Seperti hari-hari biasa, hari ini masih panas seperti kemarin walau kemarin siang ada sedikit angin badai yang menghantam membawa debu beterbangan namun tidak ada hujan yang turun dikotaku.

Masih seperti hari biasa yang ku lalui, aku menikmati kopi pertamaku di siang hari. Padahal kopi pagi sangat enak dinikmati sebelum beranjak menuju aktivitas. Namun aku sedikit berbeda, pagiku disiang hari dan melanjutkan aktivitas bukan diperkantoran melainkan di sebuah warung kopi. Kopi pertamaku dihari ini ku minum secara perlahan sambil mencari informasi tentang berita hari kemarin dan hari ini.

Kopiku masih sama seperti dulu, orang bilang kopi saring kopi kampungan, tapi aku masih menyukainya. Bukan karena murah tapi lambungku masih sehat menerima cairan kopi pahit berjeniskan robusta. Banyak temanku mulai beralih dengan kopi berjeniskan "arabica", setelah lambungnya bermasalah dan ada juga harus diopname karena sudah tergolong parah.

Kopiku masih pahit tanpa gula bukan karena takut diabetes menyerang dikala usia tak lagi muda. Tapi kopi pahit masih memberikan nuansa berbeda dilidah ketika air hitam masuk ke dalam mulut. Manis, pahit dan hitam yang kita nikmati pada segelas kopi seperti hidup yang kita jalani penuh warna disetiap insan. Banyak rintangan dan tangan serta cobaan yang harus kita lalui secara perlahan.

Kopi kita tidak sama, begitu juga cara menikmatinya. Hidup kita juga berbeda. Namun walaupun berbeda, keselarasan serta keharmonisan jangan sampai pudar karena perbedaan.