Whether the Peace Must be preceded the ruckus? [Fiction] || Apakah Damai Mesti di dahului Keributan? [Fiksi]

in #fiction6 years ago

image

[Image source]

Karno walked straight past whatever was blocked by her. The middle-aged man looked so tired. The look on his face indicated that he was not emerging from the last alley. But very far. But, in this city no one welcomes him. Except only an old building obsolete that the government failed to build a few years ago. Only that.

He entered the city with a million questions. Especially, why the people here do not care about that big damaged building? Instead of the dirty color of the building that failed to build it can damage the beauty of this city. He thought then. He kept walking nonstop.

In the middle of town, he witnessed a number of people, in groups, bunches or whatever his name. Obviously, they use a number of attributes. Even partially covering his face with masks and various writing. They shouted excited yells and boos, screaming along the street. It's like something big is happening.

"What's happening in this town?" Karno asked a salesperson who seemed to be taking advantage of the situation to make a profit.

"The group is in a peaceful stunt."

"Is that a peaceful act?" Karno then fell silent and began to frown. He wondered whether peace should start with a commotion? "How can there be peace in such a fray?"

The sword just glanced at it. He did not answer at all what Karno's question had just said. But it seems the trader was thinking, very logically what he just asked. However, Karno tried to enjoy it. He thought it might be the peace he'd been looking for. If that is true, he will survive in the action. And get what he's been looking for all along.

Day has noon. The sun is right on his shoulders. But nobody recedes from the crowd. They simultaneously guide their yells. The orator seemed to be more excited to shout until his voice was hoarse. But the longer Karno understood, that they were demanding the government to cancel some points of the Constitution that made their group would be depressed.

Karno then burst into flocks of people shouting in an increasingly harsh voice. He pushed out of their ranks. It did not seem right for her. Now he knew there was nothing in the crowd what he was looking for.

He has often found this kind of thing. Some time ago, a city he visited. A city full of debate, so Karno nicknamed him. In that city, anything becomes a long debate to create disputes among the citizens. This is quite horrible. Starting moment moment of election of regent candidate. Debate has become an agenda that can not be separated from this part of the event. When each pair of candidates clashed their argument, the supporters of each stronghold-also cheered. But at once the atmosphere gets heated up when one of the camps touches on something very sensitive. That should not have to be opened in a public space. The result, the atmosphere riot. Karno rushed out of the arena. Yeah sure what he's looking for is certainly not in such a fuss.

On another visit, when a town is heating up, Karno sees all the townspeople spilling down the streets. They protested one of the deputies who were caught corrupt but never wanted to confess, even though all the evidence has been revealed. The citizen of the city was furiously made, because it is considered to have harmed the country in a big count. Until finally the people came down the street because there is no other solution to bring him down from his seat.

The next city to visit is nonstop city. The city is also no less noisy with several cities that have visited Karno. The city is difficult to distinguish where day and night. It's as if the people here do not know the barrier between day and night. Always buzzing, busy all the time, that's how Karno sees this city. But Karno ta stopped there. He does not know whether what he's looking for is near or far. But in this city he did not stop.

"I see you like you're not a citizen of this city huh?" Someone in the crowd asked Karno.

"Yes, I'm looking for something missing," Karno replied casually.

"What is that?"

"Tranquility"

"Are you looking for calm?" He chuckled. Then continue.

"You're looking for a forest." The answer is half-mocking.

Karno momentarily paused and mused. Rather than laugh with someone's answer. She shook her head. She had just remembered a story she'd read in the paper; Forests of hundreds of hectares burn again. Karno sighed. He had time to contemplate, maybe think where to find peace. Every corner is no longer peaceful, calm. Even the jungle though.

Then, he packed up all his stuff, then got out of the crowd. Karno continued her search. He left without looking back. Where, the mass collided with the increasingly chaotic security apparatus. []


Pidie, May 9, 2018


INDONESIA


image

[Image source]

Karno berjalan lurus melewati apa saja yang terhalang olehnya. Pria paruh baya itu tampak begitu lelah. Raut wajahnya menunjukkan bahwa ia bukan muncul dari gang terakhir itu. Tapi sangat jauh. Tapi, dikota ini tak ada yang menyambutnya. Kecuali hanya sebuah gedung tua usang yang gagal dibangun pemerintah beberapa tahun yang lalu. Hanya itu.

Ia memasuki kota ini dengan sejuta pertanyaan. Terutama, mengapa masyarakat disini tidak peduli dengan gedung besar yang rusak itu? Bukannya warna kotor gedung yang gagal dibangun itu dapat merusak suasana keindahan kota ini. Pikirnya kemudian. Dia terus melangkah tanpa henti.

Ditengah-tengah kota, ia menyaksikan sejumlah orang, berkelompok-kelompok, segerombolan atau apalah namanya. Jelasnya, mereka menggunakan sejumlah atribut. Bahkan sebagian menutupi wajahnya dengan masker dan berbagai tulisan. Mereka meneriakkan yel-yel penyemangat dan berkoar-koar, berteriak sepanjang jalan. Seperti sesuatu yang besar tengah terjadi.

"Apa yang tengah terjadi dikota ini?" Karno bertanya pada seorang penjual yang tampaknya sedang memanfaatkan situasi untuk mengeruk sejumlah keuntungan.

"Kelompok itu sedang melakukan aksi damai."

"Itu aksi damai?" Karno kemudian terdiam dan keningnya mulai mengerut. Ia berpikir apakah damai itu mesti diawali dengan keributan? "Bagaimana bisa ada kedamaian didalam keributan seperti itu?"

Pedangang itu hanya menolehnya sekilas. Ia tak menjawab sama sekali pertanyaan Karno yang baru saja dilontarkan. Tapi sepertinya pedagang itu berfikir, sangat logis apa yang baru saja ditanyakan Karno itu. Namun, Karno mencoba menikmatinya. Ia berpikir mungkin saja itu adalah kedamaian yang selama ini dia cari. Jika itu benar, ia akan bertahan dalam aksi itu. Dan mendapatkan apa yang ia cari selama ini.

Hari telah siang. Matahari tepat berada dipundaknya. Tapi tak ada seorangpun yang surut dari kerumunan itu. Mereka serentak memandu yel-yel mereka. Sang orator tampaknya semakin semangat berteriak hingga suaranya serak. Tapi semakin lama Karno paham, bahwa mereka sedang menuntut pemerintah untuk membatalkan beberapa poin UUD yang membuat kelompok mereka bakal tertekan.

Karno kemudian menyeruak kawanan orang-orang yang sedang berteriak dengan suara yang semakin kasar. Ia mendesak keluar dari barisan mereka. Tampaknya itu tidak tepat untuknya. Sekarang ia tahu, tidak ada dalam kerumunan itu apa yang hendak dicarinya selama ini.

Ia sudah sering mendapati hal semacam ini. Beberapa waktu lalu, sebuah kota yang ia kunjungi. Kota penuh debat, begitu Karno menjulukinya. Dikota itu, apa saja menjadi perdebatan panjang hingga menciptakan perselisihan diantara warga. Inipun cukup mengerikan. Berawal saat moment pemilihan calon bupati. Debat sudah menjadi agenda yang tidak dapat dipisahkan dari bagian acara ini. Ketika masing-masing pasangan calon beradu argument mereka, para pendukung masing-masing kubu-pun riuh bersorak. Tapi seketika suasana semakin memanas ketika salah satu kubu menyinggung hal yang sangat sensitif. Yang seharusnya tidak perlu dibuka dalam ruang publik. Hasilnya, suasana rusuh. Karno bergegas keluar dari arena itu. Iya yakin yang dicarinya tentu tidak ada dalam keributan seperti itu.

Pada kunjungan yang lain, ketika sebuah kota sedang memanas, Karno melihat semua warga kota itu tumpah ruah turun kejalan. Mereka mendemo salah satu oknum wakil rakyat yang ketahuan korupsi tapi tidak pernah mau mengaku, meski segenap bukti telah di beberkan. Warga kota itu marah besar dibuatnya, karena dianggap telah merugikan negara dalam hitungan yang besar. Hingga akhirnya warga turun kejalan sebab tak ada solusi lain untuk menurunkan ia dari kursi jabatannya.

Kota berikutnya yang dikunjungi adalah kota nonstop. Kota ini juga tak kalah riuhnya dengan beberapa kota yang pernah dikunjungi Karno. Kota ini sulit di bedakan mana siang dan mana malam. Seolah masyarakat disini tidak mengenal pembatas antara siang dan malam. Selalu riuh, ramai setiap saat, begitulah Karno melihat kota ini. Namun Karno ta berhenti disitu. Ia tidak tahu apakah yang dicarinya sudah semakin dekat atau masih sangat jauh. Tapi di kota ini ia tak berhenti.

"Aku melihatmu sepertinya kau bukan warga kota ini ya?" Seseorang dalam kerumunan itu bertanya pada Karno.

"Ya, aku sedang mencari sesuatu yang hilang" jawab Karno santai.

"Apa itu?"

"Ketenangan"

"Kau sedang mencari ketenangan?" Ia tertawa terkekeh. Lalu melanjutkan.

"Kau cari saja kehutan." Jawabnya setengah mengolok.

Karno sejenak terdiam dan merenung. Bukannya malah untuk tertawa dengan jawaban seseorang tadi. Ia menggeleng. Ia justru teringat sebuah berita yang ia baca di koran; Hutan ratusan hektar kembali terbakar. Karno menghela nafas. Ia sempat merenung, barangkali berfikir kemana hendak mencari ketenangan. Setiap sudut sudah tak lagi damai, tenang. Bahkan hutan sekalipun.

Lantas, ia mengeremasi semua barang-barangnya, kemudian keluar dari kerumunan itu. Karno melanjutkan pencariannya. Ia pergi tanpa menoleh kebelakang. Dimana, massa sedang bentrok dengan aparat keamanan yang semakin kacau. []


Pidie, 9 Mei 2018

Sort:  

Mantap....👍👍
Yu Jak u Meulaboh, bah mentemeung ketenangan 😄

Hehhe. Thanks, Meulaboh Taek moto jioh that. Jadi Hana ketenangan sit 😂

Coin Marketplace

STEEM 0.36
TRX 0.12
JST 0.039
BTC 69965.85
ETH 3540.49
USDT 1.00
SBD 4.71