Literasi Media Kreatif

in #esteem6 years ago

image

Oleh: Jufrizal M. Daud

Perempuan ini menyatakan buku bagi ia adalah inspirasi dan vitamin untuk menghasilkan sebuah karya. “Beragam buku yang saya baca selama ini telah memberikan variasi dalam karya buku-buku saya juga,” tutur Mellyan.

Selama akrab dengan dunia literasi, Mellyan menerbitkan bukunya, Syamtalira Crueb Up and RUN, Alfian Ibrahim:perjuangan, pengabdian dan cinta untuk Aceh, Fakta Berbicara (Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005), dan Kebenaran Untuk Anak Cucu.

Rasa cintanya terhadap buku berasal dari kebiasaan orang tua. Ibunya sering membawakan majalah anak-anak untuknya sepulang berpergian. Dia mengingat Ibunya selalu membacakan cerita dari majalah tersebut. “Sewaktu itu saya belum bisa membaca, tapi Ibu selalu membeli majalah dan membacakan untuk saya,” kata Mellyan.

Ketika masuk sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan madrasah aliyah, Mellyan bercerita buku-buku di perpustakaan sekolahnya kurang menarik. “Di sekolah, saya tidak menemukan akses ke buku yang menarik untuk dibaca. Rangsangan membaca lebih besar ketika berada di rumah,” kata ia.

Mellyan lahir di Meulaboh. Selepas madrasah aliyah , dia pergi ke Banda Aceh untuk melanjutkan belajar di Syariah Muamalah wal Iqtishad, Institut Agama Islam Negeri Ar-Raniry.

Pergulan di kampus dengan mahasiswa-mahasiswi dari beda jurusan membuat ia menemukan Lembaga Pers Mahasiswa Majalah Sumberpost. Semenjak itu ia mulai menulis artikel.

Awal tahun 2016 lalu ia kembali ke Meulaboh dan mengajar di salahsatu perguruan tinggi di sana. Katanya,”Sebelum memulai materi kuliah, saban hari saya menceritakan topik tentang buku yang telah saya baca, di lain waktu mereka yang harus membaca buku apapun itu dan menceritakan isi buku tersebut.”

Saban hari perpustakaan di kampus dikerumin mahasiswa Mellyan, tapi lama-kelamaan mahasiswa mengeluh, menurut mereka tugas seperti itu berat. Di ruang kelas hanya satu, dua orang mahasiswa yang suka membaca.

“Saya miris mendengar pengakuan mahasiswa soal tugas mereview buku itu berat, lebih mirisnya ketika mengetahui hanya satu, dua orang saja yang suka membaca,” ungkap Mellyan.

Kurangnya minat baca di kalangan mahasiswa juga dibenarkan oleh Junaidi. Ia suami Mellyan. Ia mengenang, tahun silam ada toko buku di Meulaboh mesti tutup karena sepi pembeli.

Bagi Junaidi, buku adalah semua perihal yang bisa digambarkan lewat penglihatan, pendengaran, serta rasa yang berwujud lewat tingkah laku. Menurut ia bukan bukan sebatas dipahami dalam bentuk tekstual, tapi mewujudkan kreatifitas diri.

image

“Mungkin banyak orang yang memiliki buku, tapi tidak banyak orang mengambil manfaat dari buku itu,” kata Junaidi.

Keseriusan Junaidi pada literasi dipicu saat berprofesi sebagai wartawan. Menurutnya menjadi wartawan dituntut menguasai dan memahami berbagai macam hal saat liputan, dan mewujudkannya dengan cara memperkaya feresensi bacaan sebagai ilmu pengetahuan.

Mellyan dan Junaidi cemas dan prihatin dengan kondisi generasi muda di tempatnya. Suatu hari mereka dan sejumlah teman lainnya berencana membuat gerakan memadukan literasi (membaca dan menulis) dengan media kreatif, dan menyebutnya Basajan Creative School atau BCS.

“Rendahnya kemauan dan pemahaman generasi muda di kawasan Barat Selatan Aceh tentang dunia literasi sebagai sarana berkreatifitas adalah dasar berdirinya komunitas ini,” ungkap Junaidi.

Pada Jumat 14 April 2017 membuka dua kelas penulisan kreatif yaitu jurnalistik dan sastra. Melalui bantuan keterlibatan Nurkhalis M. Kasim, Ariski Septian, Nurul Fahmi, Rindi Purnama Putra, Ismail Arafah, Muliadi dan Rahmat Trisnamal menyarankan BCS membuka kelas kreatifitas pengembangan public speaking, fotografi, videografi, desain media kreatif, dan giat mengadakan diskusi seputar literasi media dan kajian keagamaan.

Rumah pribadi Mellyan dan Junaidi disulap menjadi sekolah kreatif. Rumah ini cukup luas, terdiri dari ruang tamu, ruang tengah, dapur, dan beberapa kamar. Lantai keramik. Di ruang depan ada pustakaan kecil serta dijadikan tempat kegiatan belajar dan berdiskusi. ada sekitar dua ratusan koleksi buku di perpustakaan itu, kebanyakan karya sastra.

“Buku-buku adalah punya pribadi, tapi siapa pun boleh membaca di sini. Buku ini sebagai bahan memperkaya pengetahuan untuk peserta Basajan Creative School,” kata Junaid.

image

Selama berkumpul dengan beberapa generasi muda yang ditemuinya, Junaidi menjalarkan kampanye literasi media kreatif ke mereka. Kendala justru bersumber dari karakter malas yang menggerogoti mereka.

Usaha untuk merubah karakter itu terus-terusan akan dilakukan komunitas Basajan Creative School. Beberapa peserta sekolah ini telah mengantar mereka menjadi pemuda yang kreatif memanfaat literasi media.

Sort:  

Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by fujia from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.

If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.

Coin Marketplace

STEEM 0.24
TRX 0.11
JST 0.031
BTC 61122.11
ETH 2972.46
USDT 1.00
SBD 3.66