Mental Kaya Pada Orang Tua

Dari mana saya mau memulainya ya. Pengalaman ini sebenarnya adalah pengalaman kami, namun beberapa kali berjumpa dengan teman-teman yang saat ini boleh dibilang sukses dalam kehidupanya, ternyata apa yang kami jadikan prinsip sejalan dengan prinsip mereka. Jujur saja tidak semua orang memulai kehidupan dari nol, sehingga barangkali tulisan ini juga tidak relevan bagi semua orang.

Standar sukses yang saya maksudkan dalam tulisan ini adalah apabila orang tersebut hari ini lebih baik dari hari kemarin (masa lalu) dalam hal spiritual, mental, fisikal, emosional.

Dengan demikian ukuran sukses bukan melulu capaian finansial. Finansial adalah salah satu indicator yang tampak. Indikator yang tak tampak adalah ketenangan jiwa dan indicator yang semi tampak adalah perubahan prilaku menjadi lebih baik dari sebelumnya, menjadi berahlak mulia atau ahlakul karimah dari sebelumnya.

Kenapa “ahlak mulia” saya katakan sebagai indicator semi tampak? karena tidak semua orang bisa melihat dan merasakan perubahan ahlak seseorang. Padahal sebenarnya perubahanya sangatlah nyata bagi yang merasakanya. Siapa yang merasakanya ? mereka yang perlahan mengurangi kadar keakuan dalam dirinya dan secara tanpa sadar telah berubah ahlaknya.

Dari beberapa kali obrolan saya dengan orang-orang sukses ini, yang kebetulan mulai dari nol dalam membangun perekonomian rumahtangganya. Kuncinya Cuma satu, yaitu BERMENTAL KAYA PADA ORANG TUA.

Ternyata orang-orang sukses ini sangat pintar menyembunyikan kemiskinanya pada orang tuanya. Pada prinsipnya ada dua jurus , silakan kalau mau ditiru ; * Kalau mereka lagi bokek sedapat mungkin mereka menutupinya, agar orangtuanya tidak tahu.

• Kalau mereka lagi punya uang baru mereka pulang menemui orang tuanya.

Dari kedua jurus tadi prinsip utamanya adalah “MENJAGA AGAR ORANG TUANYA TIDAK SEDIH MELIHAT KESULITAN ANAKNYA”.

Saat mereka pulang pas lagi ada rezeki, mereka sedapat mungkin membawa oleh-oleh dan pulangnya mereka minta doa pada orang tuanya agar menjadi orang yang sukses. Walaupun tanpa dimintapun sebenarnya setiap orang tua pasti mendoakan semua anaknya untuk sukses.

Kalaupun katakanlah akhirnya mereka tahu kalau kita tidak seperti kelihatanya. Mereka akan tetap bangga dan semakin kencang mendoakan anaknya. Sebenarnya pada akhirnya mereka (orangtua kita) akan tahu keadaan sebenarnya karena masalah “feeling” orangtua pada anaknya jauh lebih canggih dari kemampuan kita menyembunyikan keadaan kita.

Orang tua kita sudah cukup lelah memelihara kita mengongkosi kita sampai menghantarkan kita pada jenjang pernikahan, sudah sepantasnya saat sudah menikah kita sebagai anak tahu diri. “Setidaknya kalau belum bisa membantu ya jangan memberatkan” begitulah kira-kira pesan yang saya tangkap dan saya amini.

Kesimpulan saya, pada akhirnya “bermental kaya” pada saat anda masih kekurangan akan membuat anda benar-benar “kaya”. Namun saat anda “bermental miskin” saat anda kekurangan akan cenderung membuat anda tetap “miskin”. Yang penting saat anda sudah “kaya” janganlah anda “bermental miskin”.

Selamat bermental kaya. Semoga semua sahabat steemians saya dikayakan oleh Allah dan diberi mental kaya sebelum maupun saat benar-benar menjadi kaya.