Dosa Yang Sulit Termaafkan!

in #fiction6 years ago (edited)


sumber

“Anak kurang ajar!” bentak Ayah. Aku hanya diam sembari mengerut kening.
“Dia anak yang berpendidikan, Saheed!” sambung ibu sambil menepuk sofa lapuk.
“Sekarang bukan masalah pendidikan dan cantik. Tapi masalah hati, Bu!”
“Siapa nama perempuan yang kau gilai itu, Saheed?” Ayah menyerigai
“Minarti” jawabku singkat.

Kulihat ekpresi Ayah tegang, lantas dia melanjutkan titahnya berbau ancaman, “Ini keputusan terakhir. Bila ingin kami bahagia, kau harus menikah dengan perempuan yang dikatakan ibumu tadi. Ayah tegaskan, ayah tidak setuju. Haram perempuan itu masuk ke rumah ini, pahamkah kau!”

“Sudahlah, Yah, beri dia waktu untuk berpikir,” sahut ibu.

Aku sedikit lega, Ibu selalu menjadi pembela bagi anak-anaknya. Jawaban Ibu itu membuat ayah berhenti mengancamku, espresinya berubah dari tegang menjadi sedikit lembut. Seminggu kemudian aku mencoba berbicara dengan ayah berharap ayah mengerti kehendakku, Tapi dia tetap pada prinsipnya “Ayah tidak setuju, titik!” Itulah jawaban yang membuat hatiku riuh tak kentara. Prinsip agungnya tedeng aling-aling melulantakkan pendirianku, semena-mena membasmi harapanku untuk mengecap madu bersama Minarti.

Kles itu telah membuatku terpojok dari pandangannya, berbilang hari Ayah hanya melemparkan tatapan nanar, masih bernada ancaman. Sejauh perjalanan hidupku, baru kali ini kudapati pendirian Ayah sekeras batu terkesan jelas Ayahnya tengah meluap-luap untuk unjuk gigi terhadap kehidupan anaknya. Dalam pada itu, cinta telah mengajariku untuk kuat, kokoh menghadapi tiap kendala yang sudah kuprediksi jauh-jauh hari. Namun sejenak aku terhibur ketika getar hape menghentak-hentak di saku celana, sekoyong konyong sepotong pesan muncul, “Ketemu aku di rumah!”

Tanpa buang tempo aku bergegas ke garasi, namun alangkah takjubnya aku di saat kudapati kedua roda motorku terlilit rantai besi. Aku mendekat berharap tidak terjadi apa-apa dengan kuda besiku itu, sebenarnya motor yang dibelikan Ayah untukku. Secarik kertas nampak begitu pongah melekat di atas sadel “INI BUKAN PUNYA KAU ANAK TAK TAHU DIRI!” Entah apa yang merasuki Ayah hingga tega melakukan tindakan yang bisa dikatakan melampaui batas, jalan pikirnya tak tentu arah lebih tepatnya error bahasa anak sekarang. Aku beranjak ke dalam, Ayah dengan sigap melemparkan koran ke atas meja Oshin yang berbentuk bundar, meja kegemaran ibu-ibu kala itu.

“Bagaimana, sudah kau pikirkan baik-baik, Saheed?” tanya Ibu.

Ayah melirikku dari sorot kacamata baca.

“Belum, Bu! Untuk saat ini aku tidak akan mengubah prinsipku. Aku sangat menyukai Minarti. Ibu harus tahu, dialah gadis satu-satunya yang aku cintai.” Ibu terdiam, tangannya mengaduk-ngaduk kuah pliek buat menu makan siang.

Ayah berdehem

“Cobalah, kau perhatikan gadis pilihan ibu. Barangkali kamu tertarik, kau anak kami satu-satunya. Tolonglah ikut apa yang kami katakan.”
“Tidak, titik!” sahutku keras
Ayah mendesah. Berdiri dan berkata dengan keras “Anak tak tahu diuntung. Kau pikir siapa kami, heuh!!!?
“Bila kau bersikeras pada kehendakmu yang konyol itu. Teruslah, dan hapus bentuk rupa kami dalam kepala udikmu itu!!”
Ibu terpengarah, seakan tak percaya kata-kata ayah yang kalap itu.
“Sudah, Yah!” Ibu membela
“Kau manjakan terus anak pembangkang ini. Cinta...cinta tai kucing!!”

Ayah makin menjadi-jadi, Ibu kena skak. Berpaling muka, dan melanjutkan tugasnya di dapur. Peristiwa menegangkan itu usai juga. Ayah keluar, Ibu masih terdiam, aku lega bercampur rasa bersalah amat dalam terhadap Ayah. Tapi di satu sisi, pikiranku masih dipenuhi bayang Minarti, gadis cantik, berpenampilan anggun itu. Tiap kali aku mendengar kata-katanya aku terenyuh suntinglah aku dengan cintamu yang tulus.

Kali ini, aku bertekad menemuinya, meski jarak agak sedikit payah kutempuh dengan jalan kaki. Tapi demi melihat wajah tirusnya, demii melihat matanya yang bulat memikat, demi melihat bibir tipis yang bersemitris dengan senyumnya, aku harus menempuh sepuluh kilometer dari kampungku, Serdeup.

Dalam perjalanan, aku berusaha keras memantapkan hati, sembari mengeyahkan ancaman Ayah. Bentakan Ayah bukan apa-apa dibanding kecantikan Minarti. Bagaimanapun, aku harus menikahinya dengan segenap cinta tulus. Janji musti ditepati!

Di tengah perjalanan, aku melihat Ayah. Dengan laju cepat Ayah mendekat, dan menghentikan sepeda motornya tepat di hadapanku.

“Naik!!”

Aku bergeming, terus berjalan melewatinya.

“Naikkkkk!” perintahnya membuat burung-burung sawah kucar kacir

Aku menggeleng! Mukanya memerah. Namun jurus pamungkasnya kembali keluar

“Sekali lagi Ayah perintahkan, bila ini tidak kau patuhi, maka anggap saja Ayahmu telah mati! Naik!!”

Aku tercegat, kepala menunduk. Aku berjalan begitu berat mendekatinya, lalu duduk takzim dibelakangnya. Pertemuanku dengan Minarti kandas!

Berbilang hari, aku terjerumus ke dalam hanyal tak menentu hingga membuat tubuhku lemas, mataku menatap kosong, harapanku menguap sudah. Cita-citaku ingin menikah dengan Minarti kandas. Ayahlah penyebabnya!

Sebulan sudah aku berkecamuk dengan hatiku, bahagia bila kutemukan kata-kata harapan dari Minarti, gundah bila bertemu dengan Ayah. Hidupku benar-benar kacau kawan!

Kutahu Minarti sangat mencintaiku, kutahu dia tidak memandang harta orang tuaku, kutahu hanya aku yang dia mau. Dia telah membuktikan dengan kata-katanya yang kurekam dalam benakku. Kita akan hidup bersama tanpa mengandalkan kelebihan orang tua kita Kalimat ini kerap tergiang di pikiranku, berputar-putar membentuk selaksa harapan indah nantinya. Namun semua itu telah menjadi racun yang harus kutelan. Penyebanya Ayah!

Ternyata diam-diam ayah sudah berkunjung ke rumah gadis berkerudung itu. Telah beradu muka pula dengan ayah calon istriku, pilihannya. Pun telah membicarakan hal ihwal pernikahan kami.

“Kenapa ibu tidak memberitahuku?”

Ibu hanya tersenyum polos

“Karena ini pilihan kami, titik. Namanya Adawiyah, anak Pak Ruslan. Ibunya itu kawan ibu masa kecil dulu, lho.” Katanya lembut namun tegas.

Tak mendung, petir menyambar jiwaku, menyetrum pikiranku. Kini aku dihadapkan dengan dua pilihan yakni bila aku menolak maka aku harus siap-siap menjadi anak terbuang, anak yang sudah menghapus rupa orang tua, bila aku menerima maka aku akan menjadi seorang lelaki pengecut di hadapan Minarti, menjadi pembohong besar! .....bersambung

U5dtbQKKmfKuqu7QB1uxntFotPFr9Dq_1680x8400.jpg

Sort:  

Sungguh terisak membaca kisah saheed, semoga minarti dipertemukan dengan jodoh yang lebih baik selain saheed. Saya yakin di kelanjutan saheed akan menerima pinangan yang dijodohkan oleh orang tuanya, karena pilihan anak pembangkan atau menjadi pengecut. Tidak ada yang lebih baik dari keduanya.

Ditunggu kelanjutannya

hahah...that teuh droneuh. Thank for dropping here

Benar-benar sosok ayah tegas, kelanjutannya pasti lebih seru lagi.

Kelanjutannya mungkin akan terasa lebih menyentuh lagi, saya selalu tak berdaya kalau berhadapan dengan fiksi bg @abduhawab benar-benar menyentuh sampai kerelung yang paling dalam. Sukses sabe bg

Congratulations @abduhawab! You have completed the following achievement on the Steem blockchain and have been rewarded with new badge(s) :

You published a post every day of the week

Click on the badge to view your Board of Honor.
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word STOP

Do not miss the last post from @steemitboard:

Presentamos el Ranking de SteemitBoard
Introducing SteemitBoard Ranking

Support SteemitBoard's project! Vote for its witness and get one more award!

Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by abduhawab (koffieme) from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.

If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.

Coin Marketplace

STEEM 0.25
TRX 0.11
JST 0.032
BTC 63519.79
ETH 3073.58
USDT 1.00
SBD 3.82