Di Rontgen... Kenapa Takut?

Dia datang ke radiologi dengan kursi roda yang didorong oleh perawat Instalasi Gawat Darurat, tubuhnya ringkih karena disapu usia, jalannya pelan, entah karena faktor usia atau karena menahan rasa sakit yang dia alami. Dia tampak ragu dan cemas untuk dilakukan pemeriksaan radiologi. Apalagi ketika matanya melihat ke arah peralatan pemeriksaan, rasa takutnya semakin bertambah. Kecemasan yang dia rasakan sangat wajar karena ketidaktahuannya, serta karena telah terlanjur mendapatkan informasi yang tidak tepat. Dari kejauhan saya memperhatikan gelagat Bapak ini, kemudian saya menghampirinya dan mengajak Bapak ini berbicara agar rasa takutnya berkurang. Saya meyakinkan Bapak tersebut untuk bersedia dilakukan pemeriksaan. Sesuai dengan permintaan dokter, pemeriksaan yang diinginkan adalah foto thorax PA.

Foto thorax PA (Posterior Anterior) adalah pemeriksaan rontgen dada menggunakan sinar-X dengan arah sinarnya dari posterior (belakang) ke anterior (depan). Sinar-X ini tidak tampak (tidak terlihat) tapi dapat menembus hampir semua bahan.

Agar pemeriksaan ini berjalan sukses, saya harus meyakinkan Bapak tersebut untuk bisa bekerja sama dengan saya. Karena apabila Bapak tersebut ragu untuk dilakukan pemeriksaan, maka Bapak tersebut akan tidak bisa diam di saat dilakukan pemeriksaan radiografi.

Prinsip dari pemeriksaan radiografi (rontgen) tidak jauh berbeda dengan fotografi yang menggunakan kamera. Apabila objek bergerak maka kualitas gambar kurang tajam dan detailnya (resolusi) berkurang.

Perbedaan radiografi dengan fotografi adalah pada penggunaan sumber sinarnya dan pada posisi objeknya. Pada radiografi memanfaatkan gelombang elektromagnetik jenis sinar-X dengan posisi objek ditengah antara sumber radiasi dan film (image reseptor), sedangkan pada fotografi memanfaatkan cahaya sebagai sumbernya dan objek berada di depan sumber cahaya dan film (image reseptor/detektor).

Bagaimana kalau pasiennya tidak sadar?
Itu kasusnya lain lagi, pada pasien tidak sadar maka saya akan mengganjal objek yang akan diperiksa dengan sand bag atau bila perlu mengikat pasien dengan sabuk agar tidak bergerak, atau diberikan obat penenang oleh dokter.
Karena apabila saya paksakan pemeriksaan pada Bapak tersebut yang masih dalam keadaan ragu atau tidak tenang maka pemeriksaannya akan gagal, dan nantinya pemeriksaan ini harus saya diulangi lagi sampai sukses.

Prinsip radiografi ini karena menggunakan sinar-X sebagai sumber radiasinya, maka apabila dilakukan pengulangan pemeriksaan akan sangat merugikan pasien, karena pada objek yang sama telah terjadi beberapa kali paparan radiasi sinar-X, semakin sering terpapar sinar-X maka akan meningkatkan resiko dari dampak sinar-X tersebut. Untuk lebih jelas tentang dampak sinar-X baca disini.

Waduh... ceritanya sudah terlalu teoritis ini, kebiasaan saya keluar lagi deh, kembali ke topik bapak tadi.
Setelah saya yakinkan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti tentang manfaat di rontgen, akhirnya Bapak tersebut bersedia untuk dilakukan pemeriksaan dadanya dengan sinar-X.
Saya meminta beliau untuk melepaskan baju dan segera menggiring bapak tersebut untuk berdiri mendekati sebuah tiang yang menyangga sebuah kotak pipih (bucky stand) tempat pasien untuk diposisikan pada posisi PA (Posterior Anterior). Karena kondisinya yang lemah, saya meminta Bapak tersebut untuk memeluk bucky stand tersebut. Di dalam bucky stand ini sebelumnya sudah saya masukkan kaset radiografi.

Setelah dia nyaman pada posisi tersebut, saya mengatur letak tabung sinar-X agar posisinya tepat pada punggung Bapak tersebut setinggi dada.
Langkah selanjutnya adalah saya mengatur pemilihan kV, mAs, setelah mengatur kV dan mAs dengan tepat sesuai dengan nomor atom dan ketebalan objek, saya meminta bapak tersebut untuk menarik nafas yang dalam dan saya tekan tombol eksposi agar sinar-X keluar dari tabungnya dan menembus dada pasien.

kV (kilo Volt), gunanya untuk meningkatkan kualitas sinar-X yang keluar dari tabung sinar-X.
mAs (mili Ampere dan Second/detik), fungsinya untuk meningkatkan kuantitas sinar-X yang keluar dari tabung sinar-X.
Pengaturan kV dan mAs yang rendah atau yang terlalu tinggi akan menurunkan kualitas gambar radiografi. Jadi kombinasi antara keduanya akan sangat menentukan kualitas radiografi yang dihasilkan.

Tujuan pasien menarik nafas yang dalam agar paru-paru mengembang sehingga tulang-tulang iga bagian depan sejajar dengan tulang-tulang iga bagian belakang. Ini akan menampilkan lapangan paru yang lebih luas sehingga gambaran paru-paru tidak tumpang tindih (overlap) dengan tulang-tulang iga.

Setelah saya lakukan eksposi, pemeriksaan radiografi dada sudah selesai. Saya segera menghampiri Bapak tersebut untuk membimbingnya ke kursi roda dan melakukan serah terima pasien dengan perawat pendorong Bapak tersebut.
Tugas saya selanjutnya adalah memasukkan kaset yang berisi image plate atau detektor ke dalam image reader. Oleh image reader bayangan laten yang ditangkap oleh detektor akan diolah menjadi data digital dan ditampilkan di layar monitor.

Di layar monitor saya melakukan pengeditan gambar dan menginput identitas pasien. Setelah pengeditan gambar selesai, gambar tersebut saya cetak pada film dengan menggunakan printer laser khusus untuk film radiografi, dan film tersebut saya serahkan kepada dokter spesialis radiologi untuk dilakukan ekspertise (baca foto). Setelah dilakukan ekspertise oleh dokter spesialis radiologi, foto (radiograf) tersebut diserahkan kepada pasien.

Itulah langkah-langkah dalam menghasilkan gambar radiografi pada pemeriksaan dada. Semoga Anda tidak cemas lagi saat diminta pemeriksaan radiologi atau pemeriksaan rontgen (baca: ronsen).