Pembuatan Batu Bata Secara Manual

in #indonesia6 years ago

image

Aroma asap, kayu dan sekam terbakar menyeruak di hidung saat saya memasuki Dusun Muhajirin, Desa Ujung Fatihah, Kecamatan Kuala, Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh. Aroma tersebut merupakan aroma yang berasal dari aktivitas pembakaran dari bangunan gubuk batu bata, atau tempat pembakaran bata merah dari warga setempat.

Dusun Muhajirin merupakan salah satu sentral indrustri khususnya pembuatan batu bata merah yang dijadikan untuk bahan bangunan rumah, gedung, tembok dan lain-lain. Di Dusun Muhajirin inilah Dedek Saputra (29) salah satu warga Desa setempat yang memiliki usaha pembuatan batu bata dan dibantu oleh sang istri Lilik Waryanti (28) setiap harinya mencetak batu bata merah yang dibuat secara manual.

“usaha pembuatan batu bata ini sudah memasuki sekitar 1 tahun yang lalu , pekerjaan ini sudah menjadi salah satu factor ekonomi dalam mencupi kebutuhan kami sehari-hari. Walaupun biaya pendapatan dari hasil tersebut tidak seberapa, alhamdulilah selama ini kami bisa bertahan hidup berkat usaha yang kami bangun selama ini,”ujar Dedek Saputra.

Usaha yang ditekuni oleh Dedek Saputra merupakan usaha keluarga, namun demikian ia mengaku modal yang dikeluarkan untuk biaya operasioanal tidak sedikit, dari pencetakan bata, mengisi tanah dalam kolam, upah giling, serta bahan bakar untuk membakar batu bata miliknya. Jika dikalkulasikan biaya operasioanal bisa mencapai Rp2.500.000.

“bagi kami uang segitu cukup besar dan untuk itu kami harus berusaha semaksimal mungkin untuk bisa mencetak kembali jika batu bata nya sudah dibeli orang,”ungkapnya.
Proses pembuat batu bata yang dilakukannya secarap bertahap dilakukan, dan tobong yang sudah dibuat yang menjadi tempat pembakaran bisa memenuhi target 20.000 bata agar bisa dibakar
secara bersamaan.

image

Sedangkan proses pencetakan, dan pengeringan, pembakaran dilakukan dengan sangat hati-hati, apabila terjadi cuaca hujan maka hasil batu batanya belum sempurna terpaksa ia tutup dengan plastik atau terpal, apabila cuacanya panas maka proses pengeringan yang dilakukan didekat tobong bata miliknya akan berlangsung dengan sempurna.

“Faktor hujan yang kendala bagi kami, sebab jika hujan maka proses pengeringan akan berlangsung lama dan biasanya kami jemur di dalam tobong biar diangin anginkan, sebelum proses pembakaran dilakukan tapi akan bagus jika cuaca panas seperti ini,”kata Dedek Saputra.

Usaha di kerjakan oleh Dedek Saputra ini merupakan usaha yang tak sanggup diperhitungkan oleh pemerintah terkait maupun pemerintah setempat. Hal tersebut juga diakui oleh Dedek sendiri serta ia juga mengakui belum pernah selama ini ia dapatkan bantuan yang diperoleh untuk modal usahanya, atau meminjam kepada orang lain untuk modal operasionalnya.

Dan ia juga berharap pemeritah setempat memperhatikan usaha tersebut dengan melakukan pembinaan ataupun pendampingan dikarenakan batu bata merupakan bahan cukup penting untuk perumahan ataupun pembangunan.

Ia juga mengakui Batu bata buatannya berbeda dengan batu bata pres buatan mesin, sebab menurutnya batu bata merah yang dipres dengan mesin memang memiliki kecepatan bisa mencapai 1000 cetakan dalam waktu singkat, namun soal kualitas bata merah yang tercetak secara manual diakuinya lebih kuat walaupun prosesnya lambat, tapi hasilnya cukup memuaskan bagi konsumen,”pungkasnya.

image

image

Coin Marketplace

STEEM 0.32
TRX 0.11
JST 0.034
BTC 66761.99
ETH 3256.83
USDT 1.00
SBD 4.27