Berbagi Jurus untuk Jawara

Satu persatu peserta kuminta memperkenalkan diri, disertai cerita pengalaman tentang penulisan. Ada yang sudah terbiasa menulis berita, ada yang lihai opini, ada puisi. Tapi yang unik adalah pengakuan Anwar, pengurus Masjid Raya Baiturrahman. “Saya paling sering menulis pengumuman, berita belum,” ujarnya. Geeerrrrr, satu ruangan tergelak dalam keceriaan.

Sabtu 2 Juni lalu, aku mendapat kesempatan mengajar menulis kepada 31 peserta Jurnalisme Warga Kutaraja (Jawara). Mereka ragam latar, sebagian besar mahasiswa, lainnya pegawai, pekerja swasta dan pengurus lembaga masyarakat di Banda Aceh. Yang pasti, semuanya punya minat menulis.

Ada empat orang yang menunjuk tangan ketika kutanya akun #steemit mereka, artinya sebagian sudah mengenal media sosial ini dan gampang untuk mengajak promosi. Selebihnya aktif di blog, twitter, paling banyak facebook dan Instagram.

Pelatihan diinisiasi oleh Pemerintah Kota Banda Aceh melalui bagian Humas-nya, disertai dengan meluncurkan aplikasi Jawara, untuk menampung laporan jurnalis warga, terutama yang telah mendapatkan pelatihan, aksesnya melalui http://bandaacehkota.go.id/jawara. “Ini menjadi sarana bagi warga untuk menyampaikan informasi, juga saran dan kritikan,” kata Kabag Humas Setdako Banda Aceh Taufik Mauliansyah saat membuka acara. Dia didampingi Kasubbag Humas, Aulia Putra.

Pelatihan dimulai pukul 10.00 WIB. Aku dan Yudiranda, bloger tenar pemilik akun @anakkorea bergantian mengisi materi. Urusan menulis laporan jurnalistik menjadi bagian ku, sementara Yudi mengajarkan pemanfaatan media sosial sebagai tempat berkreasi, menumpahkan ide sampai menghasilkan fulus. Di sela-sela memberi materi, perihal #steemit juga kusebut.

Belajar santai tapi serius, materi kusampaikan dengan ringan mengingat semua kami sedang berpuasa. Belum lagi rasa kantuk dengan dinginnya ruangan. Semangat yang tinggi dari peserta, membuat ku terus bertahan menurunkan ilmu menulis.

Secara umum peserta kuajarkan menulis berita dengan dua format; straight news (berita pendek) dan feature. Semua tak asing dan mudah saja memahami berita pendek, karena model ini disusun berdasarkan fakta-fakta, memenuhi unsur 5W+1H (what, who, where, when, why + how). Sederhana saja, bahkan pengumuman jika ditulis baik sudah memenuhi unsurnya.

Sedikit rumit adalah feature, model berita yang mengandalkan deskripsi dalam penulisannya. Artikel jenis ini kreatif layaknya sebuah cerita, kadang-kadang subyektif dalam memberi informasi kepada pembaca tentang suatu kejadian, keadaan atau aspek kehidupan. “Kawan-kawan, cobalah menulis dengan model feature, ini akan awet kendati sedikit rumit saat pengumpulan bahan,” kata ku memberi petunjuk.

Feature lebih bisa bertahan dibandingkan berita pendek karena gaya bahasa menarik, memuat kelengkapan kisah, dan mengungkap fakta di balik peristiwa. Model ini biasa dipakai majalah dan tabloid. Dalam dunia jurnalistik, laporan feature selalu dibayar mahal dibandingkan straight news. Di #steemit, kita mudah menemukannya.

Yudi mengisi materi usai zuhur. Dia membagi trik sukses di media sosial, yang dapat menampung segala materi; tulisan, foto, video, infografis dan lukisan. Tinggal melihat potensi diri, memakai media sosial yang cocok sesuai karakter. “Masing-masing punya keunggulan,” katanya. Harapannya semua peserta dapat berpartisipasi aktif dalam memberikan informasi yang berguna bagi seluruh warga.

Sampai waktunya praktik, para peserta kami minta menulis laporan feature terkait kegiatan tersebut. Kutegaskan kembali bahwa deskripsi adalah roh feature. Setelah kelar tulisan disetor dan kami evaluasi. Aku lega, sebagian sudah menunjukkan kemampuannya.

Proses belajar terus berjalan di luar kelas, mereka kuminta untuk bertanya jika tak paham. Dan latihan rutin serta giat membaca adalah jurus selanjutnya. Sukses untuk Jawara. []

Foto: Dokumen Humas Kota Banda Aceh

@abuarkan