Tadi sore, saya menghampiri sebuah kios penjual makaroni panggang di pinggir jalan. Kios ini sepertinya baru saja dibuka, jadi saya sangat ingin sekali mencoba. Lagipula, tampilan dagangannya juga sangat menarik sekali! Saya langsung jadi laper melihatnya.

Sembari membeli, dengan bercanda saya berujar, "Enak nggak nih? Kalo nggak enak uang kembali ya? Hehehe." Sambil nyengir khas dengan gaya saya.

Saya sangat terkejut sekali saat penjual malah menjawab, "Maaf ya ko kalo rasanya nggak enak. Soalnya saya baru buka. Kemarin-kemarin saya buka dagangan juga nggak ada yang laku, pasti karena nggak enak. Kalo ko minta uang kembali, saya ikhlas."

Padahal rasanya enak!

Bila ada calon pembeli mendengar review si penjual mengenai produk yang dia jual, tentu orang akan percaya pada review tersebut. Karena SIAPA LAGI yang paling memahami produknya kalo bukan penjualnya sendiri?

Nah kepercayaan diri juga begitu. Kalo kamu memandang rendah diri, "menyebarkan review" tentang betapa nggak lakunya kamu, betapa jomblonya kamu, dan rajin bercerita tentang penolakan-penolakan kamu, orang tentu akan percaya! Orang akan ikut-ikutan nggak percaya (kualitas dirimu), sama seperti kamu nggak percaya (pada kualitas) diri (sendiri)!

Hari ini juga, ambil secarik kertas dan tuliskan 20 hal yang membuat kamu tidak percaya pada diri sendiri. Di sebelahnya, tuliskan 2 solusi untuk masing-masing dari 20 hal tersebut. Praktekkan solusinya mulai akhir minggu. Dalam waktu singkat, kamu akan kehilangan banyak sekali alasan untuk meragukan apa yang kamu lihat di kaca dan pelan-pelan mulai percaya pada dirimu.

Percaya diri dulu! Barulah orang percaya kita.

@esbede