Mencicipi Belut & Ikan Kuthuk Goreng Di Semarang

fesbukan (53)in #indonesia • 6 years ago

Halo Kawan Steemian..

Beberapa kali ketika melewati daerah Tanah Mas Semarang. Saya melihat sebuah warung yang setahu saya warung baru. Karena baru kali ini melihatnya. Apalagi daerah Tanah Mas Semarang merupakan daerah yang sering saya lewati. Yang membuat saya tertarik dengan warung ini adalah jualannya. Dari spanduk yang terpasang, warung ini menjual belut goreng dan ikan kuthuk ( gabus ). Yang menjadi favorit saya adalah ikan kuthuk. Tak banyak yang menjual menu ini di kota Semarang. Saya menemukan ikan kuthuk ini di Semarang malah ketika berbelanja di supermarket beberapa bulan yang lalu. Mungkin karena jarang yang menjual ikan ini, sehingga apabila ada yang menjual, secara otomatis harganya agak mahal.

Kenapa saya suka banget dengan ikan kuthuk ini? Begini ceritanya, saya ingat waktu kecil sering diajak oleh ortu ke Blitar. Kota Blitar berjarak sekitar 2 jam dari Kediri. Selain disana ada makam Proklamator Indonesia, Bung Karno, ada juga salah kuliner khas di Blitar, yaitu ikan kuthuk ini. Ada 1 warung yang menjadi langganan dan sampai hari ini warung tersebut masih eksis. Googling saja “warung kuthuk blitar”, pasti akan muncul rekomendasinya. Karena seringnya diajak ke warung kuthuk inilah yang membuat saya menyukai ikan kuthuk. Cuman bedanya, kalau di Blitar dimasak ada kuahnya. Sedangkan kalau yang saya temukan di Semarang diolah dengan digoreng dan dimakan dengan sambal saja.

sumber foto

Olahan Ikan Kuthuk Khas Blitar

Di warung yang saya temukan di Semarang ini yang menjadi menarik adalah bumbunya dan sambal yang disajikan. Sebelum digoreng, belut goreng dan ikan kuthuk ini sudah dibumbui terlebih dahulu. Jadi tidak hanya digoreng biasa saja. Untuk ikannya pun sudah dipisahkan dengan duri-durinya. Saya malah menjadi teringat ketika membeli ikan gurami yang durinya sudah diambil terlebih dahulu. Untuk sambalnya pun, saya bilang enak, sambal hijau yang dipadukan dengan daun kemangi. Cara menggorengnya pun juga tidak terlalu kering sehingga masih terasa daging empuknya. Ketika saya beli di supermarket kemarin cara menggorengnya terlalu kering sehingga dagingnya terasa keras.

Saya tadi sempat mengobrol sedikit dengan penjualnya dan bertanya bagaimana dia mendapatkan ikan kuthuk dan belut yang notabene ketersediaannya tidak seperti ayam yang selalu ada terus. Ternyata bapak ini aslinya dari Demak yang setiap hari berangkat pulang hanya untuk berjualan di Semarang. Bapak ini cerita kalau di daerahnya masih banyak orang yang mata pencahariannya mencari belut dan ikan kuthuk ini. Saya jadi paham, karena di daerah Demak, masih banyak terdapat sawah dan rawa-rawa yang merupakan habitat dari belut dan ikan kuthuk. Karena banyak yang mencari ikan kuthuk dan belut di daerahnya maka Bapak ini pun memberanikan untuk berjualan menu ini. Bisa dibilang ini peluang yang sangat bagus karena sebenarnya banyak yang suka dengan belut dan ikan kuthuk namun karena tidak tahu harus kemana mencari kuliner ini jadinya antara penjual dan pembelinya tidak pernah ketemu.

Banyak yang mencari ikan kuthuk ini karena khasiatnya yang (katanya orang) bagus untuk menyembuhkan luka dan membantu meningkatkan daya tahan tubuh. Ikan ini memang beda kandungannya dengan ikan yang lainnya, kandungan proteinnya lebih tinggi dibandingkan lainnya.