"Peusijuk", Traditional Customs of Aceh
Since the time of the kingdom of Aceh until now, customs are not separated from the life of the people of Aceh. The customs have become a special and sacred moment in social and religious behavior for the people of Aceh. The phrase "Hukom Ngon Adat Hanjeut cre Lagee Zat Ngon Sifeut" (custom and sharia law can not be separated as substance by its nature), proves that custom has given its own place in Aceh's religious procession. Custom and religion are likened to fingernails with flesh, so the Islamic rule has become part of custom.
Sejak jaman kerajaan Aceh hingga sekarang, adat istiadat sudah tak lepas dari kehidupan masyarakat Aceh. Adat istiadat telah menjadi momen yang istimewa dan sakral dalam perilaku sosial dan agama bagi masyarakat Aceh. Ungkapan “Hukom Ngon Adat Hanjeut cre Lagee zat Ngon Sifeut” (adat dan hukum syariat Islam tidak dapat dipisahkan seperti zat dengan sifatnya), membuktikan bahwa adat istiadat telah memberikan tempat tersendiri dalam prosesi agama masyarakat Aceh. Adat dan agama diumpamakan seperti kuku dengan daging, sehingga kaidah Islam sudah merupakan bagian dari pada adat.
There are some customs of Aceh, such as at weddings, circumcisions, people who will go Hajj, and receive some important guests and guests from outside the region, even when building a house or buying a new vehicle, the ceremony Peusijuk is also often done.
Ada sebagian adat Aceh, seperti pada acara perkawinan, sunatan, orang yang akan berhaji, dan penerimaan tamu penting dan tamu dari luar daerah, bahkan pada saat membangun rumah atau membeli kendaraan baru pun, Peusijuk kerap kali dilakukan.
The implementation of Peusijuek ceremony usually always presents a Tengku (religious leader) or the elder (the traditional assembly) as the leader of the ceremony. After completing the ceremony peusijuek, usually accompanied by a prayer together led by Tengku to get the blessing and grace of Allah SWT.
Pelaksanaan upacara Peusijuek biasanya selalu menghadirkan seorang Tengku (tokoh agama) atau orang yang dituakan (Majelis adat) sebagai pemimpin upacara. Setelah selesai melakukan upacara Peusijuek, biasanya diiringi dengan doa bersama yang dipimpin oleh Tengku untuk mendapat berkah dan rahmat dari Allah SWT.
