Musuh Terberat Adalah Diri Kita Sendiri

Pixabay - CCO

Di saat kita lalai atau di lalaikan oleh dunia, tentu kita akan pernah atau bahkan sering menerima masukan dari orang-orang terdekat kita berupa nasihat. Namun seolah kita lewatkan begitu saja alias tidak mengubrisnya.

Padahal, sebagai orang beriman tentu kita tahu berhijrah atau kembali ke jalan Allah adalah satu-satunya pilihan terbaik kepada segenap manusia yang beriman. Lantas, hal apa yang selalu menghalangi niat baik kita tersebut?

Sebelum menjawabnya, mungkin kita kerap sekali melihat beberapa orang yang begitu mudah menvonis orang lain yang dinilai telah melakukan perbuatan maksiat. Atau, beberapa dari mereka akan rela mati-matian mempertahankan akidahnya, yakni kalimat tauhid: La ila haillallah, Muhammadan Rasulullah.

Namun kenapa giliran mengamalkan perintah Tuhan yang di yakininya itu sulit. Bahkan sangat sulit, mungkin sebagian dari kita ada yang pernah melewatkan hari-hari kita tanpa satu waktu salat pun yang kita kerjakan. Bagi kita yang sudah terbiasa meninggalkan salat, hal ini seperti biasa saja. Tapi, sungguh salat adalah lebih penting dari segala suatu hal baik lainnya yang kita kerjakan. Benar, akan sirna atau mengambang semua perbuatan baik kita lainnya tanpa di dahului oleh sembahyang.

Percayalah, musuh terberat kita itu adalah diri kita sendiri. Jangan dulu menyalahkan orang lain bila diri kita juga masih terlalu banyak membuat kesalahan. Karenanya, mengendalikan diri sendiri itu sangat penting. Dengan cara yang bagaimana?

Jangan membiasakan diri kepada hal-hal yang cendrung negatif atau bahkan tergolong ke dalam dosa besar, seperti meninggalkan salat, memberikan tuduhan palsu (fitnah) dll. Jika hal demikian kita biasakan, efek yang terjadi adalah kita akan sulit menerima masukan dan akan terus terlena bahkan menikmati kemaksiatan yang kita kerjakan tersebut. Sungguh sangat di sayangkan!

Adapun solusinya adalah dengan membiasakan diri kita melakukan suatu hal positif. Ya, membiasakan diri pada hal-hal kecil namun baik di pandangan agama akan sangat berarti dan menentukan. Yakni dapat memberikan perubahan besar kepada kita di masa yang akan datang.

Salah satu contoh nyata yang pernah saya alami adalah disaat masa kecil saya yang terkesan di paksa untuk pergi ke masjid pada hari Jumat oleh Ustad saya. Padahal, Ustad saya tahu betul bahwa usia saya belum lah wajib melakukan salat jumat dan salat wajib lainnya. Jika saya tidak salah, usia saya waktu itu masih sekitar 12 tahun atau masih duduk di bangku sekolah dasar kelas VI.

Pixabay - CCO

Namun apa yang terjadi saat saya tumbuh dewasa, jika ada yang bertanya hari apa yang paling kamu tunggu? Jumat, begitulah jawaban yang akan saya berikan. Jumat menjadi hari yang mengembirakan bagi saya, seharusnya juga bagi semua Muslim lainnya juga.

Namun apa yang telah di lakukan oleh guru mengaji saya patut kita terapkan dalam pribadi kita masing-masing. Yaitu membiasakan diri melakukan perintah Ilahi, dengan kata lain kita telah mengintruksikan diri kita untuk taat kepada Tuhan kita. Saat hal yang awalnya terkesan terpaksa atau berat kita lakukan, akan tetapi lambat laun raga dan jiwa kita akan meminta hal itu dengan sendirinya. Saat itulah, kita akan menikmati dan merindukan kebiasaan yang telah kita terapkan tadi. Seperti banyak orang mengatakan, "Bisa Karena Biasa."

vote steempress witnesses here : https://steemit.com/~witnesses

---

Posted from my blog with SteemPress : http://ayuramona.epizy.com/2018/11/03/musuh-terberat-adalah-diri-kita-sendiri/

---