Tradisi Meugang dalam Kacamata Perempuan

in #culture6 years ago (edited)

Tradisi meugang di Aceh sudah menjadi hal yang lumrah ketika menjelang bulan Ramadhan dan Lebaran Idul Fitri tiba.

Beberapa hari sebelumnya, setiap keluarga sibuk mempersiapkan segala kebutuhan di hari meugang ini. Baik kaya ataupun miskin, sama saja. Pada hari ini, setiap keluarga di Aceh pasti merayakannya.

Hari meugang di Aceh ini identik dengan kegiatan memasak berbagai jenis makanan yang terbuat dari daging: kerbau, lembu, bebek, atau ayam. Jadi, di setiap rumah setidaknya punya sekilo bahkan lebih daging. Sehingga pada hari ini batasan antara kaya dan miskin menjadi sama, sama-sama dapat memakan daging.

4D31BBD0-F771-44A3-AE87-5A656F953EBC_w1023_r1_s.jpg
sumber

Berbicara tentang tradisi ini dari kacamata perempuan, pada hari meugang ini kalangan perempuan terutama ibu-ibu sibuk mengurusi dapur rumah masing-masing. Jauh-jauh hari sebelum meugang tiba, kalangan ibu mulai terjun ke pasar untuk mengsurvey harga bahan pokok dan membeli berbagai keperluan dapur.

Harga bahan pokok yang melunjak naik membuat para ibu siaga. Untuk menyambut hari meugang dan awal Ramadhan, kaum ibu harus berpikir keras untuk menyusun taktik dan anggaran yang harus dikeluarkan. Ini bukanlah hal yang mudah, mengatur keuangan keluarga demi terpenuhinya perayaan Meugang dan kebutuhan lainnya cukup menguras pikiran perempuan sebagai manajer keuangan keluarga. Mereka, perempuan, harus memikirkan berbagai keperluan Meugang yang luar biasa harganya.

Ketika hari Meugang tiba, kaum perempuan mulai sibuk di dapur mereka. Menyisingkan lengan baju mereka sejak matahari keluar hingga terbenam lagi. Berbagai kue seperti timphan, tape, leumang, atau ketupat disediakan. Ditambah berbagai lauk-pauk nan nikmat, seperti rendang, sie reuboh, sop, sie mirah tersedia di meja makan.

Hal ini dilakukan oleh para ibu dengan suka cita, dengan harapan keluarganya dapat menikmati hidangan nan lezat yang hanya dinikmati setahun sekali menjelang Ramadhan. Tidak diperdulikannya peluh yang mengalir dari tubuhnya, bau amis daging dan bumbu yang melakat di badannya, tumpukan piring kotor yang dicuci berkali-kali, atau sisa-sisa sampah setelah aktivitas memasak selesai.

Yang terpenting adalah, sekeluarga dapat menikmati indahnya meugang. Menyajikan hidangan yang enak dan lezat demi sebuah kebersamaan dalam keluarganya.


Malam hari adalah sedikit waktu yang dinikmati oleh kami, perempuan, untuk berehat sejenak setelah aktivitas panjang yang kami lakukan di dapur. Sambil memikirkan, menu apalagi yang dapat disajikan untuk sahur dan berbuka esok harinya. Atau adakah sisa-sisa dari lauk-pauk yang dapat dipanaskan kembali untuk dimakan.

Sehingga mata pun terpejam, diantar oleh segurat senyuman bahagia dari anak-anak dan suami terhadap kami, perempuan.

Selamat menyambut bulan Ramadhan. Barakallah.

DQmTtT5dMeuTXG91Nyou3LGXuxkfZ8xQKUETMt9YUD5dipm_1680x8400.jpeg

*Tulisan singkat ini ditulis di sela-sela kesibukan mengurusi dapur rumah. Meulaboh, 15 Mei 2018

Sort:  

Beli berapa kilo kak. Heee

Berkilo-kilo dek. Haha

Ahaa... Meugang memang harinya perempuan. Hee. Pasti sibuk banget tu. Menyiapkan hidangan yang terbaik. Best lah kak.

Jangan tanya sibuknya, ni baru bisa rehat buat ngelirik steemit bentar. Bahkan ga sanggup mikir buat nulis. Haha

Perempuan selalu punya cerita tiap meugang tiba ya!

Iya, perempuan paling sibuk mikir meugang. Yang laki-laki sih selo aja. Asalkan udah mampu bawain daging ke rumah, aman. Hehehe

keberadaan ibu rumah tangga yang mampu meracik masakan begitu nikmat mebuat gulai daging mankyuuuus.. mantap tulisan ini.

Coin Marketplace

STEEM 0.32
TRX 0.12
JST 0.034
BTC 64647.93
ETH 3160.25
USDT 1.00
SBD 4.09