CERPEN PEREMPUAN MURAHAN BAGIAN 2

in #busy6 years ago (edited)

SAMBUNGAN

image
image
Alhamdulillah
“Katroh u rumoh sikula” batinku
“Untong hana payah plueng loem uroenyoe” sahut salah seorang temanku, sara namanya, seolah tahu isi otaku. Memecah hening di antara kami bertiga, perbincangan berlabel “remaja” pun mulai digelar lagi ….. “kami” pengendang putih abu – abu ….. wajar saja…..


Brak….bruk…woee…krie….auu…bunyi manusia tumbang disertai jeritan histeris memenuhi area upacara, memecah heningnya ritual hening cipta. Aku ….yang juga mantan pacar setan ikut berdebar, hamper saja ambruk mencium lapangan, tapi untunglah secepat kilat mulut komat kamit ku mampu membendung semua itu. “Alhamdulillah …. Terimakasih ya Allah” syukurku….
Suasana semakin gaduh, siswa – siswi berlarian kesana kemari ada yang menolong sekaligus menghindari serangan bom bunuh kembali diluncurkan oleh qabilah setan penyesat hawa. Menurut hasil survey mataku yang mulai tenang saat itu, hamper 15 siswi kudapati tumbang merayap diwajah beton itu. Salah satunya ya jelas …..si najis semalam lalu.
Tak puas tumbang, setan kesepian itu membuat aksi gila – gilaan bahkan ada yang lari meloncat pagar dan ternyata setan itu pintar aksi loncat pagar tepat sasaran, najis itu.
Mungkin inilah cara Allah membuka segala, Allah memberiku kejutan pelipur lara hati yang pilu semalam lalu. Pak Marzuki dijadikan Allah sebagai kunci pembuka jasad busuk itu beliau kala itu menarik tubuh kakak ainun agar tak lepas tumpah keluar pagar, tanpa menduga, mendapati penampakan yang luar biasa, “amazing” begitulah pengakuannya.
Baju kak ainun robek tak sia – sia bekas dosa masih terlukis jelas di hamper seluruh tubuhnya merah muda menjadi warna yang setia.
Bulu kuduk sang Bapak terbentang bak padang ilalang, api amarah membakar nuraninya, “tak perlu dipastikan lagi karena memang sudah pasti”, begitulah yang tersirat dibenaknya kala itu. Setajam silet tangannya menyusup kekantong celana, Blackberynya menjadi senjata dingin pelampiasan pukulan yang tak mungkin dilayangkannya kala itu. Ia masih patuh pengetakan budget “anti kekrasan terhadap wanita”. Tak banyak tertelan kamera hanya sekitar 5 mega saja tapi itu sudah mampu sang bapak jadikan sebagai api gosong pembuka jiwa berlumur najis itu “bukan kita tak punya dosa, setidaknya kita masih punya harga, apalagi kita wanita” batin sang bapak meronta – ronta.
Tak menunggu lama ancong – ancong sudah disiapkan, secepat kuda sang bapak menerjang gerbang dayah ku menuju rumah paduka “abu” tercinta begitulah sebutan akrab para santri kepadanya, wajar saja kami sudah menganggapnya seperti ayah sendiri, pengganti ayah dirumah selama kami masih menimba disalur ilmu itu beliaulah ayah jiwa kami bahkan selamanya.


“Assalamu’alaikum….” Pak Marzuki melayangkan salamnya setiba tepat didepan pintu rumah abu. Sukma Pak Ki berteriak menggebu – gebu, tak sabar lagi ingin segera memecah aib siswa didikannya itu.
Abu yang kala itu mendalami kitab mendalami kitab ih yak’ulumuddin karangan imam ghazali, tersentak mendengar bunyi salam yang begitu menggema itu, layaknya salam itu keluar dari bibir lelaki yang mengujat perang dirumah musuhnya.
Karakter abu yang hampir bisa dibilang cuek untuk yang hal yang tidak bersangkut paut dengan dayah, membuat ia biasa saja menghadapi tamu anehnya pelan tapi pasti, abu beranjak dari tempat duduknya lalu menuju pintu depan memastikan siapa yang dating “Oh,,,droeneh Pak Ki,,,peuna pak? Tanya Abu datar, walau abu bias mentaksirkan bahwa pak Ki sedang marah besar, ekpresi muka padam wajahnya tak bisa menyembunyikan wajah hatinya yang terkelupas api gesang amarah sukma.
“Meno abu,,,,” belum habis unek – uneknya dilepas,,,,
“Tenang,,,” irama datar gaya bicara abu memotong ucapannya. Pak Ki terdiam sejenak, lalu menyerahkan handphonenya kepada abu tanpa sepatah katapun.
“Keupu long ilong barang nyoe, han jeut meulon teugen pi” sahut abu sambil memandangi BBnya Pak Ki. “Abu,,, ken barang nyan lon jok kedroneh tapi hanya asoe jih ingin lon pelemah bak droneh” Jawab Pak Ki dengan serius.
Sebenarnya Abu bukan tidak bisa, ia hanya iseng – iseng saja. Mendengar ucapan pak Ki yang begitu serius Abipun menanggap, itu pun masih terkesan cuek, maklum ulama tidak suka banyak bicara.
Ketika yang dinanti – nanti pak ki tepat bertabrakan dengan mata abu. Mata pak Ki langsung berkaca – kaca melihat ekspresi abu yang sedikit sesak seolah sedang berada diruang hampa udara.
“Boh jak tatameng u dalam” sahut abu menepis hening pak ki menangkap kekecewaan dimata abu, suaranya yang mulai serak dan nafasnya yang tersengal – sengal menjadi bukti bisu.
Setiba diruang tamu abu langsung terduduk lemas terkular pasrah disofanya yang setiap waktu ia sandar itu. Tanpa dipersilakan pak ki langsung menyambar sofa, hening kembali bergening diantara mereka. Selang beberapa saat, sederet kata serak keluar dari mulut abu,,, “Bit nyoe si ainon pak?? Satnyo ban lon potret gamba nyan dirumoh sikula, dan lon turi kiban kayap apui, kiban penyaket gatai kabeh lon tuoh” “hanjet le tapegah koen, chit nye taturi ureng” tambah pak ki lagi.
Abu hanya bisa menggelengkan kepala seolah tak percaya dengan kenyataan yang ada. Memang yang abu kenal ainun adalah sosok gadis centil juga batat tapi tak pernah terlintas dibenak abu akan lukisan yang semacam ini, muram, gelap, gersang tanpa cahaya iman.
Berkali – kali kedua mata laki – laki paruh baya itu, mereka hanya berdiam dengan tatapan kosong entah kemana menjalarnya.
Denting bel tanda pengajian pagi selelsai mengejutkan kedua lelaki yang pilu hati itu. Jarum jam menunjukan tepat pukul 9 pagi. Berbagai seorang yang berprofesi jadwal padat, pak ki tidak bisa berlama- lama lagi ia harus segera memohon pamit pada abu.
Dengan hati yang sedikit lebih lega karena telah usai menumpah segala, pak ki kembali kemeja kerjanya jelas aku menuntut ilmu juga, putih abu – abu.


Bersambung..

Coin Marketplace

STEEM 0.36
TRX 0.12
JST 0.040
BTC 70839.13
ETH 3563.41
USDT 1.00
SBD 4.77