Our Love Story

in #esteem6 years ago
Ini hanya sebuah tulisan menanti malam,,,

Malam ini, kurasakan betapa indahnya pemandangan malam ini berselimut kabut hitam pekat, yang berhiaskan bintang-bintang yang gemerlap bak ditabur berlian yang bersinar di hamparan pasir hitam. Hingga kusadari malam itu, hujan turun membawa sejuta kenangan akan tentangnya.

Setiap tetes air hujan, selalu mengingatkanku akan kehadirannya, walaupun ku tau dia takkan kembali. Huhh, sungguh malam yang menyedihkan untuk kuhabiskan sendirian. Bertemankan hujan dan malam, aku menunggu kesetiaan itu datang, entah dari mana. Namun yang kutau saat ini aku sedang menunggunya, selalu menunggunya.

2 tahun yang lalu…

Dihari pertama setelah ujian kenaikan tingkat, aku tak sengaja melihat Goldera dan rupanya dia teman sekelasku namun aku tak tertarik dengannya, aku lebih suka sendirian dan lebih pendiam. Tapi kurasa diamnya diriku, membuatnya suka padaku. Dan berawal dari kejadian kecil yang hanya sebuah pulpen yang kebetulan sama, kami saling mengenal namun, aku masih tak tertarik dengannya walaupun aku tau dia menyukaiku dan dia sengaja membuat itu sama. Dan yang paling anehnya, di antara banyaknya siswa saat itu hanya aku dan Goldera yang pulpennya sama, dan itu terulang kembali hingga saat dia benar-benar ingin mengenalku lebih dekat lagi.

Huhh, saat itu aku memang tak peduli dengan dirinya, karena saat itu hatiku hanya terpaut pada seseorang saja yang tak lain ialah Herwanto, orang yang kusuka sejak dulu, dulu sebelum Goldera datang. Lama aku tak peduli padanya hingga saat itu aku benar-benar tak percaya dengan apa yang kulihat saat itu disore hari.

Waktu itu bulan puasa, jadi sambil menunggu berbuka puasa, aku dan adikku pergi ke rumah bibi kami, dan bodohnya aku saat itu aku tak menyadari kehadirannya. Sejak setiap sore kami pergi ke rumah bibiku, aku sudah bisa merasakan firasat yang aneh saat aku datang ke sana.

Firasatku mengatakan bahwa seseorang sedang memperhatikanku dari rumah seorang tetangga bibiku yang berada didepan kontrakan. Dan ternyata dia memang ada, disana selalu memperhatikanku ketika ku datang. Aku tak tau sejak kapan dia ada di sana namun, yang ku tau saat tanpa sengaja aku melihatnya, dia langsung bersembunyi di balik tirai yang ada didepanku. Sungguh ini menggangguku. Dan keesokan harinya, aku tak bertemu dengannya lagi hingga waktu lebaran tiba.

Ketika liburan sudah selesai, kami kembali belajar seperti biasa namun hal yang membuat les itu terasa luar biasanya ialah saat Goldera itu melirik kearahku, beberapa kali dan aku tanpa sadar, menyukainya.
Masa kelamku dengan Herwanto sudah selesai dan kini, hatiku telah berpindah ke dia. Yup, sering aku bermimpi tentangnya dan itu terasa indah. Namun malam itu, dia memanggil namaku untuk pertama kalinya sambil tersenyum kepadaku, dan pergi dari hadapanku, aku hanya terpaku diam menatap punggungnya menghilang di balik dinding. Dengan masih ada perasaan yang entah apa namanya, sepanjang perjalanan pulang aku tak henti-hentinya memikirkan kejadian tadi, saat dia memanggil namaku. Dan tepatnya, malam itu adalah malam Minggu. Yup, sebuah malam yang begitu romantis bagi sepasang kekasih.

Semua hal yang terjadi malam itu kutulis dalam sebuah diary, diary sejak kehadiran pertamanya di hidupku, setelah sekian lama cintaku bertepuk sebelah tangan. Sambil mendengarkan lagu korea kesukaanku, aku kembali membayangkan kejadian yang kualami malam ini, kenangan pertama darinya. Dan karena itu juga, aku tak bisa tidur hingga waktu menunjukkan jam 10 lewat, dan aku masih terjaga. Hingga aku memutuskan untuk menatap langit malam itu dari jendela kamarku.Malam ini, suasananya begitu indah namun, tak ada bulan yang mengiringinya. Aku masih terpaku dengan keindahan malam ini, dan membuka facebookku dan mencari akun miliknya. Dan ketika aku menemukannya, aku pun langsung meminta pertemanan dengannya dan disaat itu juga dia meneriman pertemananku. Rupanya saat itu dia sedang online, dan langsung mengirimkan pesan dari obrolan kepadaku. Pesan pertamanya, hanya menyebut namaku, “Via” dan aku membalasnya dengan emoticon senang, dan dia pun kembali membalasnya dengan pesan yang panjang dan ketika terkirim, aku terkejut membaca pesan itu, yang isinya “Via, apa kamu tau? Aku menyukaimu.. tidak, aku mencintaimu… memang aku terlalu cepat memberitahumu tapi aku tak tahan lagi, tahukah kau kenapa aku mencintaimu? Yup, aku selalu memperhatikanmu dan kau adalah gadis yang aku istimewakan, maaf jika aku tak pernah mengajakmu bicara, ataupun mendekatimu.. tadi aku juga merasa gugup untuk menyapamu, aku takut kamu akan menolakku. Jadi aku harap kamu nggak salah faham denganku.”
“Seseorang yang selalu memperhatikanmu hingga saat ini, dia..”

Aku terkejut setelah membacanya, hingga aku pun tak tau harus membalas apa dan sebenarnya juga aku sudah tau dengan sikapnya yang demikian, tapi awalnya aku kira itu hanya pikiranku saja dan ternyata benar. Dia gugup ketika bertemu denganku. Dan karena aku tak membalasnya, dia pun offline. Dan aku kembali membalasnya dengan emoticon senang.

Keesokan malamnya, aku kembali bertemu dengannya namun kali ini dia tampak berbeda. Saat kami berpapasan, dia menghindar dariku, mungkin karena pengakuannya malam tadi, dia malu bertemu denganku tapi aku hanya tersenyum melihat tingkahnya yang semakin aneh. Dan saat di kelas pun, tingkahnya masih tak seperti biasanya namun lebih sering memperhatikanku, tapi saat dia ketahuan olehku, dia salah tingkah langsung. Dan kuharap tak ada yang mengetahuinya. Hingga saat pelajaran selesai, hujan turun dan jemputanku belum datang, dan begitu juga dengannya. Aku menunggu di depan sebuah toko sendirian yang tak jauh darinya, dan aku merasakan dingin, tapi aku tahan karena aku tak ingin dia tau. Hujan turun semakin deras dan saat ku melihatnya, dia melihatku juga. Aku masih sendirian ditempat itu sedangkan dia bersama dengan teman-temannya bercanda ria di depan les, dan aku senang karena dia tak tau aku sakit, entah sakit apa.Ketika hujan reda, barulah jemputanku datang, dan begitu juga dengannya.. dia dijemput dengan mobil sedan sedangkan aku, hanya motor dan aku kan kedinginan sedangkan dia, merasa hangat di dalamnya, dan masih merasa senang karena dia kan baik-baik saja.

Setelah tiba, aku pun langsung masuk kedalam kamarku dan membuka laptopku dan menulis semua kejadian dari awal hingga dia baik-baik saja ke dalam diaryku. Lancar sekali aku menulisnya hingga aku hampir lupa dengan pesannya yang kemarin. Aku baru ingat ketika aku akan mengetikkan kata facebook, dan aku pun membuka akun facebookku. Sudah terdapat 5 pesan yang dia kirimkan kepadaku yang isinya semuanya sama, dia bertanya “apakah kau baik-baik saja?” dan aku hanya membalas dengan kata “baik” dan dia kembali mengirimkan kata itu, karena dia pikir aku berbohong dan aku masih membalasnya dengan memberitahunya bahwa aku baik-baik saja, padahal sebenarnya ketika waktu di perjalanan hujan turun lagi namun tidak seperti yang tadi, cuma gerimis. Tapi karena ayahku cepat memakai motor dan walaupun aku di belakang, aku kedinginan, sangat dingin hingga telapak tanganku pucat seperti mayat. Aku tak ingin dia tau akan hal ini, dan yup, aku berbohong padanya. Akhirnya dia mempercayainya, dan kami pun mengobrol dan membahas tentang materi les tadi. Setelah dia off, barulah aku off, mungkin karena malam ini dingin, dia tidur lebih cepat, tapi tidak denganku. Aku masih menatap layar laptop dan membaca semua pesan yang dia kirimkan kepadaku berulang kali. Hingga karena kelelahan, aku pun tertidur dan bermimpi kalau dia kan menjadi kekasihku.

Keesokan harinya, ketika aku bangun dan kembali membuka akun fbku, kulihat dirinya sudah mengirimkan pesan kepadaku. Dia bilang. “selamat pagi Via, ku harap hari ini kan menjadi hari terbaik kita dengan tanda emoticon hati diakhir kalimatnya. Dan aku membalasnya dengan “amin” saja.

Hari-hari yang menyenangkan bagi kami, walaupun tak berani bicara secara langsung, setidaknya kami bisa mengenal lebih dekat dari dunia maya dan sejak pengakuan dia malam itu, setiap kami bertemu langsung dia salah tingkah terus di depanku. Hingga suatu malam, dimana bulan menunjukkan rupanya dan bintang-bintang menampakkan dirinya dimalam dingin itu, saat diles, dia maju kedepan untuk menceritakan kegiatan sehari-harinya, dari dia bangun tidur hingga malamnya. Saat menceritakan tentang kegiatan malamnya, dia melirik ke arahku yang membuatku salah tingkah karenanya. Untungnya guru kami tidak mengetahuinya. Dan saat pulang, kami belum dijemput oleh orangtua kami jadi kami menunggu di tempat yang seperti biasa. Dan aku merasa sendirian walaupun dia tak jauh dariku selalu memperhatikanku. Sering aku melamun memikirkan yang dulu secara tiba-tiba, dan semakin kupikirkan, perasaan bersalah mendatangi diriku. Bersalah karena meninggalkannya. Sejenak aku memperhatikan dia, dan saat itulah perasaan bersalahku hilang, hilang karena pikiranku berkata lain.

Terkadang, perasaan bersalah itu datang ketika aku memikirkan yang dulu yang telah lama bersamaku dan hingga saat ini pun, walaupun cintaku hanya bertepuk sebelah tangan, aku masih punya perasaan suka padanya. Dan ketika melihat dia, aku teringat dengan kesalahannya karena telah meninggalkanku. Kedua hal itu sangatlah menggangguku hingga jemputan kami datang. Tanpa melihatnya terlebih dulu, aku pergi dengan sejuta perasaan di hati. Perasaan yang aku juga tak tau apa namanya.

Aku sengaja tak membuka akun facebookku, karena ku tau, pasti dia bertanya tentang diriku yang tadi. Dan malam itu, hujan turun deras dan aku memimpikan mereka berdua. Aku memilih dia daripada yang dulu padahal yang dulu masih menyukaiku. Dan ketika aku bangun dari tidurku, barulah aku menyesal, menyesal karena aku tak memilihnya juga.

Tak terasa hampir setahun kujalani bersama dengannya, namun hal yang tak kuinginkan terjadi. Dia tak pernah terlihat lagi diles dan aku merasa kesepian di sana. Dan semenjak kepergiannya yang pergi tanpa sebab, aku masih berusaha untuk mengetahui keberadaannya lewat facebook dan ketika aku membuka akun facebookku, hampir 100 pesan yang ia kirimkan untukku. Yah, memang banyak karena aku sudah tidak online lagi karena paketku sudah habis dan aku berusaha untuk membelinya lagi.

Banyak pesan yang ia kirimkan padaku setiap hari, yang awalnya menanyakan keadaanku dan dia pun menceritakan isi hatinya, dan sekaligus memberitahuku bahwa dia masih menyukaiku. Dan di antara banyaknya pesan yang ia kirimkan, ada satu pesan singkat yang hingga saat ini aku masih tak mengerti apa maksudnya. Dan aku pun membacanya. Pesannya ialah..

“to someone who I love, aku minta maaf karena aku tak bisa memperhatikanmu, maaf aku harus meninggalkanmu. Tolong lupakan diriku..”

Melupakan dirinya?? Semudah itukah dia mengatakannnya padaku? Memang mudah mengatakannya tapi apa dia tau, hal yang tersulit untuk kulakukan ialah melupakan seseorang. Dia bilang, aku adalah orang yang dia cintai tapi kenapa dia menyuruhku melupakannya? Akupun tak tau.

Dan sekarang hanyalah tinggal kenangan. Dia memang pergi, dan semenjak itu aku tak pernah melihatnya lagi, tak pernah. Dan semenjak dia pergi, aku terus mencoba melupakannya, tapi tak bisa. Kenangan itu terlalu indah tuk kulupakan. Biarlah kenangan ini tetap menjadi kenangan termanis sekaligus kenangan terpahit yang kurasakan.
“Dimanakah dia berada sekarang? Bagaimana keadaannya? Apakah dia masih mengingatku? Apakah dia masih mencintaiku?” hatiku selalu bertanya disetiap hari ketika teringat dengannya. Saat hujan turun, kan terputar kembali kenangan masa lalu yang begitu jelas, seperti baru terjadi. Sangat jelas hingga aku pun tak kuasa mengingatnya kembali.
“Pergilah kasih, kejarlah keinginanmu selagi masih ada waktu. Jangan hiraukan diriku, karena aku rela berpisah demi kebahagiaanmu. Semoga tercapai segala keinginanmu”. Hanya itu yang bisa kuucapkan akan kepergianmu saat ini. Hari-hariku kan kujalani sendiri lagi, tanpa dirinya.

Malam ini, malam dimana setahun sudah dia meninggalkanku tanpa meninggalkan sedikit kabar apapun darinya. Dan malam ini, hujan turun membawa sejuta kenangan indah akan dirinya. Dan kenangan itu kan terputar lagi di pikiranku, dan aku menerimanya, mengingat semuanya. Dia tak pernah lagi datang di mimpiku, dan mimpi-mimpi baru berdatangan. Aku membenci semua mimpi itu, karena tak ada dia di sana. Sangat membencinya. Dibalik jendela, aku menatap langit malam itu. Tak ada bintang, namun bulan masih menampakkan dirinya. Sungguh indah, bulan yang masih menerangi gelap malam ini dengan cahanya yang redup, tapi istimewa. Ahh.. perasaan ini, dia datang lagi, dan aku juga tak tau perasaan apa ini. Dan tugasku sekarang hanyalah menunggunya, dan berharap semoga keajaiban itu datang. Dan aku hanya menunggunya.




Sort:  

Go here https://steemit.com/@a-a-a to get your post resteemed to over 72,000 followers.

Sukses ka lage pujangga keudeh

Coin Marketplace

STEEM 0.24
TRX 0.11
JST 0.031
BTC 61585.79
ETH 3005.19
USDT 1.00
SBD 3.68