Celoteh CALEG Muda

Assalammualaikum yaa ahlil steem...

Pertengahan malam ini sepulang ngopi marilah kita membuat sebuah konten lucu. Berangkat dari obrolan warung kopi yang cenderung bebas dan terbuka "agak" condong "brutal" tak menentu arah itu, ada sebuah pembahasan yang menarik untuk dituangkan disini.

Salah seorang sahabat mengajak serta temannya yang seorang Calon Legeslatif (caleg) dari salah satu partai terkemuka, kita pakai inisial saja nama partainya agar tidak ada saling curiga dan menebar fitnah, partai itu berinisial PDIP, sedangkan nama temannya salah satu sahabat itu AR, kita pakai inisial juga.

Image source

Katanya bahas politik di platform ini tabu, katanya kurang etis dan sebagainyalah malah sampai ada yang mengusir ke facebook jangan disini jika bahas politik. Baiklah kita ignore pernyataan tak "berdalil" itu.

Pada tahun politik seperti ini, tebar pesona para caleg menjadi hal lumrah, tak terkecuali AR, saat tiba beliau langsung bersalaman dengan kita satu persatu dengan tersenyum, standarisasi tabiat orang sini itu. AR berperawakan tegap tinggi dan ganteng, tutur katanya teratur dan mencerminkan dia sebagai orang yang terpelajar, "kayaknya".

Sampailah pada pembahasan yang sudah diwanti-wanti, yaitu politik, sebelum masuk ke pembahasan politik sebelumnya pembahasan mengenai film. AR ditanyai kawan-kawan apa motifasinya naik sebagai caleg, karena angapan kawan-kawan dia masih sangat muda belia dan terkesan culun. AR memaparkan dengan baik, "korupsi di negara kita telah menjamur, anak muda tidak berperan penting akan arah politik negara kita, kini waktunya yang muda berbuat sesuatu" begitulah jawab AR dengan gamblang.

Jadi qe naik dari partai apa? Tanya seorang kawan yang berhadir disitu, dari PDIP bang, jawab AR. Issss dari PDIP pulak qe naik macam gak ada partai lain aja. Memang kenapa bang? Tanya AR lagi. Itu kan partai pendukung berat si penista agama Ahok, bilang al fatihah aja gak bisa dah macam PKI aja, dari situ pulak qe naik, sergah sahabat itu. Abang jangan fitnah bang, PDIP bukan PKI abang bisa dilaporin polisi karena omongan abang, nada AR mulai tinggi. Qe lapor terosss, aku kan bilang macam PKI, sanggah salah seorang sahabat. Qe mau berantas korupsi tapi kader partai qe yang paling banyak terjerat kasus korupsinya, apa bilang taikkk, lanjut salah seorang sahabat.

Tampaknya AR mulai tersinggung, namun akhirnya dia mengalah, "kita jangan lihat partainya bang, abang lihat personal aku, program-program kerja yang bakal aku jalankan jika terpilih" jelas si AR. Haalahhh qe kalo si Megawati suruh dukung LGBT apa bisa qe tolak, apa mau dipecat qe dari PDIP? Gak ada partai lain yang paling sibuk mendukung LGBT selain partai qe, dah kubilng macam PKI han pateh, cerocos salah seorang sahabat.

Gak bang, aku gak dukung LGBT aku tau itu salah aku mantan pesantren bang, ada belajar agama juga aku bang, tapi yang perlu abang tau mereka (LGBT-red) juga manusia orang tu juga tidak ingin jadi LGBT tapi karena jiwa mereka terjebak di tubuh yang salah maka mereka kayak gitu.

Apa qe bilang, boh yee!! Dari pernyataan ente saja sudah jelas kemana arah otak qe. Darimana pulak orang tu gitu, karena banyak gaul dengan bencong maka jadi bencong lah, prilaku itu berasal dari lingkungan bukan terjebak tubuh nyoe, jeh. Tampaknya pembahasan mulai mengkrucut ke arah penyimpangan seksual, masing-masing mengeluarkan pendapatnya, disini kita tidak menuliskan semua dikarenakan banyak kata-kata yang terlalu terus terang dan apa adanya. :)

Ngopi semalam menghabiskan waktu yang cukup lama dari jam 8 malam hingga jam 12 tengah malam, pembahasan politik tidak akan lepas dari sosok Jokowi Presiden Republik Indonesia yang sangat menarik untuk dibahas, tapi kita tidak menuliskan juga disini karena kalimat yang terus terang dan apa adanya itu. Ada satu kalimat menarik yang bisa kita kutip.

darimana hebatnya buat jalan tol, bangun sana bangun sini tapi masyarakat gak tau cari duet dimana untuk hidup, sembako harga naik, listrik, minyak, semua naik, apa-apa impor, impor koq apa-apa, utang negara "meroket" kalo masalah bangun membangun Firaun jauh lebih hebat, gak usahlah sama Firaun sama Kek To (Soeharto presiden kedua Indonesia) aja kalah, kek To itu bapak Pembangunan tau qe, hahahha...

Demikianlah sedikit kutipan yang bisa kami sajikan dari obrolan ngopi tadi. Ambil hikmahnya saja, tidak usah sakit hati bagi tersakiti, tidak usah kegirangan bagi yang girang, bek goyang, namanya juga warung kopi. Akhirnya tibalah dipenghujung pertemuan.

semuanya 75 ribu bang, udah bang biar aku aja bayar. Ahhhh gitulah caleg, sering-sering aja ya, makasi beh, cas ile sigoe bek sleg!

Buruj ck
Naik kaki ke dinding 5/12/2018