Pelaku Kejahatan Tidak Mewakili Agama

in #indonesia6 years ago


Ilustrasi sumber

Akhir-akhir ini sering kulihat ada orang yang menyalahkan amal baik seseorang yang melakukan kejahatan seperti terorisme, korupsi, pelecehan seksual, narkoba, dan perbuatan keji lainnya.

Yang teranyar adalah seperti kasus terorisme, di mana para pelaku sering diindentikkan dengan agama Islam. Hanya karena penampilan atau keseharian mereka (pelaku) yang menjalankan syariat agama seperti hafal Quran, berjenggot, berpeci hingga celana cingkrang, atau perempuan yang memakai cadar.

Dan para netizenpun gatal lidah yang diejawantahkan lewat jari di media sosial, mencemooh sampai menghakimi simbol-simbol agama di atas, bukannya pada perilaku jahat atau kriminal si pelaku. Bahkan media-media daring sering menyebut para pelaku dengan hurup cetak tebal sebagai hafizh, berjenggot, bercadar, shalat lima waktu. Sehingga orang-orang yang membaca warta yang disajikan media tersebut, khususnya non-Muslim, bahkan orang Islam sendiri membenci orang-orang berjenggot, celana cingkrang, bercadar atau orang yang rajin salat lima waktu.


Ilustrasi sumber

Tak jarang para pelaku itu disamakan dengan Ibnu Muljam, seorang khawarij yang membunuh Imam Ali. Ibnu Muljam adalah seorang Arab Badui yang taat menjalani ibadah agama, ia hafal Quran dan dan seorang yang alim. Dan orang-orang yang menghujatnya malebelinya sebagai orang yang bertaqwa. Kupikir inilah salah kaprah orang-orang yang menyebutnya bertaqwa. Orang yang bertaqwa (berserah diri kepada Tuhan) tidak akan mungkin melakukan tindakan keji sampai membunuh orang yang paling dekat dan dikasihi Nabi saw.

Ibnu Muljam lebih tepat disebut sebagai orang yang salah kaprah dalam menafsirkan agama Islam. Walau ia seorang yang hafal Quran dan alim, namun dia bukan seorang malaikat. Ia juga bisa salah dan berprilaku keji. Maka tidak tepat menyebutnya sebagai orang bertaqwa, dan tidak tepat juga menyalahkan kesehariannya sebagai seorang hafizh. Karena memang hatinya tidak mendapatkan petunjuk dari Tuhan. Maka salahkanlah kejahatannya, bukan syariat yang dijalaninya.

Dan para pelaku terorisme pada zaman sekarang ini disebut sebagai neo-khawarij atau "Ibnu Muljam" abad modern. Di sini aku sepakat dengan istilah itu. Tapi sekali lagi aku tidak sepakat jika ada orang yang menghujat atau mencemooh simbol agama yang melekat pada mereka pelaku itu. Karena agama ini (Islam) tidak pernah menganjurkan umatnya untuk berprilaku keji, berbuat teror, membunuh orang-orang yang tak bersalah.

Mereka seperti halnya Ibnu Muljam, walau taat dalam menjalani ibadah bahkan hapal Quran, tetapi hatinya tidak mendapatkan petunjuk (ilham) dari Tuhan. Sehingga secara serampangan menafsirkan agama dan melakukan perbuatan yang malah dilarang oleh agama.


Ilustrasi sumber

Maka berhentilah mencela perbuatan amal salih yang dilakukan oleh seorang penjudi, pemabuk, koruptor, teroris. Karena yang harus dicela dan disalahkan ialah perbuatan buruknya seperti berjudi, mabuk, korupsi atau melakukan teror yang merugikan dirinya dan orang lain. Karena amal ibadah tidak salah, yang salah adalah diri pelaku kejahatan!

Islam adalah agama Rahmatan lil 'alamin yang mengajarkan para pemeluknya untuk welas asih, menyayangi sesama makhluk, dan melarang umatnya untuk berbuat kerusakan di atas muka bumi.

Salam,

@akukamaruzzaman

Coin Marketplace

STEEM 0.35
TRX 0.12
JST 0.040
BTC 70597.89
ETH 3559.60
USDT 1.00
SBD 4.77