Akhir-akhir ini saya merasakan sedikit muak dengan fenomena yang terjadi dimedia sosial selama menjelang pemilihan Presiden (pilpres 2019). Kenapa bisa? Media sosial yang selama ini tempat menyimpan kontak pertemanan dan sebagai ajang mempererat silaturrahmi menjadi ajang memutuskan tali persahabatan.

Semalam kawan seangkatan kerja masa NGO dulu datang ke warung kopi saya. Dia tidak tahu lagi nomor telepon saya dikarenakan telepon seluler dia rusak dan harus format ulang sehingga semua nomot kontak yang ada lenyap begitu saja. Tapi, sosial media sangat membantu, dia langsung membuka media facebook dan langsung menghubungi saya melalui "messanger". Media sosial memang untuk merajut silaturrahmi ketika nomor kontak di telepon kita lupa menyimpannya.

Media sosial ajang mencari pertemanan. Memperluas jaringan pertemanan sangat membantu kita, sewaktu-waktu kita berpergian ada mereka teman yang bisa kita hubungi.

Tapi menjelang pilpres, media sosial dipenuhi ego masing-masing pendukung. Sehingga rasa kesal itu datang ketika halaman media sosial kita berisikan kata cacian yang ditujukan kepada temannya yang memiliki pilihan yang berbeda. Ingin rasanya menjauhi media tersebut selama pilpres berlangsung.

Tapi apa hendak dikata, perbedaan dalam pilihan membuat kita saling menghina, mencaci hingga akhirnya kawan kita menjadi lawan. Kawan yang selama ini kita rajut tali pertemanan, harus berakhir ketika perbedaan pilihan saat pemilihan.

Kita mungkin merasa kalau mencari mudah itu sangat mudah, sehingga memutuskannya pun tidak begitu susah. Tapi jika kita kaitkan dengan agama yang kita anut, memutuskan tali persahabatan itu adalah perbuatan yang sangat dibenci oleh Nabi kita seperti dalam hadist yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim yang berbunyi :

Semoga kita tetap bisa menjaga persahabatan walau adanya perbedaan dalam pandangan dan pilihan.