[Imajiner #1]: Steemit Menelan Dunia

in #fiction6 years ago (edited)

image
Ilustrasi. Foto: Majalah Punch, 1975/ Koleksi @tinmiswary

Tuan dan Puan Steemians...

Imajinasi yang bergerak liar terkadang mengajak kita menuju alam terjauh yang tak tersentuh. Alam duga dan sangka yang tak bisa diraba. Ia terbang sendiri mengikut gerak khayal yang tak berujung. Menyasar dalam lebatnya angka yang tak terbilang.

Gerak pikir liar inilah yang menyapa kami pagi ini di Koetaradja, bersama secawan kopi yang belum lagi dingin. Asap panas masih menari.

image

"Steemit menelan dunia." Bisikan itulah yang kemudian membuka ruang pandang tak terlihat menuju masa depan di kejauhan. Perlahan dunia pun menghilang. Kita menuju kepunahan!

Jalan-jalan sepi, pasar seperti kuburan dan sawah ladang pun membentang tanpa tanaman. Pemerintahan tidak berjalan dan kantor-kantor pun tutup. Tidak ada lagi polisi dan tentara. Mereka berhenti bekerja, sebab pencuri dan musuh sudah tidak ada lagi.

image
Ilustrasi. Foto: Majalah Punch, 1975/ Koleksi @tinmiswary

Saya terus berjalan ke kota dan kampung-kampung. Menyusuri lorong-lorong kecil dan dusun terpencil. Sunyi!

Kelaparan di mana-mana, tidak ada stok makanan. Tidak ada lagi roti, ikan atau nasi. Tidak ada lagi kopi, apalagi sanger. Semua pabrik tutup.

Di perjalanan saya menemui orang-orang telanjang. Sudah beberapa tahun toko pakaian lenyap di kota-kota. Bahkan mereka sudah merasa asing mendengar sepatu atau celana. Sudah bertahun-tahun benda itu berpisah dengan kehidupan mereka.

Penyakit pun menyebar. Semua dokter sudah pensiun. Tidak ada perawat. Rumah sakit tak satu pun terlihat.

Dunia telah hilang!

Saya menemukan orang-orang berkumpul di beberapa tempat. Mereka terlihat asyik memegang smartphone. "Upvote, komen, resteem dan flag." Kata-kata inilah yang terdengar bergemuruh. Selebihnya sunyi.

Saya mencoba mencari tahu apa yang terjadi. "Di mana saya bisa beli nasi goreng?" tanya saya kepada seseorang yang sedang sibuk memosting konten berjudul Nasi Goreng Kuning.

"Oh, tidak ada nasi goreng di sini, yang ada cuma konten nasi goreng. Tuan boleh upvote kalau suka," jawab Pak Tua yang masih sibuk dengan smartphone. "Dulu," sambungnya, "saya memang penjual nasi goreng, tapi tidak laku. Sekarang saya beralih membuat konten nasi goreng di steemit. Alhamdulillah laku $5.00, Tuan." Mendengar jawaban itu, saya pun berpaling dan pergi, melanjutkan perjalanan.

Di persimpangan jalan berikutnya, saya menemukan lelaki setengah baya sedang membuat postingan dengan judul "Ikan Tongkol Sambal."

Saya bertanya, "Di mana ada jual ikan, Tuan?" Lelaki itu memandang sinis ke arah saya. "Zaman ini tidak ada lagi ikan Tuan, yang ada hanya konten ikan. Kalau Tuan mau, silahkan komen atau resteem," jawab lelaki yang juga sibuk dengan smartphone. Saya tinggalkan lelaki itu, terus berjalan.

Kebingungan pun terus melanda. "Di mana dunia yang dulu?" Saya lupa entah kepada siapa pertanyaan ini saya ajukan.

"Steemit telah menelan dunia kalian." Suara itu muncul dari kantong celana saya. Ia kembali bersuara, "Silahkan follow, resteem dan komen." Saya pun mengambil smartphone dari kantong. Sebuah tulisan tampak menari-nari di layar smartphone. "Selamat, Tuan masuk sepuluh besar konten paling tidak berkualitas. Jika berkenan silahkan upvote dan resteem postingan ini."

Akhirnya saya terjaga dari lamunan. Saya mencoba mengembalikan kesadaran. Ternyata saya adalah Steemians, Dia adalah Steemians, Mereka adalah Steemians. Kita semua Steemians!

image

Saya melirik ke gelas kopi. Segera smartphone saya keluarkan. Krik. Foto sudah jadi. Sebentar lagi akan menjadi konten. Menanti upvote, resteem, komen atau flag. Steemit menelan kita!

Demikian dulu Tuan dan Puan Steemians, lain waktu disambung kembali...

image

Sort:  

Daya vote saya belum pulih setelah saya melakukan bombardir sejak tadi malam. Tapi dengan saya tersisa saya tetap akan vote ini konten.

Begitulah semestinya,😁

Coin Marketplace

STEEM 0.25
TRX 0.11
JST 0.032
BTC 63517.53
ETH 3062.83
USDT 1.00
SBD 3.81