Pukul Berapa Berlabuh?
Senyap sudah dari hiruk pikuk
Berubah hampa tanpa suara
Hanya hening
Alam bergeming
Lalu suara detik jarum jam
Seolah menghibur dikala kelam
“Pukul berapa berlabuh?”
Tanyamu kala itu yang kujawab dengan tatapan hampa.
Aku belum ingin membuang sauh,
Hamparan luas laut khayal menyukaiku,
Sebagaimana aku menyukai biru.
Tatapanmu yang terus mendesakku.
“Belum tahu.” Kujawab saja begitu.
Diresteem ke 7550 follower ya.. ;) (Sececah kontribusi kami sebagai witness pada komunitas Steemit berbahasa Indonesia.)
Thanks!
You got a 18.18% upvote from @kakibukit courtesy of @puncakbukit!
Wah, berasa banget “ketidakpastian”-nya di puisi kk ini. Tapi, ada kenyamanan dalam ketidakpastian itu.
Maaf kalo aku salah interpretasi, tapi ini keren loh, kak 👌🤗
Terima kasih apresiasinya @diyanti86, silakan dimaknai tergantung pembaca, nggak ada yang salah. 😘
Aku pun, masih ingin menggantung sauh, dan melanjutkan pelayaran. Jangan suruh aku berlabuh, karena sauh kugantung jauh. 😀
Aku menikmati petualangan kali ini, walau terombang-ambing dalam ombak ambigu dari semua ucapmu. Kau tahu, suara sejernih lonceng milikmu acap kali buatku ragu...
Apa kau sungguh menginginkanku?