Menerka Tim Favorit Hasan Tiro di Piala Dunia

in #football6 years ago

Piala Dunia kali ini, kembali mengingat saya pada sosok Teungku Hasan Muhammad di Tiro. Tokoh Aceh paling langka dalam setengah abad terakhir. Pasalnya, saya pernah bikin tulisan tentang tim favorit Hasan Tiro di Piala Dunia 2010. Tulisan itu lahir dari "imajiner" saya. Karena Piala Dunia kali itu berlangsung 11 Juni–11 Juli 2010. Sedangkan Wali mangkat pada 3 Juni tahun yang sama. Lalu, siapa jagoan Wali?


image source

Kala itu, Piala Dunia FIFA 2010 adalah Piala Dunia FIFA ke-19. Afrika Selatan menjadi tuan rumah penyelenggara. Tim Matador Spanyol tampil sebagai juaranya. Tulisan ini pun tidak memaksakan Hasan Tiro untuk mendukung tim yang mana. Apalagi sebelumnya saya juga sudah gagal mendapatkan jawaban dari Wali Nanggro. Baca: Pertanyaan yang Belum Sempat Dijawab Hasan Tiro.

Sebagai pemimpin gerilyawan, saya pikir prinsip Hasan Tiro akan sama juga dengan Che Guevara, terutama dalam selera sepakbola. Guevara sendiri menyebutkan sepakbola adalah senjata revolusi. Kini, demam sepakbola kembali mewabah, seiring bakal segera kick-off World Cup 2018 di Rusia pada 14 Juni nanti.

Bila kita sudah mendapat bayangan nama tim yang difavoritkan Guevara di kancah dunia, maka kita akan sulit mendapat jawaban apik dari Wali. Sebab, Indonesia saja sulit menembus ke sana, apalagi Aceh. Pun begitu, saya --- sepertinya --- punya bayangan tim favorit itu.

Andai saja, Wali masih hidup dan berkesempatan menonton Piala Dunia, maka dengan iseng saya ingin bertanya, Wali akan pilih tim Negara mana? Ketika sampai pada tataran ini, saya ingin sekali melihat Wali tanpa jas dan dasi yang menjadi busana resminya sehari-hari. Tapi dengan balutan jersey bola kesukaannya.

Jika saja, Wali masih ada, pada momen Piala Dunia ini, saya ingin sekali melihat dia memakai jersey kesukaannya, tanpa mengusik kenecisan dan kerapian yang menjadi khasnya. Tentu juga, tanpa harus ‘memaksa’ dia memakai jersey negara mana yang ambil bagian di Piala Dunia.

Mungkin akan ada beberapa negara yang akan disenanginya. Diurutan pertama tak lain Swedia. Dia bakal punya alasan kuat, kenapa dia berpihak ke negara itu. Tak salah lagi, sebab dia warga negaranya. Seperti kita tahu, Tiro bermukim selama hampir tiga dasawarsa di Negara Skandinavia itu. Swedia berada di Grup F bersama, Jerman, Meksiko dan Korea Selatan.


image source

Saya yakin, Hasan Tiro pasti sujud syukur, atas absennya Belanda di event Piala Dunia kali ini. Sebab dia, punya ‘dendam’ turunan dengan negaranya kompeni itu. Alasannya sangat jelas, faktor sejarah. Dari kacamata Tiro, dosa Belanda-lah yang membuat dia harus kembali ‘merebut’ Aceh dari tangan Indonesia dengan gerakan perlawanan yang dicetuskan pada 4 Desember 1976. Kesalahan inilah yang menurut Hasan Tiro lebih memilih selebrasi ala Mohamed Salah saat mencetak gol untuk Liverpool.

Sekadar mengingat sejarah, negara Ratu Beatrix itu juga punya rekam jejak jelek di mata Hasan Tiro. Di tangan pasukan marsose, Teungku Maat di Tiro gugur dalam pertempuran Alue Bhot, Pidie, tanggal 3 Desember 1911. Mengutip Nezar Patria dalam tulisan “Perginya ‘Sang Wali’ Terakhir” disebutkan, seusai itulah, Hasan Tiro menampilkan diri sebagai penyambung arus heroik sejarah ini, dan menggagas Aceh Merdeka.

Lalu, mungkin saja Hasan Tiro tak akan mendukung penuuh pasukan Der Panzer Jerman. Apalagi negara ini tak banyak membantu Tiro dalam misi besarnya. Pun begitu, dia tetap bersyukur karena selama sakit sebelum menghambus nafas terakhir masih di rawat di rumah sakit Jerman. Ya, New RSUZA Hospital itu dibangun atas bantuan Pemerintah Jerman melalui bank pembangunan negara itu (KFW) senilai sekitar Rp418,5 miliar.

Di barisan negara donor, bukan saja Jerman yang unjuk solidaritas, setidaknya ada 59 negara lain yang ikut membantu. Paling ini sekarang bisa kita lihat di Taman Internasional 'Aceh Thanks the World' di Blang Padang, Banda Aceh. Taman yang melingkar di tanah milik pemerintah daerah ini melambangkan persahabatan antarnegara, khususnya yang berkontribusi dalam rekonstruksi Aceh.


image source

Bagaimana dengan Amerika Serikat yang musim ini terpaksa menjadi penonton saja di Washington DC. Memang dia negeri Paman Sam ini, Hasan Tiro punya sejuta memori. Mulai dari kisah asrama sampai pandangan haluan politiknya berubah di sana. Di negara yang diproklamasikan 4 Juli 1776, Hasan Tiro menemukan cinta di mata bening Dora. Dari situlah lahir putra semata wayang, Karim Tiro namanya.

Di New York pula, Tiro bertemu filsuf eksistensialis Jerman, Friedrich Nietzsche. Memori-memori ini tak banyak membantu Tiro. Dia juga amat bersyukur karena Sam's Army tidak mendapat tiket ke Rusia. Tak tampilnya USA di Rusia bukan karena "embargo" politik, tapi memang tim Donald Trump ini "stupid".

Di mata Tiro, Amerika Serikat yang seharusnya menjadi tumpuannya untuk menggapai ‘cita-cita’ tak banyak membantu. Ia menilai, Amerika cuma menjadi penonton saja saat Aceh butuh dukungan politik Internasional. Sampai di sini, Hasan Tiro juga memiliki memori kelam di Ellis Island. Soalnya, saat paspornya dicabut Pemerintah Indonesia melalui Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo ketika itu, Hasan Tiro dipenjara. Namun setelah membayar denda sebanyak US$ 500, baru dia dibebaskan.

Karena demi merintis cita-cita, sejarah mencatat pula, 4 Desember 1976 adalah babak baru jejak hidup dan penjuangannya. Akibat tak enaknya masuk hutan keluar hutan selama tiga tahun. Sampai-sampai pikirannya membersit masa-masa indah kala ia berjalan di Fifth Avenue, New York.

Karena alasan keamanan, lalu, pada 29 Maret 1979 dia meninggalkan Aceh. “Hanya orang gila dan dungu yang percaya bahwa aku tak akan kembali lagi,” tegas HasanTiro pada 28 Maret 1979 dalam The Prince of Freedom: The Unfinished Diary. Buku setebal 266 halaman itu ditulis Hasan Tiro selama tiga tahun bergerilya di rimba Aceh.

Dua tahun kemudian yakni pada 1981, catatan itu diterbitkan di London, Inggris. Tentu saja negeri Ratu Elizaberth ini menjadi negara ‘favorit’ lelaki kelahiran Tanjong Bungoeng, 25 Sepetember 1925. Kenapa dengan Inggris? Pasalnya, jika ide membebaskan Aceh tercapai, dia ingin negerinya masuk dalam kelompok Negara-Negara Persemakmuran (Commonwealth of Nations). Paling tidak Aceh bisa menjadi negara ke-55 yang bergabung dalam Kerajaan Persemakmuran atau "Commonwealth Realm" yang dikendalikan Ratu Elizabeth II sebagai Ketua Persemakmuran.

Tiro ingin ‘bergabung dengan Malaysia, Brunai Darussalam, Singapura, India, Pakistan, Sri Lanka, Maladewa serta lainnya. Negera-negara tersebut sudah lebih dulu bergabung, kendati tak sekalipun berkecimpung di altar Piala Dunia. Khusus Malaysia, Wali juga mengalung jasa. Pada masa Aceh dikurung status Daerah Operasi Militer, banyak orang Aceh lari ke Malaysia, termasuk serdadu GAM, dan mereka yang dituduh terlibat gerakan itu. Sebagian ditangkap penguasa Malaysia.

Demi untuk kepentingan ‘politik’-nya, dia senantiasa mendukung The Three Lions luar dalam. Apalagi jika bisa menembus final dan juara. Bertemu Perancis, Portugal, Jerman, Spanyol, atau Brazil itu bukan perkara. Persoalan lawan di final tak menjadi soal, asal yang penting juaranya tetap pasukan The Saint George Cross.


image source

Bila kemudian dia ‘membenci’ Amerika Serikat, maka negara lain yang dibela selain Swedia, pasti Libya. Pada 1986, dia memilih Libya sebagai kamp pelatihan militer. Di negara itulah dia, Hasan membangun gerakan bersenjatanya. Dan sampai akhir hayat pun, para mantan serdadu dengan sandi ‘Pengawal Tripoli’ tetap mengawal jasadnya ke pembaringan terakhir.

Bentuk pembelaan lain Tiro, bisa kita dengar dari dia berpidato dalam Konferensi Dunia Gerakan Pembebasan, dan meminta para anggota organisasi itu membela Libya. Dia mengatakan, “Libya diancam dengan perang tidak sah, oleh AS dan sekutu Zionisnya, Israel, karena berani membela hak menentukan nasib sendiri bangsa Palestina. Sejarah mencatat, kejadian itu April 1986, di mana Amerika Serikat melancarkan Operasi El Dorado Canyon menyerang Tripoli dan Benghazi. [bersambung]

Berikut adalah 32 negara peserta putaran final Piala Dunia 2018:

  • Rusia (tuan rumah)
  • Brasil (peringkat pertama zona Amerika Selatan, tanggal lolos 28 Maret 2017)
  • Iran (juara Grup A zona Asia, 12 Juni 2017)
  • Jepang (juara Grup B zona Asia, 31 Agustus 2017)
  • Meksiko (juara zona Concacaf, 1 September 2017)
  • Belgia (juara Grup H zona Eropa, 3 September 2017)
  • Korea Selatan (peringkat kedua Grup A zona Asia, 5 September 2017)
  • Arab Saudi (peringkat kedua Grup B zona Asia, 5 September 2017)
  • Jerman (juara Grup C zona Eropa, 5 Oktober 2017)
  • Inggris (juara Grup F zona Eropa, 5 Oktober 2017)
  • Spanyol (juara Grup G zona Eropa, 6 Oktober 2017)
  • Nigeria (juara Grup B zona Afrika, 7 Oktober 2017)
  • Kosta Rika (peringkat kedua zona Concacaf, 7 Oktober 2017)
  • Polandia (juara Grup E zona Eropa, 8 Oktober 2017)
  • Mesir (juara Grup E zona Afrika, 8 Oktober 2017)
  • Serbia (juara Grup D zona Eropa, 9 Oktober 2017)
  • Islandia (juara Grup I zona Eropa, 9 Oktober 2017)
  • Perancis (juara Grup A zona Eropa, 10 Oktober 2017)
  • Portugal (juara Grup B zona Eropa, 10 Oktober 2017
  • Uruguay (peringkat kedua zona Amerika Selatan, 10 Oktober 2017)
  • Argentina (peringkat ketiga zona Amerika Selatan, 10 Oktober 2017)
  • Kolombia (peringkat keempat zona Amerika Selatan, 10 Oktober 2017)
  • Panama (peringkat ketiga zona Concacaf, 10 Oktober 2017)
  • Senegal (juara Grup D zona Afrika, 10 November 2017)
  • Maroko (juara Grup C zona Afrika, 11 November 2017)
  • Tunisia (juara Grup A zona Afrika, 11 November 2017)
  • Swiss (play off zona Eropa, 12 November 2017)
  • Kroasia (play off zona Eropa, 12 November 2017)
  • Swedia (play off zona Eropa, 13 November 2017)
  • Denmark (play off zona Eropa, 14 November 2017)
  • Australia (play-off antar-konfederasi, 15 November 2017)
  • Peru (play-off antar-konfederasi, 15 November 2017)


THANKS YOU FOR VISITING MY BLOG

Coin Marketplace

STEEM 0.29
TRX 0.11
JST 0.033
BTC 63956.04
ETH 3066.98
USDT 1.00
SBD 4.31