PART #2: History of Tradition "Makmeugang" in Aceh

in #history6 years ago

image

The tradition of "Makmeugang" was introduced since the reign of Aceh Darussalam by Sultan Alaiddin Iskandar Muda Meukuta Alam (1607-1636). At that time the sultan held the event of slaughtering a large number of cattle and the meat distributed to all his people.

Tradisi "Makmeugang" mulai diperkenalkan sejak masa kerajaan Aceh Darussalam Oleh Sultan Alaiddin Iskandar Muda Meukuta Alam (1607-1636). Pada saat itu sultan mengadakan acara menyembelih hewan ternak sapi dalam jumlah yang banyak dan dagingnya dibagikan kepada seluruh rakyatnya.

This is done as an expression of gratitude of the sultan to Allah Almighty who has provided prosperity for his kingdom and people. In addition, this is also done as a thankfulness of the sultan to his people who have served and continue to support his government.

Hal ini dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur sultan kepada Allah swt yang telah memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi kerajaan dan rakyatnya. Selain itu, hal ini juga dilakukan sebagai rasa terima kasih sultan kepada rakyatnya yang telah mengabdi dan terus mendukung pemerintahannya.

The implementation procedure of "Makmeugang" in the Sultanate period is to collect data on the poor and orphans, which is held a month before the entry of Ramadan. It is regulated in the Qanun of "Meukuta Alam Al-Asyi" (the Law of the Aceh Sultanate) at that time. The collected data is further verified by the Sultanate's official institution, to select who is eligible to be given buffalo or cow meat.

Tata cara pelaksanaan "Makmeugang" di masa Kesultanan adalah dengan melakukan pendataan tehadap warga miskin dan anak yatim, yang dilaksanakan sebulan menjelang masuknya bulan Ramadhan. Hal ini diatur dalam Qanun "Meukuta Alam Al-Asyi" (Undang-undang Kesultanan Aceh) pada masa itu. Data yang terkumpul selanjutnya divertifikasi oleh lembaga resmi Kesultanan, untuk memilih siapa yang layak diberikan daging kerbau atau sapi.

image

As age grows, now "Makmeugang" is just a tradition for Muslim-majority Acehnese, and the procedures are different than ever, but the meaning contained therein remains the same. In addition, "Makmeugang" is also a part of the joy of the people of Aceh to welcome Ramadan.

Sejalan dengan bertambahnya zaman, kini "Makmeugang" hanyalah sebagai tradisi saja bagi masyarakat Aceh yang mayoritas Islam, tentunya dengan tata cara yang berbeda dari sebelumnya, walaupun demikian, makna yang terkandung di baliknya tetap sama. Selain itu, "Makmeugang" ini juga bagian dari kegembiraan masyarakat Aceh menyambut datangnya bulan Ramadhan.

image



DON'T FORGET



image



Thanks To Visit In My Blog



Coin Marketplace

STEEM 0.31
TRX 0.11
JST 0.033
BTC 64733.60
ETH 3170.85
USDT 1.00
SBD 4.16