumayan cocok di lidah dan harganya juga tidak mahal untuk ukuran makanan di Bandara. Mi Kari yang saya pesan hanya seharga 10 RM dan Nasi Arab hanya 16 RM.

jalan-jalan ke kuala lumpur
Nasi Arab-nya Bang Thoenis

Setelah mengisi perut, kami pun beranjak dari bandara ke KL Central dengan menumpangi Sky Bus, bus bandara yang tiketnya bisa kita beli di lantai dasar. Dari KL Central kami menumpang kereta LRT, tujuan kami adalah Pasar Seni. Konon, Bang Thoenis sudah memesan kamar lewat aplikasi booking hotel di Marquee Guest House yang memang terletak di deretan pertokoan di Pasar Seni.

jalan-jalan ke kuala lumpur
Pasar Seni atau yang dikenal dengan Central Market telah ada sejak tahun 1889

Jam menunjukkan pukul 3 siang ketika kami tiba di penginapan. Awalnya Bang Thoenis ingin mengajak saya ke Genting Highland dan menaiki gondolanya yang terkenal. Sayangnya, hari sudah sore dan waktu kami tidak banyak. Sambil menunggu waktu ashar tiba, kami beristirahat sejenak baru setelah menunaikan shalat kami keluar dari penginapan dan jalan-jalan.


Baca juga: Ternyata Begini Tempat Wisata di Genting Highland, Enggak Hanya Kasino Lho!

Cuci Mata di Pasar Seni


Karena menginap di Pasar Seni yang terletak di Jalan Kasturi, maka objek wisata di Kuala Lumpur yang kami kunjungi pertama sekali adalah Pasar Seni. Pasar Seni juga dikenal dengan Central Market, di sana terdapat berbagai kerajinan tangan yang bisa kita jadikan oleh-oleh saat pulang ke tanah air. Selain itu, di Pasar Seni ini juga terdapat berbagai atraksi budaya. Seperti waktu kami berkunjung kemarin, sekelompok pemuda dan pemudi yang mengenakan pakaian adat Kalimantan sedang melakukan atraksi di halaman depan pasar ini.

jalan-jalan ke kuala lumpur
Seperti namanya, di Pasar Seni ini banyak sekali dijual kerajinan tangan dan hasil karya seni lainnya

Selain dimanjakan dengan beragam souvenir dan kerajinan tangan khas Malaysia, di kawasan ini juga terdapat workshop melukis dan krafting. Pengunjung yang ingin belajar melukis atau membuat handicraft bisa langsung di sini. Di sepanjang jalan Pasar Seni ini juga terdapat pedagang yang menjual berbagai souvenir, pakaian, sampai makanan.

Petailing Street, Peunayong-nya Kuala Lumpur
"Coba lihat lah, Dek. Bangunannya mirip kali dengan pertokoan di Peunayong," ucap Bang Thoenis ketika kami berjalan ke China Town Kuala Lumpur. Bangunan-bangunan tersebut mengingatkanku akan toko-toko di Peunayong, Banda Aceh. Arsitekturnya mirip dan sama-sama merupakan peninggalan penjajahan Kolonial Belanda.

jalan-jalan ke kuala lumpur
Kompleks pertokoan ini mengingatkanku akan kawasan Peunayong, Banda Aceh

Memasuki Petailingi Street, kami langsung disambut oleh lampion-lampion berwarna merah yang akan terlihat lebih indah pada malam hari. Di jalan ini, juga dijual beragam souvenir untuk dijadikan oleh-oleh dan Chinese Food. Harga souvenir di Petailing Street sama saja dengan yang di Pasar Seni.


jalan-jalan ke kuala lumpur


Jalan-jalan Gratis dengan Bus Go KL
Keluar dari Petailing Street kami pun menuju ke Terminal Bus. Terlihat beberapa bus dengan kombinasi warna putih dan ungu serta bertuliskan Go KL sedang menunggu penumpang. Dari supir yang sedang beristirahat di terminal tersebut kami mengetahui kalau Go KL adalah bus gratis yang bisa ditumpangi oleh siapa Kami pun langsung menaiki bus gratis tersebut. Tujuan kami adalah Bukit Bintang.

jalan-jalan ke kuala lumpur
Jalan-jalan gratis dengan Bus Go KL

Ngomongin tentang Bukit Bintang, saya pun teringat akan kunjungan pertama saya ke Kuala Lumpur 2013 silam alias 5 tahun yang lalu. Saya dan Bang Thoenis waktu itu menginap di kawasan Bukit Bintang. Waktu itu, seputaran daerah tersebut sedang dilakukan pembangunan gedung-gedung pencakar langit. Jadi penasaran bagaimana keadaan Bukit Bintang saat ini?


Hari telah semakin senja ketika kami turun dari bus Go KL di Bukit Bintang. Benar saja, daerah yang dulu tidak bisa dilewati karena dalam tahapan pembangunan kini telah disulap menjadi kawasan elit. Gedung-gedung menjulang tinggi terlihat dimana-mana. Di antara bangunan itu ada yang berupa pusat perkantoran dan ada juga yang merupakan pusat perbelanjaan.

jalan-jalan ke kuala lumpur
Di depan Royal Selangor Mall.

Di sepanjang trotoar yang kami lewati hanya satu dua yang terlihat mirip seperti masyarakat pribumi. Selebihnya pematang jalan itu dipadati oleh mereka yang berkulit putih dan berkulit hitam. Menurut Bang Thoenis, mereka sepertinya berasal dari lima benua di dunia. Turis, ya, berbagai orang dengan warna kulit yang bervariasi itu adalah pelancong yang sedang menikmati keindahan ibu kota Malaysia.

Mencicipi Shawarma di 'Ain Arabiya


Saya dan Bang Thoenis terus berjalan tidak tentu arah. Kami melangkah dengan cepat sambil celingak-celinguk ke sana-kemari sampai akhirnya kami tiba di kampung Arab atau Ain Arabiya. Aroma kebab dan shawarma sangat menyengat hingga membuat indra pengecap ingin segera merasakan bagaimana rasanya. Kami pun berhenti di warung kaki lima milik imigran dari Damaskus untuk mencicipi shawarma.


Shawarma adalah makanan khas Arab yang berisi daging , seperti daging domba, ayam, kalkun, sapi, kerbau, atau daging lainya yang dimasukkan pada sebuah besi panjang (umumnya sebuah spit vertikal), dan dipanggang seharian dengan cara diputar di depan api. Shawarma biasanya disantap dengan roti arab yang berbentuk kantong/oita dan juga bisa dengan tabbouleh, fattoush, roti taboon, tomat, dan mentimun. Topping-nya meliputi tahini, hummus, lobak asam, dan amba. Bentuk dan rasanya mirip dengan Kebab yang dijual di Banda Aceh.

jalan-jalan ke kuala lumpur
Daging sapi dan ayam yang ditusuk denga menggunakan besi dan dipanggang seharian. Daging tersebut digunakan untuk isian shawarma atau kebab

Namun, rasa penasaran saya akan kelezatan makanan Timur Tengah ini langsung tergantikan ketika melihat para penjualnya yang ganteng maksimal. Terlebih lagi saat mata ini berpaspasan dengan seorang koki dibalik daging-daging yang sedang dipanggang. Menurut taksiranku, usianya masih berusia di awal dua puluh tahunan. Sungguh menawan sekali makhluk Tuhan yang satu itu. Jika pelayan di warung itu hampir semuanya brewokan dan saya kurang suka sama yang berbrewok, maka wajah si dedek gemes yang masih belia itu terlihat begitu mulus. Ditambah lagi dengan hidungnya yang mancung, mata coklatnya yang besar namun memiliki tatapan yang sayu, kulitnya yang putih bersih, tubuhnya yang tinggi dan atletis. Aduhai…


"Kalau di Indonesia pasti udah jadi artis atau selebgram," ucap Bang Thoenis yang akhirnya mengakui keindahan makhluk Tuhan di depan kami itu. Sayangnya, beliau enggan saat saya meminta untuk difoto bersama koki muda itu.
Usai menyantap shawarma, kami kembali berjalan kaki menelusuri sudut-sudut di kota Kuala Lumpur. Dimana ada keramaian, disitu kami singgah sejenak. Kami juga memasuki mall yang menjual barang-barang branded lalu keluar lagi tanpa membeli sesuatu. Baru kemudian kami memutuskan untuk menumpang bus Go KL lagi. Awalnya kami berencana untuk pulang saja, tapi sayang rasanya kalau cepat sekali kembali sedangkan senja baru berganti malam.

Melihat Atraksi Air Mancur di Depan Twin Tower
Ketika magrib tiba, kami pun turun di Suria KLCC. Tujuan kami apalagi kalau bukan untuk melihat keindahan Twin Tower di malam hari dan menumpang shalat magrib mushalla yang ada di sana. Para wisatawan terlihat memadati taman yang terletak di selasar Menara Kembar tersebut.


jalan-jalan ke kuala lumpur


Saya dan Bang Thoenis pun mengambil tempat di depan danau buatan yang di dalamnya terdapat air mancur yang disinari dengan lampu berwarna-warni. Tidak lama kami meluruskan kaki di depan kolam tersebut, air mancur di dalamnya bergerak layaknya ombak di lautan. Pancaran lampu yang beraneka warna semakin memperindah suasana.
“Enggak sia-sia kita kesini ya, Bang,” seruku. Ya, meskipun saya sudah pernah bertandang ke Menara Petronas, tapi saya belum pernah melihat atraksi water fountain seindah ini.

jalan-jalan ke Kuala Lumput
Lake symphony, atraksi air mancur yang mengikuti alunan symphony

Dari situs Suria KLCC, saya mendapatkan informasi jika pertunjukan tersebut dinamakan Lak Symphony

Within KLCC Park, sited at the esplanade outside of Suria KLCC, lies the 10,000 sq ft man-made Lake Symphony. Two musical fountains display over 150 unique programmed animations in a magical performance of sound and water. KLCC Lake Symphony Light and Sound Water Fountain showtimes are 8pm, 9pm and 10pm daily. However, KLCC Lake Symphony Water Fountain showtimes (Light only) are 7:30pm, 8:30pm and 9:30pm daily.
Bang Thoenis sibuk mengabadikan keindahan air mancur itu sampai akhirnya kami berdua ternganga ketika pancuran air yang berjumlah puluhan itu menari mengikuti irama musik yang diputar lewat pengeras suara. Ketika lagu Habibi ya Nurul Aini didendangkan, maka air mancur itu menari layaknya seorang dancer yang sedang meliuk-liukkan tubuhnya dengan lentur di atas panggung. Pun demikian ketika alunan musik My Heart Will Goon diputar, tarian air tersebut membuat suasana hati menjadi mellow dan terbayangkan film Titanic.

jalan-jalan ke Kuala Lumput


Usai ternganga menyaksikan keindahan dancing water, kami pun kembali ke dalam mall KLCC. Sebelum kembali ke penginapan ada beberapa hal yang ingin kami lalukan dan salah satunya adalah masuk ke dalam swalayan yang bernama i-Setan. Minimarket asal Jepang itu benar-benar menarik perhatian kami karena namanya Setan. Ketika memasuki ke dalam, minimarket ini hampir sama saja dengan swalayan kebanyakan yang menjual beragam kebutuhan sehari-hari. Karena berasal dari Jepang, maka di bagian makanannya terdapat beraneka makanan Jepang seperti sushi. Selain itu ada juga makanan Korea seperti kimchi. Karena tidak suka dengan makanan seperti itu, kami hanya membeli beberapa Yougurt seharga 2 RM dan air mineral. Sambil menunggu Bang Thoenis membayar di kasir, saya sempat berkenalan dengan seorang ibu bernama Yuliana. Yuliana adalah turis yang berasal dari Sudan. Sama seperti saya, dia sedang menunggu suaminya membayar belanjaan mereka di kasir.
jalan-jalan ke Kuala Lumpur


Sebelum pulang, Bang Thoenis mengajakku singgah di café yang terletak tepat sebelum pintu keluar di KLCC. Café itu menjual makanan khas Malaysia seperti Nasi Lemak dan Teh Tarik. Namun, tahu sendiri kan harga makanan di mall, mahaal. Bang Thoenis terlihat mengambil bungkusan dalam daun yang terletak tepat di depan kasir.
“Adek ambil aja satu. Mau nasi atau bihun?” tawarnya. Saya pun melihat bungkusan tersebut, ternyata itu adalah nasi lemak porsi kecil yang kalau di Indonesia miri nasi kucing dan juga bihun porsi anak TK. Harganya lumayan murah, hanya 2 RM perbungkus. Karena masih kenyang dengan shawarma, saya pun mengambil bihun sedangkan Bang Thoenis mangambil nasi.
Begini memang kalau mau jalan-jalan hemat. Harus tahu makanan apa saja yang mengenyangkan tapi murah, ujar Bang Thoenis
Kami lalu duduk di posisi paling susut di cafe, sambil saling mencicipi menu bungkusan yang kami miliki. Untuk minumannya, kami sudah memiliki yogurt dan air mineral yang kami beli di i-Setan.
Akhirnya dengan menumpang bus Go KL yang gratis itu kami pun kembali ke penginapan. Rehat sejenak sambil mempersiapkan diri untuk berangkat lagi ke Manila esok paginya.

Posted from my blog with SteemPress : http://liza-fathia.com/jalan-jalan-ke-kuala-lumpur/

Coin Marketplace

STEEM 0.29
TRX 0.12
JST 0.033
BTC 64107.66
ETH 3148.40
USDT 1.00
SBD 3.84