Singgah di Gampong Garam dan Makan Mie Udang

in #esteem6 years ago (edited)

image

Cerita sebelum Puasa.

Pukul 09.30 WIB aku tiba di rumah kawanku di Gampong Lancang Paru, Pidie Jaya. Kami berdua sudah sepakat untuk balik ke Banda Aceh lebih cepat dari rencana sebelumnya yaitu di sore hari. Kami khawatir jika balik ke Banda sore bakalan diguyur hujan. Maklum, cuaca semakin tak menentu. Di tengah terik menyengat kulit, hujan turun tanpa permisi. Anehnya lagi, hujan itu turun tidak di semua tempat. Misalnya, di gampong A hujan deras, sedangkan di gampong B kering kerontang.

Karena orang yang ditunggu belum mandi, saya merotasikan pandangan. Pekerja menumpuk sengan dengan rapi dan siap dipindahkan ke tempat lain. Rumah itu dirobohkan karena pondasinya tidak kuat lagi menahan beban. Pondasinya miring pascagempa Pidie Jaya 7 Desember 2016. Sementara itu, nyonya pemilik rumah asik membuatkan minuman untuk para pekerja yang dibantu anak-anaknya.

Si Ibu bercerita dalam waktu dekat mereka akan sedikit terganggu akibat pindah rumah. Tempat berkumpul keluarga jadi sempit. Aku membalas ceritanya yang kurang lebih sama. Kataku, waktu renovasi rumah, kami juga mengalami keadaan yang sama. Satu langkah ke dapur, satu langkah ke kamar mandi, satu langkah ke tempat tidur, pokoknya serba satu langkah. Kami pun hanya bisa tertawa.

image

Lancang Paru merupakan gampong yang terletak di pesisir pantai. Umumnya mata pencaharian warga di sektor perikanan. Jadi tidak heran kalau lelaki-lelaki di sana berbadan kekar. Setiap hari mengangkat beban. Sebagian dari mereka memiliki tambak. Kalau hasilnya maksimal, pendapatannya berlipat ganda. Nah, kalau gagal panen, ruginya juga bikin meudhup-dhup jantong.

Nama kawanku itu Ramadhana. Aku kerap mendatangi rumahnya kalau mau pergi ke arah Barat. Rumahku sendiri di Meurah Dua, Pidie Jaya. Sebelum pulang ibunya menawarkan udang putih untuk kami buatkan mie. Udang putih itu hasil diambil semalam dari tambaknya karena sudah mati, tapi masih segar. Kata Ramadhana, ikan-ikan tersebut lebih cepat karena semalam mati akibat suhu air.

image

Setelah menggantung satu kantong plastik udang di sepeda motor Ramadhana, kami bergegas ke warung kopi yang ada penjual mie. Letaknya tepat di pinggir jalan, berdekatan tempat pembuatan garam.

Pemilik warung adalah perempuan saudara Ramadhana. Ia mengupas udang-udang itu dengan cekatan. Sementara kami asik menikmati panorama alam kampung pinggiran pantai itu. Embusan angin sepoi menerpa wajah. Kami duduk di kursi panjang menikmati pemandangan seorang ibu mengais pasir menggunakan alat semacam garpu raksasa dari kayu.

image

Tempat pembuatan garam seperti gubuk yang terbuat dari kayu bercampur bambu. Daerah ini memang dikenal sebagai penghasil garam, selain penghasil ikan. Rencananya, di gampong itu akan didirikan gudang garam. Garam-garam warga akan ditampung di sana. Hal itu bertujuan memudahkan petani garam untuk menyimpan produknya.

Beberapa bulan terakhir, Aceh sempat dihebohkan dengan pemberitaan garam Aceh tidak halal. Tentu saja pemberitaan itu merugikan petani karena masyarakat tidak mau lagi membeli produk mereka. Inilah yang terbayang dalam benak saya melihat perempuan di tengah terik matahari itu.

Saya juga terbayang dengan sebuah film dokumenter berjudul "Garamku Tak Asin Lagi". Film ini mengambarkan kesulitan petani garam. Persoalan lainnya petani garam adalah tidak terjaminnya pasar sasaran dan harga jual. Pemerintah perlu memerhatikan nasib petani garam.

image

Persoalan garam harus dikembangkan dari akar. Alangkah sedihnya saat kita tahu bahwa Pemerintah Indonesia mengimpor garam, padahal Indonesia lebih sangat besar sumber daya alam untuk memproduksi garam.

Sebelum lamunanku berakhir, mie sudah siap disajikan. Warna udang menyatu dengan warna mie. Bentuknya seperti kelereng, menggelinding di mulut. Rasanya nyummyy..

Sort:  

Sangat tragis nasib petani garam Aceh saat ini akibat adanya impor garam yang dilakukan oleh pemerintah.
Mohon upvote & koment juga kwn di @faisaltaib

Benar.

Sangat Miris dengan pernah ada pemberitaan seperti ini Beberapa bulan terakhir, Aceh sempat dihebohkan dengan pemberitaan garam Aceh tidak halal. Tentu saja pemberitaan itu merugikan petani karena masyarakat tidak mau lagi membeli produk mereka. Inilah yang terbayang dalam benak saya melihat perempuan di tengah terik matahari itu. @furqanzaqef

@furqanzedef, bukan @furqanzaqef..wkwkwk..

Sebelum pulang ibunya menawarkan udang putih untuk kami buatkan kami?

Terima kasih Kak @ihansunrise. Senang rasanya dapat koreksi. Hehehe

Semoga mie udang tidak terlalu asin karena kelebihan garam @furqanzedef...

Hehe..
Belum suka yang asin bang @ayijufridar. Kata orang, suka yang asin biasanya udah pengen kawin. Hehehe.

Coin Marketplace

STEEM 0.24
TRX 0.11
JST 0.031
BTC 61243.73
ETH 2974.21
USDT 1.00
SBD 3.69