Takengon sebuah kota yang sudah sangat terkenal akan kopinya. Takengon terletak didataran tinggi sebelah selatan kota Bireuen. Dengan ketinggian 1200 meter diatas permukaan laut membuat suhu udara disana terasa sangat dingin sehingga sangat cocok untuk tumbuhan seperti kopi, kol dan wortel. Memiliki pemandangan alam yang indah seperti pemandangan laut tawar membuat Takengon salah satu kota yang banyak dikunjungi wisatawan.

Kemarin sore, warkop saya kedatangan tamu dari NGO (Non Goverment Organitation) - IOM (International Organization for Migration), mereka sedang menangani masalah pengungsi Rohingya yang terdampar di Bireuen. Salah satu tamunya berasal dari negara Bangladesh. Kami membicarakan tentang bisnis kopi dan dia menanyakan kepada saya tentang kopi, dan saya menjelaskan bahwa warung kopi saya menjual 2 jenis kopi yaitu jenis kopi arabica yang terkenal dengan kopi espresso dan kopi robusta yang terkenal dengan kopi ulee kareeng.

Tamu dari kota Bangladesh tersebut menceritakan kalau dia pernah pergi ke Takengon. Dia sangat senang dengan keindahan kota Takengon dan tentu juga dengan kopinya. Namun dia mengatakan kesejukan kota Takengon tidak seperti yang dia bayangkan. Dia mengatakan, "Mr. Albert, Takengon tidak begitu dingin". Saya hanya terdiam tanpa mengatakan apapun.

Saya juga merasakan hal yang sama seperti yang dirasakan Mr. Bangladesh. Pada tahun 2016 yang lalu saya mengunjungi tempat saudara saya yang bertempat di Pondok Kabupaten Bener Meriah. Penduduk setempat juga mengatakan kalau kota dingin tidak sedingin dulu lagi. Perubahan suhu menyebabkan pohon kelapa mulai tumbuh disana, biasanya pohon kelapa tidak akan mudah tumbuh pada suhu yang dingin. Suhu yang agak berbeda seperti saya rasakan ketika mengunjungi Takengon pada tahun 2013 untuk mengirim bantuan dimana kala itu Takengon sedang ditimpa musibah gempa. Hawa dingin masih sangat terasa, badan tidak akan kuat jika tanpa baju penghangat. Bagi kita pendatang, mandi pagi saja rasanya tidak sanggup karena hawa dingin yang luar biasa.

Timbul pertanyaan dalam benak saya apa kira-kira penyebabnya sehingga Takengon tidak begitu dingin lagi? Apakah karena hutan yang sudah banyak dirambah menjadi ladang kopi? Butuh tindakan lebih lanjut jika memang ini benar adanya. Semoga Gayo tetap menjadi kota penghasil kopi terbaik di dunia.