Ooooh.. Saya juga Lesbian😊

in #indonesia5 years ago

lat2t5loel.jpg

kalau kau tak pernah bermimpi kau tak akan tahu rasanya mimpi jadi kenyataan.

Perempuan berparas cantik bertubuh sintal dengan kulit serupa warna kuning langsat itu melambaikan tangan dengan malas saat melihatku mengangkat tangan ke arahnya pada saat dia memasuki warung makan yang masih sepi itu. Baru pukul 10 pagi, orang-orang belum butuh makan siang dan lemari kaca tempat pajangan aneka masakan juga masih kosong.

Tanpa melepas kacamata hitamnya atau menyambut uluran tanganku untuk bersalaman, dia langsung duduk berselonjor dengan malas disampingku dan dengan lemasnya meletakkan kepala berambut hitam lurus halus dan harum dibahuku.
"Aku benci laki-laki, Noy", desisnya pelan. Sebagai laki-laki normal, aku tidak terkejut mendengar teman sejak taman kanak-kanak yang juga tokoh utama kisah cinta monyetku itu berkata demikian.
"Kau benci aku juga?" Kuusap kepala berambut indah itu dengan pelan. Dia diam saja tak bereaksi.
"Kau mau minum apa? Sudah sarapan?", tanyaku lagi.
"Nanti saja, aku butuh bahumu sebentar", dia memperbaiki posisi duduknya menjadi lebih santai agar bisa meletakkan kepala indahnya dibahuku dengan nyaman. Salah seorang pelayan warung yang sudah kenal benar dengan kami menghentikan langkahnya saat kuangkat tanganku sebagai isyarat bahwa kami belum akan memesan apa-apa.

"Kau ribut dengan pacarmu yang mana lagi, semalam?" Aku langsung menuju titik masalah yang menyebabkannya harus membangunkanku tengah malam dan minta bertemu di tempat biasa. Ya tempat ini, warung makan yang kerap kami kunjungi bila sepakat bertemu disela-sela kesibukan masing-masing. Tidak terlalu jauh dari tempat tinggalku sekarang. Mungkin aku sengaja mencari tempat tinggal di sekitaran warung ini agar mudah menjangkaunya saat dia tiba-tiba perlu.

"Aku putus dengan Roran", sahutnya pendek. Roran? Aku mencoba mengingat yang mana satu makhluk bernama Roran yang berani menyakiti sahabat cantikku ini. Sesosok laki-laki jangkung berwajah tampan dan naik mobil mewah kemana-mana itu terbayang jelas,entah darimana muncul keinginan untuk marah dan menendang laki-laki bernama Roran itu hingga hilang ke Alas Roban, biar dijadikan mangsa makhluk penghuni Alas Roban.
"Kau perlu aku menendangnya ke Alas Roban?", tanpa sadar aku mengungkapkan kemarahanku. Perempuan cantik bernama Diaz itu mengangkat kepalanya dan menatapku dari balik kacamata hitamnya.
"Alas Roban? Jauh kah itu? Kenapa tidak ke Antartika saja, biar dia mati beku atau jadi santapan beruang kutub?", Diaz melepas kacamata hitamnya dan mata bening berwarna coklat muda itu membelalak lucu, aku terpana sesaat, tapi kemudian kami tertawa terbahak-bahak.
"Kau makin sinting sejak ditinggal kawin Miryam", mendengar tuduhannya dan nama Miryam disebutnya, aku langsung terdiam😌 kalau saja Diaz tahu cerita yang sebenarnya.
"Kau masih merindukannya, Noy?" Diaz terdengar canggung melihatku tiba-tiba bergeming seperti itu.
Kutatap mata indahnya mencari secercah ruang untuk masuk ke pikirannya, namun tidak ada.
"Ya, aku sangat merindukan hari-hari dimana kami bertengkar karena dia cemburu padamu, pun hari-hari dimana dia merelakanku menemanimu meskipun saat itu adalah hari ulangtahunnya, aku benar-benar belum bisa melupakannya", aku sudah mahir berdusta sejak lama, Diaz tidak menyadarinya karena seluruh dunia hanya berputar di sekitarnya.
Diaz melotot kesal sekarang, cantik sekali hingga membuatku ingin memeluknya. Tapi aku tidak bisa memeluknya tanpa izin atau dia akan berteriak menuduhku sebagai pelaku pelecehan sexual😂.

"Aku mau kopi", katanya kemudian.
"Siap nona!" Aku memanggil pelayan yang daritadi duduk di meja kasir dengan siaga dan langsung tersenyum cerah melihat isyaratku.
"Mau pesan apa, uda dan uni?" Tanyanya ramah.
"Buatkan kopi hitam kental bukan kopi instant, dan segelas es untuk uni cantik kita ini, dan jus belimbing tanpa gula untuk udamu ini", jawabku.
"Angkat keripik sanjai dan kerupuk kulit kabau itu juga", kutambahkan sambil menunjuk keranjang berisi kerupuk di meja di belakangnya.
"Siap uda, tunggu 5 menit saja", pelayan muda itu bergerak mengambil keranjang kerupuk, meletakkannya di hadapan kami lalu menghilang ke bagian dapur warung di belakang meja kasir.
Diaz meraih keripik sanjai menyerahkannya padaku agar membuka bungkusannya. Perempuan cantik satu ini selalu kesulitan dengan bungkus keripik yang tebal.

"Mengapa kau putus dengan Roran alih-alih menikah dengannya?" Aku menemukan saat yang tepat untuk mendengar ceritanya kali ini. Diaz mengunyah keripik sanjainya dengan cepat.
"Aiihhh... lebih baik aku putus daripada menikah dengan laki-laki seperti dia", jawabnya sambil menunjukkan muka jijik.
"Kenapa dia?"
"Dia tidak romantis dan selalu sibuk dengan gadgetnya, aku tahu dia punya bisnis online, tapi saat makan malam pun dia sibuk berdagang, kupikir aku tidak tahan dengan kebiasaan itu", Diaz mengunyah sanjai dengan cepat lagi, aku membuka botol air mineral yang tersedia di meja dan memasukkan sedotan lalu meletakkannya di hadapan Diaz yang langsung disambarnya. Dia mulai merasakan pedasnya sanjai😁.
"Apa dia tidak punya karyawan?" Selidikku.
"Punya, 4 orang yang sangat kompeten malah"
"Lantas?"
"Tak percaya pada mereka sepertinya, seperti dia tidak percaya setiap kali kukatakan kau adalah sahabatku sejak kecil", Diaz menghentikan ucapannya saat pelayan datang mendekat dengan pesanan kami.

"Kopi dan es untuk uni cantik kita, jus belimbing untuk udaku", katanya sambil meletakkan masing2 pesanan.
"Selamat menikmati", kuucapkan terima kasih sebelum dia berlalu dengan riang.
"Kau bilang apa pada Roran tentang aku?" meskipun aku sudah tahu jawabannya, aku tetap ingin mendengarnya, ini bukan pertama kalinya dia putus dengan pacar-pacarnya.
"Kubilang dia tidak pernah ada saat aku butuh teman, kau yang selalu ada. Dia tidak pernah ingat ulang tahunku apa lagi memberiku kejutan lucu seperti yang kau lakukan saat ulang tahunku ke 17 bertahun lampau, dia tidak tahu kebiasaanku saat marah atau datang bulan, kau lebih mengerti itu dan lain sebagainya", Diaz berhenti sejenak lalu menyeruput kopi hitamnya.

Panas... 😀😀😂😂😂 aku suka melihat parasnya yg merona karena kopi panas. Aku tersenyum tipis, meraih gelas berisi es dan menuangkan kopi dari cangkirnya ke gelas lalu mengaduknya dan memindahkan sedotan dari botol mineral ke gelas berisi es kopi kini dan menyerahkan kembali padanya.

"Ehh..Noy, kau ingat Emilia? Mantan pacarmu waktu kuliah semester 3 dulu?" Diaz tampak serius. Tentu saja aku ingat Emilia, kupacari dia selama 3 bulan agar bisa pergi kencan ganda dengan Diaz dan Topan, lalu putus karena Diaz putus juga.
"Oohh.. nona cantik berkacamata yang tidak mau makan kacang karena takut jerawatan itu, kenapa dia? Kau bertemu dengannya? Bagaimana kabarnya?", aku berupaya agar tampak antusias mendengarnya. Aku sering bertemu Emilia saat harus berurusan dengan kantornya. Diaz menatapku kesal.
"Cantik? Kau pasti buta saat itu!" dengusnya kesal. Aku tertawa, reaksinya tak pernah berubah setiap kali menyinggung mantan pacarku.
"Bisa jadi, tapi kau jauh lebih cantik daripada Emilia", pujianku membuat Diaz tersenyum senang.
"Aku bertemu dia minggu lalu di pameran buku, dia dengan suami dan anaknya, kau tahu siapa suaminya?" Aku menggeleng meskipun setengah mati menahan tawa. Topan adalah relasiku, mantan pacar Diaz menikahi mantan pacarku😂.
"Topan!" Jawabnya sambil tertawa aneh.
"Kau menyesal putus dengannya?" Aku menggodanya.
"Kau gila? Aku bersyukur dia menikahi Emilia, setelah kupikir-pikir lagi, mereka lebih cocok daripada berpasangan dengan kita", Diaz tersenyum sumringah, sepertinya dia sedang mengenang kencan ganda terakhir kami di Kebun Raya Bogor, Diaz meminta Topan mengantar Emilia ke toilet karena dia ingin mencari souvenir untuk sepupunya bersamaku.

Pengunjung warung untuk makan siang mulai berdatangan. Pukul 11.30, aku harus pergi menemui rekan bisnisku.
"Aku harus pergi sekarang, pulang lah setelah makan siang, nonton drama korea sepuasmu, aku akan menelponmu nanti malam jam 9", aku memeriksa telpon genggam yang dari tadi kusunyikan nada panggilnya, ada 10 panggilan tak terjawab dari sekretarisku. Diaz tampak muram. Kubelai rambut indahnya.
"Jangan sedih, aku akan menemuimu lagi nanti", hiburku. Dia mengangguk dan menerima uluran tanganku dengan enggan. Dengan berat hati aku meninggalkannya, aku belum sepenuhnya berhasil menghiburnya kali ini, tapi aku tidak bisa membiarkan kesempatan mendapat proyek bagus untuk kantorku tersia-siakan.

Aku meninggalkan pesan pada pelayan muda tadi agar melayani apapun yang dipesan Diaz dan meninggalkan sejumlah uang seperti biasanya sebagai deposit. Aku senang, aku selalu jadi alasan Diaz putus dengan pacar-pacarnya😂😂😂

evqlg8178n.jpg

mencintai itu memberi tanpa memaksa untuk menerima.

Pertemuan bisnisku berjalan sukses dan proyek terbesar pertama yang pernah dimenangkan oleh kantorku akan segera dieksekusi, Topan ikut sebagai penentu kunci suksesnya panandatanganan kontrak, sebagai direktur teknik, aku kebagian tugas sebagi pimpinan proyek. Aku memang menelpon Diaz pukul 9 malam untuk mengabarkan keberhasilanku itu, dia tidak terdengar antusias bahkan minta izin tidur lebih awal karena merasa kelelahan. Dari nada suaranya, aku bisa menebak dia hanya ingin melanjutkan menonton drama
Korea favoritnya yang membuatnya ikut menangis😂😂

Aku tak menerima telpon darurat dari Diaz sejak itu, beberapa kali aku menelponnya, nada telponnya selalu sibuk, aku facebooknya yang biasa ramai dengan segala foto aktifitasnya sebagai event organizer pun tampak sepi tak bertuan. Mungkin dia sama sibuknya denganku yang harus mondar mandir Bali-Jogja-Jakarta sepanjang minggu untuk memastikan pembangunan hotel dan resor wisata berjalan sesuai rencana dan tepat waktu.

Setahun berlalu, besok adalah hari peresmian hotel dan resor wisata berkonsep alami ramah lingkungan, mulai dari material bangunan hinga penanganan limbah. Akhirnya aku akan punya 3 bulan cuti besar setelah peresmian dan bonus dari pekerjaan ini benar-benar lebih dari cukup untuk memulai rencana bisnisku sendiri.

Aku menatap orang-orang yang mempersiapkan acara pembukaan hotel itu sambil menikmati kopiku dari rumah pohon yang menjadi tempat menginap favoritku. Topan memilih EO tempat Diaz bernaung, namun sejak kemarin aku tidak melihat paras cantiknya diantara orang-orang itu. Setiap kali kuhubungi hanya nada sibuk yang terdengar. Sempat terpikir bahwa dia mengganti nomor kontaknya, tapi aku tahu benar Diaz tidak akan melakukan itu, itu adalah nomor kontak peninggalan Almarhum Ayahnya saat kami baru lulus SMA dulu. Aku jarang menghubunginya lebih dulu karena memang itu yang kami sepakati, Diaz akan menghubungiku saat perlu. Saat kuliah, hampir setiap malam dia menelpon karena perlu. Saat kami mulai bekerja, Diaz hanya sesekali menghubungiku, terutama saat putus dari pacar-pacarnya. Apa dia punya pacar baru dan sudah tidak membutuhkan aku lagi? Jantungku rasanya seperti diremas-remas, aku tidak mau membayangkannya, aku tak pernah siap bila benar-benar harus kehilangan dia.

Kuputuskan untuk mencari tahu keberadaan Diaz dari Kru EO yang sedang mempersiapkan acara itu. 2 pria muda tampak sedang berdiskusi sambil menikmati kopi, aku mendekati mereka namun berhenti saat cukup dekat untuk mendengar apa yang mereka bicarakan.
"Bu Diaz kan lesbian, kakak", pria muda berkacamata,berpakaian rapi lengkap dengan dasi kekinian dan vest berwarna mencolok itu bergurau pada teman bicaranya, seorang pria muda yang cukup tampan namun berpakaian seadanya, jeans belel dan kemeja flanel berwarna merah tak dikancing, kaos putih bersihnya tidak menutupi bahwa dia seorang pria yang penuh percaya diri.
"Aah, nggak mungkin!" Bantahnya sambil menggeleng.
Si kacamata terkekeh genit.
"Kakak nggak percaya? tanya saja pada semua kru kita, setahun belakangan ini Bu Diaz berubah drastis banget. Jaaauuhh berbeda dari Bu Diaz yang dikenal siapapun di muka bumi ini", lanjutnya. Aku bersusah payah menahan diriku untuk menghampiri mereka.
"Berubah iya, tapi tidak jadi lesbian juga kalii!" bela si tampan.
Si kacamata mencibir, dia tiba-tiba menatap ke arahku, aku cepat berpura-pura gawai-ku dan menatapnya sekilas.
"Bu Diaz yang mengatakan dirinya sekarang lesbian kok", aku menajamkan pendengaranku sambil terus berpura-pura sibuk dengan gadgetku.
"Haahh.. Lesbian mengaku? Di negeri ini? Nekad benar?", kudengar si tampan bereaksi tak percaya.
"Geger sekantor, kakak. Tapi tidak ada yang berani menanyakannya lagi sejak itu, Bu Diaz hanya hadir saat rapat, bertindak seperti biasanya, lalu menghilang dari kantor dan muncul lagi saat tiba waktunya memeriksa persiapan acara, terus hilang lagi", si kacamata kedengaran makin serius.
"Hilang kemana? di ruangannya atau jalan-jalan mungkin, semalam saya lihat sedang mandangin rumah pohon itu dari sini", kuikuti telunjuk si tampan dengan ekor mataku. Aku berdebar, rumah pohonku. Diaz tahu aku disitu dan tidak menemuiku? Aku mulai gelisah.
"Bu Diaz suka rumah pohon, kakak. Dia punya sketsa lusuh rumah pohon yang selalu dibawanya, kata sekretarisnya siy, itu sketsa buatan mantan cinta pertamanya yang sudah kawin dengan perempuan lain, tapi Bu Diaz nggak bisa move on", si kacamata terus berbicara dengan penuh semangat.

Sketsa rumah pohon? Bukan kah itu sketsa buatanku saat kami mengerjakan tugas menggambar dari guru kesenian menjelang lulus SMP? Bagaimana Diaz memilikinya? Aku memberikan sketsa itu pada Monika setelah Diaz menolak menyimpannya sebagai kenang-kenangan karena Diaz meminta kami putus pacaran dengan alasan bosan dan tidak asyik. Aku masih ingat benar paras dinginnya saat itu.

"Aku bosan pacaran denganmu Noy, sikapmu seperti kakakku, tidak asyik seperti di novel-novel, kita putus tapi tetap bersahabat saja ya, toh kita tetap akan bersama setiap hari", Diaz menyatakan itu setelah kami sepakat pacaran 3 bulan sebelumnya. Aku hanya mengangguk setuju saat itu, aku tidak mau Diaz sedih meskipun aku sangat marah dan ingin menangis. Lalu aku memberikan sketsa rumah pohon yang kubuat sepenuh cintaku padanya itu.
"Ini kenang-kenangan cinta pertama kita, simpanlah", Diaz tertawa.
"Kau sinting, kenang-kenangan cinta pertama kok sketsa jelek gini, aku tidak mau menyimpannya", aku meninggalkannya dan memberikan sketsa itu pada perempuan pertama yang kutemui setelah Diaz, Monika teman semejanya muncul tiba-tiba saat itu.
"Untukmu, sebagai kenang-kenangan", kataku cepat lalu pergi mencari pelampiasan kemarahanku. Aku menggambar lebih banyak rumah pohon lagi selama seminggu dan berhasil menata perasaanku setiap kali bertemu Diaz. Dia bersikap seperti biasanya dan itu membuatku bersikap sama hingga hari ini. Menyimpan dalam-dalam cintaku padanya, menunggunya menyadari cinta itu.

Aku tak perlu terus mendengar obrolan mereka, aku sudah cukup bahagia mengetahui Diaz ada bersama mereka. Aku akan menemukannya. Gawaiku tiba-tiba bersuara, Yara, sekretarisku memanggil. Kutinggalkan tempat itu sambil menjawab panggilan Yara.

sq4a1rp7u4.jpg

tempat terindah bagi cinta adalah hati yang menerima cinta

Acara peresmian berlangsung sangat sukses, pemilik hotel berkali-kali menjabat tanganku dan berterima kasih, 110 kamar yang ada terpesan hingga 6 bulan ke depan. Aku menerima kunci rumah pohonku sebagai hadiah. Aku bisa datang kapan pun dan rumah pohon itu milikku sampai kapan pun aku mau. Aku dengar EO yang mengurusi acara peresmian menjadi partner tetap hotel dan resor wisata itu. Aku meninggalkan acara hiburan yang masih berlangsung, menikmati langit yang cerah malam itu dengan pikiran terus tertuju pada perempuan cantik cinta pertama dan terakhirku. Aku tidak berhasil menemukannya.

"Kau sudah bertemu Diaz?" Topan tiba-tiba muncul di belakangku. Aku menoleh lalu menggeleng.
"Dia ada di Bar, sedang minum anggur, kau tahu dia tidak pernah minum anggur kan?" Aku terbelalak. Sejak kapan Diaz berani minum anggur?
"Diaz bersikap seolah bukan dirinya, kupikir kau lebih baik menemaninya, dia tidak butuh orang lain selain dirimu", aku menatap Topan ragu, bagaimana dia tahu?
"Pergilah, kupikir setahun sudah cukup baginya untuk menyadari apa artimu bagi dirinya", Topan mendorongku menuju Bar yang ramai dan hanya mengangguk sambil tersenyum saat kulambaikan tanganku dan bergumam terima kasih.

Diaz duduk sendiri di meja bar, terdekat dengan bartender. Orang-orang memunggunginya, 2 kursi di kiri dan kanannya kosong.
Aku mengambil tempat di sebelah kirinya. Bartender meletakkan sebuah gelas anggur di depanku.
"Anda sendirian, nona?", aku bersuara agak keras mengatasi riuh suara musik dari pelataran Bar terbuka itu.
"Anda sinting? Begini banyak orang bagaimana saya bisa sendirian?" tanpa menoleh Diaz menjawab ketus dan meraih gelas anggurnya lalu menghabiskan isinya. Gawat, aku merasa cemas.
"Oohh Maaf, saya tidak melihat orang lain selain anda di sini", jawabku pelan. Diaz masih tak menoleh, dia mengisi gelasnya lagi.
"Anda cantik sekali nona, hingga saya tidak bisa melihat orang lain di sini", aku nyaris tertawa mendengar kata-kataku sendiri, tapi aku berhasil menanganinya. Diaz bergeming, matanya hanya pada gelas anggur.
"Anda lihat perempuan cantik di arah jam 3 itu? Saya jatuh cinta padanya", aku menoleh pada perempuan yang dimaksudnya, seorang perempuan asing berambut pirang sedang bercengkrama dengan seorang pria pribumi, si Tampan😯.
"Mengapa anda jatuh cinta pada perempuan itu, bukan pada pria tampan disampingnya?" Aku pikir dia mulai mabuk dan bila yg dimaksudnya adalah si Tampan, kali ini aku tidak akan menahan diriku untuk menendangnya ke Antartika.
"Karena Saya seorang lesbian", jawabnya tenang. Kuraih botol anggur dan menuangkan isinya ke gelasku.
"Oohh.. Saya juga lesbian, tenang saja", jawabku kemudian.
Diaz menoleh dan menatapku dengan mata terbelalak mempesona.
"Saya lesbian karena aku jatuh cinta pada perempuan cantik seperti anda sejak kecil hingga saat ini, tidak pernah jatuh cinta pada perempuan lain apa lagi laki-laki, sumpah.. Saya juga Lesbian, Nona!" Kutatap matanya lembut, Diaz masih melotot marah.
"Kau tidak bisa lagi lari, Nona. Aku menemukanmu dan kau akan jadi partner lesbianku sampai mati. Aku tidak akan membiarkan lesbian lain mendekatimu, aku akan menendangnya ke Antartika biar mereka mati beku atau jadi mainan beruang, aku serius!" Lanjutku tegas.
"Noy!", aku tak mengindahkan protesnya saat aku menariknya ke luar Bar dan setengah menyeretnya menuju rumah pohonku.

"Aku mencintaimu sampai dalam tulang", kupeluk perempuan cantik bertubuh sintal berkulit kuning langsat setengah mabuk itu erat-erat.

======================================

cerita ini hanya fiksi belaka, kesamaan nama, tokoh, cerita dan tempat bukan kesengajaan, sebab ini benar-benar karangan semata. Kepanjangan yaa.. hihihi, nggak nyangka bisa nulis lebih dari 1000 kata juga😂😂😂😂

Terima Kasih sudah membaca😉

Sort:  

Thanks for using eSteem!
Your post has been voted as a part of eSteem encouragement program. Keep up the good work! Install Android, iOS Mobile app or Windows, Mac, Linux Surfer app, if you haven't already!
Learn more: https://esteem.app
Join our discord: https://discord.gg/8eHupPq

Bentar ya baca dulu,.bru komen...

Posted using Partiko Android

😂😂😂😂 nggak asyik, nggak usah baca 😂😂

Dritdi baca bru skrng selesai,..

Bagus x ceritanya, walau pengambaran "waktu" dalam tulisan sngat abu2..

Dan stu lgi hal, yang boleh jdi dapat ditendang cerita ini sampai ke antartika, ilustrasi foto tangga itu, sangat jelek. Mau curi mangga atau gimana tu...

Dan memang menilai jeleknya sesuatu itu paling gampang, bgusnya hanya dinikmati saja ;)

Posted using Partiko Android

😂😂😂 terima kasih @lord-geraldi 😉 foto sengaja tidak mewakili cerita, malas nyari foto dan nulis langsung yg begini dalam waktu 2 jam itu nggak sesuatu yang tidak lucu buatku😂😂😂 aku abaikan semua yang bagus2, asal ada aja kok.

Ceritanya kan, aku tiba2 teringat sebuah joke yg kubaca 10 tahun lalu dan pernah kami jadikan joke saat masih siaran dulu. Naahh.. begini dah jadinya.

Aku senang orang bisa menemukan yg buruk2 dalam tulisanku, itu membuatku merasa sangat-sangat manusia, bukan robot😁
Terima kasih banyak-banyak.

Tangga itu menuju atap tempat aku dan suamiku bersantai sambil metik rambutan rapi'ah😊 dan biasanya kucing yg tidur di foto pertama itu ikut nongkrong bareng juga, naik dengan tangga😂

Hehhe iyaa kita memahami... apapun alasannya tetap saja foto tangga itu jelek.. ;)

Walau ceritanya tidak syar'i' tetap menarik utk dibca, trimaksih sudh menulisnya ditengah banyak tulisan di steemit yang tak bermutu, seperti melihat sempak ditengah gurun pasir.. sangat menarik hati...

Salam...

Posted using Partiko Android

Tangganya memang jelek😂😂😂 kalau bikin cerita yg syar'i nggak selesai dalam 2 jam dan musti ngecek ayat2 dulu😂😂😂 terima kasih pujiannya, iseng banget orang buang sempak di tengah gurun pasir kan? Udah gitu mereknya bukan rider atawa gt-man pulak, koyak lagi😂😂😂

Coin Marketplace

STEEM 0.35
TRX 0.12
JST 0.040
BTC 70597.89
ETH 3559.60
USDT 1.00
SBD 4.77