Eskimo Folktales #8c - The Strong Man and The Wizzard (Part 3) | Si Kuat dan Penyihir (Bagian 3)

in #art6 years ago (edited)

Di mana-mana laut membeku. Qujâvârssuk meminta bantuan penyihir untuk mencairkan es. Petualangan penyihir dimulai.


Source: Wikipedia, edited

Suhu semakin dingin. Perairan yang terbuka semakin kecil di tempat Qujâvârssuk biasa gunakan untuk berkayak. Suatu hari, ketika dia datang ke sana, hanya ada sepotong ruang untuk kayaknya berlayar. Jika sekarang anjing laut harus muncul ke permukaan, pastilah ia menabrak kayak. Meski demikian, Qujâvârssuk tetap naik kayak dan memperbaiki ujung tombaknya. Dia melihat seekor anjing laut hitam muncul. Tetapi binatang itu menyentuh es dan kayak lalu menyelam dan tak muncul lagi ke permukaan. Qujâvârssuk pun pulang. Itulah adalah pertama kalinya dia pulang tanpa tangkapan.

Tiba di rumah, dia duduk di belakang lampu ibunya. Dia berbaring di ranjang sehingga hanya kakinya yang tergantung di lantai. Dia sangat terganggu dengan perburuan gagal hari itu sehingga tak berselera untuk makan.

Di malam hari, dia berkata kepada ibunya: "Bawakan daging ke Tugto dan istrinya dan minta salah satu dari mereka untuk mencairkan es dengan sihir."

Ibunya keluar dan membelah daging anjing laut hitam. Dia membawa separuh ekor dan separuh lemak anjing laut itu ke Tugto dan istrinya. Dia ke rumah itu. Tetapi pintunya tertutup salju, sehingga terlihat seperti lubang rubah. Dia melemparkan dulu barang bawaanya dan itulah yang pertama-tama dilihat Tugto dan istrinya: setengah daging anjing laut hitam dan setengah lemaknya.

Ketika masuk, dia berkata: "Tugasku sekarang adalah bertanya apakah salah satu dari kalian bisa menyihir es?"

Tugto berkata kepada istrinya: “Di musim paceklik begini, kita tidak bisa mengirim daging pemberian ini. Kamu harus menyingkirkan es itu.”

Sang istri mulai menawar. Kepada ibu Qujâvârssuk dia berkata: "Katakan pada semua orang yang bisa ke sini untuk datang dan mendengarkan!"

Sang ibu dengan bersemangat mulai mampir ke rumah-rumah untuk mengatakan bahwa semua yang bisa datang harus datang dan menyaksikan keajaiban di rumah Tugto. Mereka pun berdatangan.

Ketika semua sudah masuk, istri Tugto mematikan lampu dan mulai memanggil roh pembantunya. Lalu tiba-tiba dia berkata: "Dua api telah muncul di barat!"

Dia tegak di jalan masuk rumah dan membiarkan semua mahluk mendatanganginya. Mereka pun maju dan ternyata mereka adalah seekor beruang dan seekor walrus. Beruang itu meniupnya hingga istri Tugto terlempar ke bawah tempat tidur. Ketika beruang itu menarik napas lagi, sang istri keluar dan berhenti di jalan masuk. Hal ini berlangsung untuk waktu yang lama.

Kali ini, istri Tugto siap untuk keluar dan berkata pada orang-orang di sekitarnya: "Sepanjang malam ini tidak ada yang boleh menguap atau mengedipkan mata." Kemudian dia keluar.

Saat istri Tugto keluar, beruang itu menggigitnya dan melemparkannya ke atas es. Dia jatuh lagi ke atas es ketika walrus mendorong dengan taringnya dan melemparkannya. Beruang itu mengejarnya dan tetap berlari di bawahnya saat istri Tugto terbang di udara. Setiap kali sang istri jatuh di atas es, walrus mendorong penyihir itu dengan taringnya. Kejar-kejaran itu berlangsung terus hingga mereka tidak melihat daratan lagi dan akhirnya walrus dan beruang itu meninggalkannya. Kemudian penyihir itu kembali ke daratan.

Ketika akhirnya dia bisa melihat tebing, sepertinya ada awan di atas tebing karena salju yang menguap. Akhirnya angin datang dan es mulai pecah. Sekarang dia melihat sekelilingnya dan menyaksikan gunung es yang membeku dengan cepat. Dia membiarkan dirinya hanyut. Dengan susah payah dia mendaki gunung es. Tapi, ketika semua es hancur berkeping-keping, tidak ada jalan baginya untuk menyelamatkan diri lagi.

Namun, pada saat yang sama dia mendengar seseorang berteriak: “Biarkan aku membawamu dalam kayakku.” Ketika menengok ke arah suara itu, dia melihat seorang lelaki dalam kayak yang sangat sempit. Lelaki itu mengulangi perkataaanya: “Kemarilah dan biarkan aku membawamu dalam kayakku. Jika kamu tidak melakukannya, kamu tidak akan pernah merasakan kebaikan yang telah diberikan Qujâvârssuk kepadamu. ”

Laut pun bergelora. Penyihir itu bersiap-siap untuk melompat. Ketika gelombang mengangkat kayak, dia melompat. Tapi, ketika dia mendarat, kayak itu hampir terjungkir. Ketika dia mencoba untuk pindah ke sisi lain, dia bergeser terlalu jauh.

Lelaki itu berkata: "Posisikan dirimu dengan benar di tengah-tengah kayak."

Perempuan itu mematuhinya. Lalu dia mencoba membantu mendayung di tengah laut yang bergelora. Lalu dia mendayung dengannya. Ketika mereka sedikit menjauh, mereka melihat daratan. Tetapi, ketika mereka mendekatinya, tak ada tempat sama sekali mereka bisa menepi.

Lalu gelombang besar datang dan lelaki itu berkata: "Sekarang cobalah melompat ke darat."

Perempuan itu melompat ke darat. Dia berdiri dan berbalik tapi melihat kayak itu hilang dalam gelombang besar dan tak terlihat lagi. Dia berbalik dan berjalan. Dia merasakan dahaga yang luar biasa. Dia menemukan air yang menetes melalui salju. Ketika dia hendak berbaring untuk minum, sebuah suara bergema: “Jangan diminum. Jika kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah merasakan kebaikan yang telah diberikan Qujâvârssuk kepadamu.”


Source: Internet Archive

Dia pun melanjukan perjalanan. Dia lalu melihat sebuah rumah. Di atas rumah ada anjing yang luar biasa besar dan mengerikan. Ketika dia mulai melewatinya, kelihatannya anjing itu akan menggigitnya. Tapi dia berhasil melewatinya tanpa terjadi apa-apa.

Di jalan masuk rumah itu mengalir sebuah sungai besar dan satu-satunya tempat di mana dia bisa melangkah adalah sepotong jalan sesempit punggung pisau. Lintasan itu sendiri sangat panjang.

Dia berjalan dengan hati-hati dan menggunakan jari kecilnya sebagai sayap. Ketika dia tiba di pintu dalam rumah, tangganya sangat tinggi, sehingga dia tidak dapat melangkah dengan cepat. Di dalam rumah, dia melihat seorang wanita tua berbaring tengkurap di tempat tidur. Dan begitu dia masuk, wanita tua itu mulai mencaci makinya. Ketika dia membalas kata-kata kotornya, wanita tua itu melompat ke lantai untuk berkelahi dengannya. Mereka pun bergelut dengan marah. Mereka berkelahi untuk waktu yang lama tapi sedikit demi sedikit wanita tua itu menjadi lelah. Dan, ketika dia sangat lelah, sehingga dia tidak bisa bangun, si penyihir melihat bahwa rambutnya terurai dan penuh kotoran.

Istri Tugto mulai membersihkannya sebisa mungkin. Ketika selesai, dia menggulungkan rambut itu. Wanita tua yang sedari tadi diam saja itu akhirnya berkata: “Kamu mahluk kecil yang baik. Kamu telah datang kemari. Sudah lama aku tidak dibersihkan dengan baik. Sejak Atakana kecil dari Sârdloq terakhir kali membersihkanku, aku tak pernah dibersihkan sama sekali. Aku tak punya apa-apa untuk memberi imbalan padamu. Tolong jauhkan lampu saya. "

Ketika perempuan penyihir itu melakukannya, ada suara seperti kepakan sayap. Ketika berbalik untuk melihatnya, dia menyaksikan burung-burung terbang melalui jalan masuk. Untuk beberapa waktu, burung-burung itu terus berdatangan tanpa henti. Tapi, kemudian wanita tua itu berkata: "Sudah cukup." Dia langsung menyalakan lampunya.

Penyihir itu berkata lagi: "Apakah kamu tidak akan menempatkan lampu itu sedikit ke sisi lain?"

Dia membantu memindahkannya. Lalu dia melihat beberapa lelaki berambut panjang terbang lewat jalan masuk. Ketika dia melihatnya lebih dekat, salah satunya adalah majikan anjing laut hitam. Ketika banyak dari lelaki itu telah datang, wanita tua berkata "Sudah cukup" dan meletakkan lampu di tempatnya.

Wanita tua itu memandang ke arahnya dan berkata: "Bila kamu pulang, beri tahu orang-orang bahwa mereka tidak boleh lagi mengosongkan kapal kotor mereka di laut karena semua kotorannya akan melandaku."

Akhirnya istri Tugto keluar rumah itu. Anjing besar itu mengibas-ngibaskan ekor padanya.

Hari masih malam ketika dia tiba di rumah. Saat dia masuk, tidak ada satu pun dari orang-orang itu yang menguap atau mengedipkan mata. Dia menyalakan lampu. Goresan ketakutan tergambar di wajahnya. Dia berkata kepada mereka demikian:

“Kalian tidak boleh berharap bahwa es akan pecah sekaligus. Ia tidak akan pecah sampai luka-luka ini sembuh.”

Pelan-pelan luka itu mulai sembuh meski dalam waktu lama. Kadang-kadang ada yang menangis sambil mengejek lewat jendela: "Sekarang sudah saatnya es pecah dan kita pergi melaut. Yang harus dilakukan harus dilakukan."


Source: Inuit Myths & Legends

Akhirnya luka-lukanya sembuh. Suatu hari awan hitam muncul di selatan. Kemudian di malam hari, ada suara angin kencang dan badai tidak mereda sampai terang muncul di pagi hari. Ketika hari sudah cukup terang, orang-orang keluar. Lautan telah terbuka dan biru. Segerombolan burung terbang di atas air dan banyak hiu hitam di mana-mana. Kayak pun segera disiapkan.

Ketika pemburu sedang bersiap-siap, istri Tugto berkata: “Tak boleh ada yang memburu mereka. Sampai lima hari berlalu, tidak boleh ada yang memburu mereka.”

Namun, sebelum lima hari berlalu, seorang pemuda sudah keluar untuk berburu. Dia berusaha dengan keras tetapi tidak berhasil menangkap binatang apa pun. Setelah lima hari berlalu, sang istri-penyihir berkata: "Sekarang kalian bisa memburu mereka."

Orang-orang pergi pun pergi ke laut untuk memburu burung-burung. Tangkapan mereka begitu banyak hingga kayak mereka tak muat lagi barulah mereka mendayung pulang. Tetapi semua pemburu itu harus menyerahkan seluruh tangkapan mereka ke rumah Tugto. Barulah hasil perburuan kedua mereka diizinkan untuk mereka bawa pulang.

Keesokan harinya mereka berburu lagi. Mereka menombak banyak ikan tetapi semuanya juga merka berikan kepada Tugto dan istrinya. Baru pada perburuan kedua mereka dapat membawa hasil perburuan pulang ke rumah masing-masing.



Cerita ini diterjemahkan dari "Qujâvârssuk" di Eskimo Folk-Tales yang disunting oleh Knud Rasmussen (Gyldendal : 1921) dengan sejumlah modifikasi. Versi asli dalam bahasa Inggris dapat dibaca di Project Gutenberg.

This is my Eskimo Stories Project. I translate Eskimo Folk-Tales (Gyldendal : 1921) into Bahasa Indonesia to introduce Eskimo art and culture to Indonesian and Malay-spoken language readers. There will be more than 50 stories I will publish. If I have enough money, I plan to print this them in a book format. You can support me by upvote and resteem this post. I receive any donation for this project. Read all stories in tag #eskimofolktales.


#blogiwankwriting #ksijakarta #jakarta #indonesia #steemitbudaya #steem #steemit #budaya #life #culture #writing #story #literature #literary #book #eskimo #inuit #alaska #polar


Recent Posts


I hope you like my work. Please upvote and resteem this post and follow @blogiwank if you support me.

Sort:  

Hmmm... Langsung terbayang Hymn of tge Cherubim, karya Tchaikovsky membaca tulisannya...

Hahaha. Cherubim terlalu pastoral dan tenang. Cerita ini ada pertarungan dengan monster. Aku membayangkan theme song yg cocok adalah The Flight of Valkyries-nya Wagner.

Terima kasih sudah mampir 🙏🏾😁

Hello @blogiwank, thank you for sharing this creative work! We just stopped by to say that you've been upvoted by the @creativecrypto magazine. The Creative Crypto is all about art on the blockchain and learning from creatives like you. Looking forward to crossing paths again soon. Steem on!

Coin Marketplace

STEEM 0.24
TRX 0.11
JST 0.032
BTC 61166.56
ETH 2987.63
USDT 1.00
SBD 3.71