Resensi Buku : Berusia 100 Tahun Tetapi Masih Diperlukan

Tiga bulan yang lalu saya sedang mengunjungi toko buku Gramedia, dan ternyata didepan toko tersebut ada tumpukan buku yang sedang diobral. Saya tertarik untuk melihatnya, dan melihat-lihat apakah ada buku yang menarik untuk dibeli, ternyata ada sebuah buku yang sampulnya pada saat itu agak kotor dan tidak terlalu menarik untuk dilihat walaupun buku itu dibuat dengan sampul hard cover.

Harga buku itu dibanderol seharga Rp. 20.000,- (harga obral) ternyata berjudul Berusia 100 Tahun Tetapi masih Dibutuhkan. Buku yang bersampul hard cover ini dihiasi dengan foto seorang yang sudah berumur tetapi masih menyunggingkan senyum ramahnya, menandakan bahwa sang empunya foto ini merupakan orang yang sudah berusia sepuh tapi sehat dan bahagia. Buku ini merupakan terbitan penerbit Gramedia dan dicetak pada tahun 2015, dan merupakan terjemahan dari buku terbitan Nikkei Business Publication,Inc throuh Tuttle-Mori Agency.Inc.

Cerita mengenai orang biasa saja.

Buku yang disusun oleh Reporter Bisnis Nikei yang bernama Ayako Hirono, ternyata berisi buku yang boleh dikatakan hanyalah sebuah biografi tentang seorang awam yang telah menjalani hidup sebagaimana kebanyakan orang, Fukutaro Fukui nama orang tersebut.

Fukutaro Fukui adalah seorang sepuh yang telah berusia 100 tahun tetapi masih aktif bekerja sebagai pekerja kantoran. Tidak ada hal yang terlalu sensasi untuk diceritakan dalam kehidupannya, terkecuali ada beberapa hal yang istimewa yang perlu diketahui yaitu prinsip hidupnya yang sederhana serta tetap bekerja selama memang dibutuhkan.

Dia pernah bekerja sebagai asisten dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Keio, dan terpaksa ikut menjadi tentara Kekaisaran Jepang pada saat Perang Dunia II, dan kembali sebentar menjadi asisten dosen kembali, kemudian bekerja sebagai penjual bulu binatang, terakhir dia direkrut oleh temannya bernama Mochizuki untuk bekerja diperusahaannya, dan terakhir bekerja di perusahaan Tokyo Takara.

Diusianya yang sudah mencapai 100 tahun ini, dia masih bekerja disebuah perusahaan Tokyo Takara yang bergerak dalam bidang usaha penjualan lotere. Fukutaro Fukui walaupn memang sudah tidak bekerja secara full day, tetapi dia harus menempuh perjalanan selama satu jam untuk tiba di tempatnya bekerja. Ini adalah usaha yang luar biasa bagi ukuran orang yang sudah berusia 100 tahun. Inilah yang menjadi hal menarik, seorang sepuh berusia 100 tahun masih mau bekerja, sehingga membuat seorang Ayako Hirono membuat buku mengenai Fukutaro Fukui.

^{Fukutaro Fukui, pada saat bekerja di Tokyo Takara}

Hiduplah demi seseorang

Demikianlah salah satu prinsip hidup seorang Fukutaro Fukui, "Saya bekerja demi sahabat, bukan sekedar untuk perusahaan dan pekerjaan.". Prinsip hidupnya ini muncul karena dipengaruhi oleh prinsip altruisme Sismondi, seorang filsuf ekonomi tidak ternama yang hidup pada akhir abad 19, yang mengkritisi konsep kapitalisme yang diadopsi oleh negara-negara barat. Salah satu kutipan dari Sismondi yang mempengaruhi Fukutaro Fukui adalah sebagai berikut :

"Memprioritaskan kesuksesan dan keuntungan perusahaan tapi dengan mengorbankan karier dan gaji para pekerjanya adalah hal yang tidak boleh dilakukan"

"Jika seseorang mengejar nafsu dan keuntungan pribadinya, maka dia juga yang mengorbankan keuntungan orang lain"

Buku mengenai orang biasa tetapi isinya bukan biasa saja

Buku ini memang menceritakan seorang awam yang tidak terkenal dan tidak mempunyai pengaruh secara politik dan ekonomi akan tetapi nasehat dan prinsip hidup yang ada didalam buku ini bisa dibuatsebagai suatu contoh untuk diterapkan dalam kehidupan sehari hari.(hpx)