KULI for TASDI

Kuli seorang pemuda desa yang berasal dari keluarga terpandang karena memiliki harta kekayaan dibandingkan penduduk lainnya di desa itu. Tinggal disebuah desa terpencil tidak menurunkan semangat Kuli untuk terus belajar di kota.

Tiba saatnya Kuli pulang kampung dengan membawa gelar pulang gelar sarjana. Kuli satu-satunya penduduk desa itu yang memiliki pendidik tinggi. Desa Tasdi tempat kelahiran Kuli, Tasdi sebuah desa terpencil yang berada di lereng pegunungan ditengah rimba raya. Sama sekali belum ada fasilitas publik di desa itu, mulai dari jalan, fasilitas kesehatan, pendidikan, bahkan energi listrik tidak tersedia di situ.

Untuk menempuh perjalanan ke kota membutuhkan waktu dua hari dua malam jalan kaki. Kebiasaan warga menurunkan hasil pertanian menggunakan gerobak kerbau atau lembu dan tentunya harus menginap dalam perjalanan.

Desa Tasdi bermukim sebanyak 43 kepala keluarga, termasuk keluarga Kuli. Ayah Kuli merupakan mantan kepala desa Tasdi. Karena didera suatu penyakit, ayah Kuli mengundurkan diri sebagai kepala desa, dan saat ini kepala desa di jabat oleh Gunting yang memiliki acara fisik karena diterkam harimau.

Kuli memilih pulang kampung bertujuan untuk merubah kondisi desa dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah didapatkan. Kuli mulai melakukan pengorganisasian warga untuk diberikan pencerahan tentang hak asasi manusia. Pintu ke pintu Kuli menyapa warga hanya sekedar melakukan diskusi dan obrolan ringan terkait mimpi dan cita-cita.

Kuli tidak pernah lagi menyampaikan kondisi kepada pemerintah. Karena tidak sanggup terhitung lagi jumlah proposal yang dikirimkan untuk pembangunan desa Tasdi, namun permohonan itu tidak pernah dikabulkan oleh pemerintah. Justru Kuli berpendapat pemerintah telah menghapus desa Tasdi dalam peta administrasi kabupaten Tukiy.

Kuli menggalang bantuan warga untuk membangun jalan sehingga dapat diakses dengan mudah untuk menuju kota. Dimana dulunya butuh waktu dua hari, setelah dibangun jalan hanya butuh waktu setengah hari sudah sampai ke kota. Kuli merancang pembangkit listrik tenaga air sebagai sumber energi desa Tasdi. Kuli juga membangun fasilitas pendidikan dan kesehatan bersama warga. Kuli mendidik generasi desa untuk mendapatkan pendidikan non formal.

Sepuluh tahun kemudian, seluruh warga desa memiliki kemapuan setara dengan lulusan SMA, meskipun tanpa ijazah mereka memiliki pengetahuan sama seperti penduduk kota yang tamat SMA, itu semua berkat kerja keras Tuli.

Dalam sepuluh tahun itu Kuli membangun jaringan internet di desa. Kuli mengajarkan anak-anak menggunakan internet, Kuli juga mempromosikan kondisi desa melalui sebuah blog yang bernama www.kulifortasdi.com

Dalam blog tersebut, Kuli tidak pernah menyebutkan Tasdi itu berasal dai kabupaten Tukiy, Kuli berikan nama kabupaten samaran untuk mengelabui pemerintah Tukiy.

Desa Tasdi sudah menjadi pembicaraan semua orang di negara Yokil. Begitupun nama Kuli sudah dikenal di seluruh negeri, namun mereka tidak pernah berjumpa langsung dengan Kuli.

Bupati Tukiy menganggarkan program studi banding bagi seluruh kepala desa untuk belajar ke desa Tasdi. Dalam anggarannya pun dialokasikan biaya pesawat dan penginapan luar daerah. Sebelum jadwal studi banding, ajudan Bupati menghubungi Kuli menyampaikan rencana studi banding itu.

Kuli menyampaikan, tidak perlu ke desa Tasdi, karena sebenarnya desa Tasdi sudah lenyap dari peta. Ajudan semakin penasaran, hingga akhirnya Bupati menghubungi Kuli secara langsung. Akhirnya Kuli membongkar rahasia yang bahwa desa Tasdi ada di kabupaten Tukiy yang dipimpin oleh Bupati itu.

Mendengar pengakuan itu, Bupati Tukiy merasa terpukul dan malu, akhir Bupati Tukiy menganggarkan semua kebutuhan desa Tasdi dalam setiap anggaran tahunan Pemerintah.

Inilah kerja keras Kuli, anak desa terpencil yang mempunyai merubah kondisi desa sehingga dikenal di seluruh pelosok negeri.