CERPEN PEREMPUAN MURAHAN BAGIAN 4

in #busy6 years ago (edited)

BAGIAN AKHIR

image
image

INGIN KULEPAS SEMUA

Hahahaaa,,,,,,,”ciee,,,keren banget,,,,,”
“Rara,,,,kangieng kenoe ile, na wartawan ganteng itameng u dayah tanyo,,,,” teriakan teman – temanku membangunkan dari lamunan. “kop keren ra, telah keh menye hana kanging ra,,,” timpal yang lainnya lagi, maklum saja mereka sudah begitu diri. Aku juga pernah sesekali dan bagi kami itu hal yang biasa memang wajar kami hanyalah santri yang terkurung dipenjara suci. Jarang melihat orang ganteng juga modis layaknya pemuda – pemuda yang tidak ngantri. Di dayahku bukannya tidak ada cowok ganteng, tapi pasti “gaya – gaya set – set”. Memakai kain sarung berteman baju koko, memakai peci berteman ridak yang layaknya shall bagi para remaja kota. Jangankan melihat hal yang tidak begitu penting, melihat dunia luar saja kami susah. Hanya sebatas pergi kesekolah dan itupun dipilihkan jalur yang paling tertutup dan sangat dekat dengan sekolah. Misalnya jalan setapak yang berada dibelakang rumah warga, jalan komplek rmh kos yang begitu sempit dan tidak ada indahnya walau sebenarnya terlihat asri. Katanya sich ,,,,biar kami tidak “merantep” waktu pulang kesekolah. Kebetulan dayah kami deket dengan pasar dan kalau dipikir – piker satu kebaikan juga, karena kami perempuan. Lalu bagaimana dengan para santri laki – laki,,,,emp,,,,,,jika mereka bertanya demikian, kami selalu menjawab “itu sich DL (derita Lo)”.
Tiba – tiba dari arah tangga bale, kulihat seorang haritsah kecil menuju ke arahku, lalu bertanya “kak hera,,,,nye droneh hera noviawaty? Aku terbelalak menatap ekspresi aneh dari wajah anak kecil itu. Emp,,,,,namanya sama sekali tak ku ketahui, alasannya diaadalah santri baru didayahku. Tapi entah kenapa dia sudah lebih dulu mengenalku “emp,,,,nye dek,,,,lon kak hera,peuna perle dek?’ jawabku menanggapinya. “abang wartawan yang ganteng jeh gejak eu droneh kak” ,,,,,cewek droneh nyan kak nyeh?” tambahnya lagi
Aku yang mendengar ucapanyaa terheran – heran tak mengerti, pasalnya aku belum melihat siapa itu yang disebut “wartawan ganteng” oleh adik haritsah dan teman – temanku itu, habisnya,,,,,tadi aku malas menghiraukan teriakan teman – temanku malu rasanya jika “mejingek – jingek lage han tom nging agam”.
“hai kak,,,,peu neduk lom,,,,abg wartawan ganteng ka hek gepreh droneh I miyup” tambah haritsah lagi, loghat suaranya yang begitu keras itu terasa memekakkan telingaku. “orang kecil, suara gedek” bicaraku dalam hati. “emp,,,yaaa,,,yaa,,,ya,,jino lon tren” jawabku.
Setiba di anak tangga balei yang paling akhir, kudapati seorang pemuda yang tengah duduk dikursi pengunjung layaknya menunggu seseotrang. Pemuda yang mengenakan kemeja yang bermotif kotak – kotak biru berpaduan garis vertical merah bata ditemani jeans yang berwarna merah bata itu duduk menghadap kearah kulah, tempat wudhuk para santri, “sekilas sepertinya aku mengenal orang ini” batinku, lalu kupandangi sebuah handicam yang sedang dipegang olehnya, lalu,,, “oh,,,,abg lon lage” gumamku “hahahaaa,,,,,” aku tak sanggup menahan tawa sebagai rasa senangb juga sekaligus menertawakan teman – temanku dan haritsah kecil yang sudah tertipu gaya abangku.
Abangku langsung menoleh kebelakang ia sudah cukiup hafal denagn gaya khasku tertawa. Ia tersenyum manis memandangku akupun membalasnya. Sedangkan para santri lain mulai terheran – heran tingkah kami berdua, pantas wajah kami yang sama sekali tidak tersirat kesan bersaudara, membuat banyak orang yang tak percaya bahwa dia adalah abang ku dan aku adalah adiknya. “peu haba dek?” sapa abangku ramah dengan gaya khasnya. “adek nyo saboh haba get bang,,,,,droneh kiban? Na sereng galau lawetnyo?” jawabku ceplas ceplos “hahahahaaa” ia tertawa renyah,,,,,memandangi wajahku dalam – dalam. Lalu,,,,”boh jak sok baje, tes fahamil bak masjid alubungkoh uronyo. Adek payah besiap menghadapi lawan,ok?”. “Ok” jawabku sambil tos tangannya lalu berbalik arah meninggalkannya menuju bilik.
Setibanya di masjid alubungkoh ternyata acara sudah hampir dimulai, utnung kami tiba tepat waktu. Acara hari itu berlaku meriah walau terekesan sederhana. Dan Alhamdulillah aku pulang dengan hati lega,,,,tak henti – hentinya ku ucapkan beribu puji kepada Allah. Inilah pertama kalinya aku akan berlaga diluar daerah, walau sebenarnya sangat dekat, tapi tetap ku bersyukur penuh cinta, jujur dulu aku merasa sangat sedih, potensi yang kumiliki tak berpeluang iluar daerah dan itu semua dipicu karena potensiku sebagai santri yang tertutup didayah.
Waktu terus bergulir begitu cepat menyisakan bekas kesan hidup yang selalu terukir, hingga tiba saatnya, aku harus keluar dari sarang untuk sementara. Tugas mengikuti lomba MTQ cabang fahmil harus siap ku terjang selama seminggu aku harus jauh dari sahabat dan keluarga, tapi itu bukan masalah bagi ku. Semua terasa sangat rendah karena kami sendiri mampu mengindahkannya.
Tapi sayang,,,,, yang kusangka indah ternyata berabu tuba dan melahirkan jalan dosa. Disanalah pertama kalinya aku mengenal yang namanya cinta lalu berlanjut hingga aku kembali ke sarang tempatku semula bukannya tak pernah pacaran tapi belum pernah mencinta.
Harapanku seminggu disana terasa nyaman tak ada sedikitpun keperihan yang tersirat dan sepertinya memang benar, belum berangkat saja aku sudah merasa sangat nyaman dengan teman – teman yang baru saja ku kenal. Kami semua adalah reaja yang tangguh, berkomitmen dan penuh tanggung jawab. Kami kompak, kami kuat, kami siap menhadapi tantangan. Ditambah lagi dengan Pembina – Pembina kami yang profesioanal dan kental rasa kekeluargaan. Segala tiba boleh menerpa tapi kami tetap bersama.
Tepatnya dipertengahan bulan juli kami berangkat menerjang ombak persaingan. “kling – kleng – kling – kleng, Assalamu’alaikum,,,” bunyi bel dayahku yang begitu unik terdengar menyusup ke komplek dayah,,,, “hei,,,rina,,,,ada tamu, cepat bukain gerbang orang udah capek nunggu diluar “seruku membangun haritsah dari lamunannnya,,, “raya – raya kak” dengan sangat terperancak lalu beranjak dari tempat duduknya ia menanggapi seruanku.
Kini gilanku ganti posisi aku yang sedang duduk dikosen jendela musalla tiba – tiba terbawa lamunan, indahnya alam dengan irama nyanyian kicauan membuat ku larut dalam ke syahduan memikirkan masa depan. Bagiku kini aku tak lagi belia, walau mereka berkata toidak, tapi tak bisa dipungkiri sebentar lagi aku akan menginjak tanah SMA. Dan apa aku bisa? Itulah sebersit pertanyaan yang terselip di otakku.
Tiba – tiba langkah seorang laki – laki berbadan kekar menghampiriku, “udah siap ra,,,” tanyanya tanpa ada salam pembuka.
Aku yang sedang terguyur lamunan, hampir saja terjun dari bangunan bertingkat dua itu untung tanganku begitu cepat meraih kosen jendela jika tidak,,,,tak bisa kubayangkan,mungkin aku sudah jadi menu utama makan siang bumi hari itu. “iii,,,,ia,,,hera sudah siap tengku,,,” jawabku terbata dengan nafas yang tersengal – sengal akibat hampir saja terjatuh,,, ternyata tamu yang tadi dating adalah tamuku,,, dialah laki – laki yang kusebut tengku itu namanya tgk Azwar. Lalu,,, “kk,,,kok gto ra,,,” tanyanya terheran – heran melihat tingkahku,,” maaf yea,,,tgk udah bikin kamu tersentak untung gak sampe jatuh, kalu enggak tgk udah harus tanggung jawab kawin dengan kamu, hahhaahaaa,,,,,” lanjutnya sambil tertawa renyah memandangku “emp,,,” aku mengangguk sambil tersenyum padanya.
“em,,,yae udah kalu sudah siap ayo kita berangkat kak hasina dan lainnya juga sedang menunggu dibawah. Lanjutnya memcah suasana ceria diantara kami berdua . ia langsung berbalik arah menuju kebawah, dan aku mengikuti jejaknya dari belakang. Satu persatu anak tangga kami susuri disana memang sudah berdiri kak hasina menunggu kedatangan kami berdua.
“yae,,,,,udah,,,ayo ambil barang – barang semuanya dan kita naik kemobil,,,ingat! Jangan ada yang tertinggal ya,,” ucap tgk Azwar memulai bicara memcah hening perhatiannya begitu menyentuh hati kami, taka da sedikitpun kesan atasan atu segan, kami layaknya kakak dan adik saling mengasihi dan menghormati. Umurnya yang sudah dewasa juga sedikitpun tak menyurutkan minat kami untuk selalu berbagi rasa dengannya. Ditambah lagi dengan wataknya yang humoris, yang bselalu mampu membuat kami lupa diri jika tertawa.
Dalam perjalanan seluruh ruangan bus terisi penuh dengan gejolak tawa kami yang riang gembira, taka da sedikitpun rasa ngantuk yang melanda walau sebenarnya perjalanan yang kami tempuh lumayan jauh, tapi pemandu yang satu ini berhasil menyemarakkan suasana akhirnya kami tiba juga.

Coin Marketplace

STEEM 0.31
TRX 0.11
JST 0.034
BTC 64549.55
ETH 3170.62
USDT 1.00
SBD 4.13