Sewindu Berpulangnya Hasan Tiro: Bapak GAM dan Warisan yang Tak Boleh Dilupakan

in #history6 years ago

image

Delapan tahun yang lalu, bapak Gerakan Aceh Merdeka (GAM) menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Umum Zainal Abidin (RSUZA), Banda Aceh. Berpulangnya sang wali nanggroe kala itu, menjadi babak baru bagi Aceh.

Hasan Tiro tidak hanya penting bagi GAM, tetapi hidup dan matinya sudah menjadi bagian dari ke-Aceh-an yang tidak bisa dipisahkan. Dari Hasan Tiro orang Aceh sadar betapa berharganya jati diri.

Hasan Tiro menyadari bahwa Aceh dalam benaknya bukanlah Aceh yang bisa dipeulamiet (diperbudak). Namun, Aceh yang sejati ialah ia yang gagah, tegak dan terhormat. Berangkat dari situ, Hasan Tiro menukilkan ideologi ke-Aceh-an lewat corong GAM. Hal pertama yang ia lakukan ialah melalui pendekatan sejarah.

Pendidikan baginya merupakan keniscayaan. Guna membangkitkan kesadaran ke-Aceh-an, Hasan Tiro senantiasa melakukan pendidikan, baik itu agama, politik, sejarah dan lain sebagainya.

Apa yang digagas sang wali di masa itu memberikan bukti bahwa gerakannya tidak hanya tentang dengkul, otot dan senjata. Tetapi ia menawarkan ruh perjuangan berbasis etnonasionalisme, agama dengan visi dan misi yang modern. Hasan Tiro memiliki world view yang terbilang jitu.

Salah satu konsep yang didoktrin Hasan Tiro kepada orang Aceh adalah "Bangsa Teulebeh Ateuh Rung Donya" (Bangsa Terbaik di Atas Muka Bumi). Mungkin terdengar hiperbolis, terasa ke-GR-an. Tetapi, Hasan Tiro mampu menyuguhkan fakta sejarah terhadap konsep di atas. Ia menulis selebaran sejarah dan dibagikan kepada GAM, ia menulis buku, mengisi ceramah.

Saat itu, gunung Halimon telah menjelma layaknya sebuah Universitas Aceh yang ia sebagai rektornya. Kesemua fakta di atas telah banyak ditulis oleh para peneliti, kita bisa mengakses dimana saja dengan mudah.

image

Salah satu buku tentang Hasan Tiro ditulis oleh Murizah Hamzah (MH). Saya beruntung memiliki buku tersebut. Ada satu kisah menarik saat saya membeli karya mengenai Bapak GAM. Harga bukunya terbilang mahal untuk ukuran kantong saya yang notabene mahasiswa kala itu, kalau saya tidak silap 250. Saya memberanikan diri untuk meng-inbox Bg MH agar bukunya bisa saya peroleh dengan tata cara cicilan.

Syukur, ia langsung mengiyakan. Padahal antara saya dan Bg MH hanya kenal via Facebook. Belum pun uangnya saya kirim, bukunya sudah tiba. Saya malu lagi belajar, bahwa kepercayaan perlu diberikan dan diuji kepada siapa saya yang memiliki tekad.

Kemudian saya merenung, Bg MH sengaja mencetak buku tersebut di penerbit lokal Aceh, Bandar Buku. Mengingat untuk memajukan penerbit lokal. Dan kepercayaan kepada saya, hemat saya ialah sebentuk upaya mencerdaskan anak bangsa.

Di mata saya, terlepas dari segala sisi baik dan buruknya seorang Hasan Tiro, ia telah berhasil menumbuhkan semangat ke-Aceh-an. Ada 4 hal utama yang dirangkum oleh Haikal Hafifa, seorang anak muda Aceh yang top kajiannya mengenai Hasan Tiro. 4 hal tersebut ialah; Identitas, kualitas, superioritas dan pluralitas. Berikut saya lampirkan core value yang saya foto dari laptop Haekal Afifa beberapa waktu yang lampau:

image

Keempat hal di atas telah mewarnai Aceh dengan segala dinamika yang ada, termaktub rapi dalam lembaran sejarah Aceh. Lantas bagaimana Aceh paska kepergian sang wali?

Sewindu kepulangannya (3 Juni 2010 - 3 Juni 2018)
ke haribaan-Nya tampaknya hanya diperingati seremonial belaka, berupa upacara dan ucapan segala 'selamat'. Ada satu kekhawatiran saya juga mungkin kita, orang-orang dekat Hasan Tiro, para mantan pentolan GAM, sebahagian oknum mulai luntur ideologinya. Ingat, sebagai besar oknum. Bukan semuanya.

Warisan terbaik daripadanya sungguh sebuah ideologi ke-Aceh-an. Hasan Tiro memang telah kembali, tetapi ideologi tak akan pernah mati. Hanya saja kelunturan dan kelenturan itu tampak kentara oleh barisan yang mendakwa diri sebagai pengikut sang wali.

Jika saja semangat dan ideologi yang telah diajarkan Hasan Tiro luntur, ini berbahaya untuk Aceh. Kenapa? Karena sebagai besar elit Aceh hari ini adalah mereka eks kombatan dan anak didik almarhum. Ideologi dan semangat Hasan Tiro implementasi kekinian harusnya melalui pembangunan berkelanjutan yang dapat mensejahterakan semua rakyat Aceh. Bukan satu dua golongan.

Karena apapun parlok hari ini, baik merah atau oranye, lahir dari satu semangat yang sama. Jikalah apa yang telah diwariskan luntur atau dilupakan, pertanyaannya apa bedanya mereka dengan orang yang dahulu dihina bahkan dicaci maki!?

Pekerjaan Rumah (PR) lainnya yang semestinya dilaksanakan segera ialah menciptakan kurikulum lokal yang didalamnya mengenalkan sosok Hasan Tiro, GAM, dan perjuangan di masa lalu. Kurikulum tersebut penting agak generasi Aceh di masa hadapan tidak pikun dan tau sejarah. Kemudian, mendirikan museum Hasan Tiro, nah, gagasan museum ini sudah lama mencuat ke publik, tetapi entah kenapa seolah mendadak hilang.

Untuknya yang telah tiada, yang biasa kita hantarkan hanyalah doa. Lebih dari itu, segala kebaikan yang pernah diajarkan dan tanamkan, patut diteladani dan dilanjutkan. Tentu pada dimensi yang lain dan ranah tak sama. Dengan begitu, kita sebagai Aceh telah memuliakan seseorang yang telah menyadarkan betapa pentingnya jati diri sebuah bangsa; ke-Aceh-an.

Coin Marketplace

STEEM 0.32
TRX 0.11
JST 0.034
BTC 66785.29
ETH 3229.75
USDT 1.00
SBD 4.30