Untung Tak Dapat Diraih, Malang Tak Dapat Ditolak

in #esteem6 years ago

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Sebuah ungkapan yang menggambarkan nasib baik dan buruk itu merupakan sebuah ketentuan. Sebagai orang yang beriman tentu ketentuan itu kita sandarkan kepada Allah SWT. Itulah yang saya alami hari ini. Hari ini naas sedang memihak pada saya. Sudah jatuh tertimpa tangga. Betapa tidak, sebelum Jumat tadi saya berangkat dari Calang menuju Beureuneun. Sebagai perjalanan rutin mingguan yang kerap saya jalani sejak 8 tahun belakangan.

Belum terlalu lama, baru 8 tahun saya ruting wara wiri Calang - Beureuneun, banyak sudah pengalaman dan kejadian yang saya rasakan, tapi pada kesempatan ini saya tidak sedang membicarakan perihal 8 tahun jadi "anak jalanan", hanya apa yang saya alami hari ini saja yang ingin saya haturkan ke hadapan handai taulan sekalian. Ya hanya dua naas beserta pendampinya saja.

Pukul 11:00 saya janji untuk berangkat dari Calang pada seorang teman yang akan menemani saya dalam perjalanan tadi. Tepat pukul 11:00 teman itu menghubungi saya mengabarkan bahwa dia sudah siap dengan segala urusan tetek bengeknya di kantor dan sudah di rumah. Saya sedikit mengulur waktu, ada hal yang belum selesai saya kerjakan di kantor. Bukan tugas penting sebenarnya. Tapi saya selesaikan saja biar sedikit plong pikiran meninggalkan kantor. Dan tidak menjadi beban di hari senin nanti.

Pukul 11:30 saya ready dengan urusan saya. Teman itu kembali menghubungi saya, dia sudah tidak di rumahnya, tapi sudah berada di sebuah warung kopi depan BSM Calang. Saya segera meluncur ke warung dimana teman saya berada. Sebelum sampai di warung itu saya sempat memastikan ada tidaknya premium di SPBU. Ternyata premium sedang dalam proses bonhkar. Langsung saya tancap gas menjemput teman yang sudah menunggu sejak 20 menit yang lalu.

Saya tiba di warung dan teman segera membayar makan minumnya pada pemilik warung. Dan menuju mobil. Kami sudah siap untuk berangkat. Sedari masih di Calang saya beritahu teman itu, kalau saya ada beberapa keperluan di Lamno berkaitan dengan pembangunan rumah dhu'afa. Sang teman ikut saja. Ok gak masalah, sergah teman saya. Kami pun meluncur.

Jam menujukkan pukul 11: 40, kami berencana bisa shalat Jumat di Lamno. Agar siap Jumat bisa langsung ke tempat yang saya rencanakan. Kami terus ngobrol tanpa judul, berbagai hal, mulai dari kegiatan masing-masing di kantor hingga meluber pada perihal kekinian yaitu capres dan cawapres. Beberapa kali ponsel kami berdering menyela pembicaraan kami.

Tidak berapa lama kami sudah sampai Kec. Sampoiniet, Lhok Kruet ibukota kecamannya. Teman saya menawarkan untuk makan siang di sebuah warung yang berbeda di Lhok Kruet. Saya iyakan saja, karena jam baru menunjukkan pukul 12:15 WIB. waktu Jumat masih terjeda beberapa saat dan masih mungkin kami singgah untuk makan siang. Saya hidupkan lampu sen kiri, masuk halaman parkir warung.

Singkat cerita makan siang selesai, kami kembali melanjutkan perjalanan. Menuju Lamno. Sambil kembali ngobrol akhirnya kami sampai di Masjid Sabang Lamno, khatib Jumat baru akan naik ke mimbar saat kami tiba di sana. Kami pun langsung menyucikan diri berwudhu sebagai salah satu syarat sahnya shalat. Lalu kami masuk ke masjid. Masih banyak tempat yang kosong, juga sudah banyak jamaah dalam masjid. Kami bukan jamaah pertama juga bukan yang terakhir. Banyak yang hadir setelah kami masuk masjid.

Khatib sudah memulai khutbahnya, titik fokus pembahasan khatib pada perkara zakat. Khatib berusaha menyadarkan jamaah akan pentingnya zakat, juga esensi zakat. Penyaluran nya pun harus tepat sasaran begitulah inti dari apa yang disampaikan khatib.

Selesai Jumat kami menuju lokasi pembangunan rumah dhu'afa, saya menghubungi tukang, menanyakan keberadaannya, jawab tukang disebarang ponsel, saya masih di Pante Cermin, segera saya ke lokasi jawab tukan, kami bertemu dilokasi. Saya melihat progresnya bagus. Saya menelpon sopir yang sedang mengantar batu bata, lon teungoh tren Kulu jawab bang Nanda sopir truk yang mengangkut bata. Saya tidak jadi menunggu bang Nanda karena masih lumayan lama untuk sampai ke lokasi.

Saya telpon sopir yang sudah mengantarkan pasir untuk membayar biaya pasir juga kerikil. Lalu saya kabari bang Nanda kembali. Kalau saya tidak menunggunya di lokasi. Tapi saya ajak jumpa di jalan saja. Lampu indikator BBM sudah menyala sejak di Lhok Kruet tadi. Jadi saya harus masuk SPBU Lamno. Di sinilah awal mula naas saya pertama. Saat mengisi BBM petugas meminta saya mematikan mesin mobil, Selesai mengisi BBM begitu mobil saya start, ada bunyi tidak karuan dalam ruang mesin mobil, terkejut bukan kepalang. Saya segera mematikan kembali mobil.

Saya buka kap depan mobil, untuk memastikan sumber bunyi yang berderu tidak karuan. Ternyata tali kipasnya sobek terbelah. Pikiran saya perjalanan ini tidak dapat saya lanjutkan. Tapi saya teringat pada teman montir langganan saya di Banda Aceh, saya ambil Hp untuk langsung saya hubungi montir langganan saya. Pur ni mobil ada masalah ni, tali kipasnya sobek, kata saya. Coba abang foto kirom ke wa saya jawab si Pur santai. Lalu saya foto langsung saya kirim ke wa dia. Gak apa-apa tu bang bisa lanjutkan saja, sampai bengkel di sini kita ganti sambung si Pur.

Saya tutup kap mesim dan melanjutkan perjalanan. Saat itu jam menunjukkan pukul 15:23, rasa was-was pasti ada, saya tidak memacu kendaraan terlalu cepat, untuk menghindari hal-hal yang tidak terduga. Karena kondisi tali kipasnya sudah sobek dan hanya tinggal setengah dari ukuran dasarnya. Saya khawatir tali kipas itu putus. Gungung Geurute lewat. Alhamdulillah. Tinggal dua gunung lagi yang harus kami lewati. Kulu dan Paro. Alhamdulillah Kulu dan Paro pun lewat.

Waktu shalat ashar sudah tiba. Kami singgah fi Menasah Lhok Seudu untuk shalat Ashar. Selesai shalat sang teman minta untuk menggantikan saya mengemudi mobil, dan itu sudah biasa, biar saya bisa istirahat sejenak karena setibanya di Banda Aceh setelah mengganti tali kipas akan melanjutkan lagi perjalanan ke Beureuneun. Perjalanan berjalan normal. Tapi naas kedua segera yang tidak kami duga kembali ada di hadapan kami. Ada razia oleh polisi lalu lintas di depan PT SAI Lhok Nga.

Kami terjaring razia. Naas bukan sudah jatuh, sobeknya tali kipas. Tertimpa tangga lagi, terjaring razia. Itu dua naas yang menimpa saya hari ini. Janji ngopi dengan @bookrak terlewatkan.

Sort:  

Terimakasih sudah bergabung dengan server arTeem, @seumalu.

Posted using Partiko Android

Kenaasan pertama bisa dihindari dengan memeriksa kesiapan kendaraan sebelum berangkat, saya pikir begitu. Kenaasan ke dua sebenarnya juga bisa dihindari dengan mempeerhatikan kesiapan surat-surat kendaraan sebelum melakukan perjalaanan. 😀

Tapi itu hanya pendapat saya. Saya pikir, selain faktor X yang di luar kuasa kita, kita sendiri juga diberi peluang oleh Tuhan untuk mengupayakan untung baik dan menghindari untumg buruk.

Itulah untung tak dapat di raih, malang tak dapat ditolak, bila saja saya sempat memeriksa kondisi tali kipas sebelum berangkat tentu tidak akan terjadi apa yang terjadi.

Kenaasan kedua pun demikian, seandainya saja, ketika sang teman meminta untuk menggantikan saya mengendarai, saya tanya SIM nya masih berlaku atau tidak. Dan itu agak kurang etis. Tentu kenaasan kedua pun lewat. Terimakasih @aneukpineung78

Coin Marketplace

STEEM 0.36
TRX 0.12
JST 0.039
BTC 69965.85
ETH 3540.49
USDT 1.00
SBD 4.71