Meugang, Lemang, dan Air Mata

in #indonesia6 years ago

Meugang adalah tradisi khas masyarakat Aceh. Dalam setahun, sedikitnya ada tiga kali meugang: menyambut puasa Ramadan, menyambut hari raya Idul Fitri, dan menyambut hari raya Idul Ada (hari raya haji).

image

Dalam tradisi masyarakat Aceh, meugang ditandai degan dua hal, yakni daging dan lemang. Setiap hari meugang tiba, orang Aceh disuguhkan degan kesibukan di pasar daging. Biasanya, lembu dan kerbau menjadi hewan khusus meugang, meskipun ada juga yang menyembelih ayam atau bebek.

Hal yang khas dan mungkin tidak terdapat di daerah lain di hari meugang adalah lemang. Orang Aceh menyebutnya "leumang" yakni penganan khas Aceh yang dibuat dari beras ketan, dimasak dalam bambu tipis.

image

Seperti tahun-tahun sebelumnya, beberapa hari menjelang puasa Ramadan, mamak selalu bertanya apakah saya akan pulang kampung meugang kali ini? Pertanyaan ini mulai sering diungkapkan mama sejak saya menikah.

Tahun-tahun sebelumnya saya selalu pulang kampung di hari meugang. Tahun lalu, saya pulang bersama istri dan anak. Tahun ini pun saya sudah mempersiapkan rencana yang sama, meugang di kampung bersama mamak, kakak, dan adik. Tentu saja istri saya amat senang karena leumang merupakan salah satu makanan favoritnya.

Ironisnya, rencana yang sudah saya susun meugang kali ini harus kandas. Karena anak kurang sehat ditambah masalah finansial, saya terpaksa membatalkan rencana meugang di kampung. Kepada istri saya katakan, "Sabar ya, tak bisa makan leumang meugang kali ini."

image

Tadi pagi, sebuah telpon masuk. Di layar terbaya "Ayahkoe". Ya, ini pasti mamak. Sejak ayah meninggal, mamak yang menggunakan telpon ayah. Saya belum terpikir untuk mengganti nama ayah di ponsel saya.

"Leumangnya sudah sampai? Ada Mamak kirim beberapa batang leumang dan beras 10 kilo lewat L300 tadi malam," ujar mamak.

Aku terdiam. Hatiku terenyuh dan sejuk mendengar kata-kata mamak. Dulu, sewaktu masih kuliah, saya tak terkejut mendapatkan kiriman dari mamak. Namun, sejak sudah menikah dan bekerja, rasanya ada yang janggal jika mamak masih berkirim beras kepada saya.

image

"Untuk apa mamak kirim beras. Kami di sini cukup beras. Kalau leumang biarlah," ucapku.

"Mana pula sama beras yang kalian beli di toko dengan beras yang Mamak tanam sendiri di sawah. Lagian tidak banyak, hanya 10 kilo."

"Lho, Mamak bersawah? Sawah dari mana?" saya terperanjat. Setahu saya, sudah lama kami tidak memiliki sawah atau kebun. Sejak kami merantau, semua rumah, tanah, sawah yang di kampung berpindah tangan kepada orang lain. Sejak ayah meninggal, tak ada sepetak tanah pun yang ditinggalkan ayah kepada mamak. Makanya saya heran tatkala mamak mengatakan ia bersawah.

"Sawah bibimu. Mamak mawah kemarin. Alhamdulillah ada rezeki. Lumayan untuk bulan puasa, Mamak dan kakakmu tidak perlu beli beras lagi. Jadi, kamu pun harus merasakan hasil sawah Mamak."

Seperti pesan mamak, saya ambil kiriman tersebut di tempat penitipan bis L300. Sesampai di rumah, saya buka bungkusannya. Ada 6 batang lemang dan 10 kilogram beras. Tak terasa, ada bening yang menetes di pipiku tatkala membelah bambu lemang tersebut.

image

Lagi-lagi saya merasa sangat bersalah tidak pulang kampung meugang kali ini. Dalam keadaan tanpa ayah, mamak telah membuktikan sanggup menghidupi kakak dan adik. Meski harus mawah sawah, mamak tetap mampu berkirim beras untukku, anaknya.

Sambil menikmati lemang kiriman mamak, saya berdoa semoga Allah memudahkan rezeki mamakku, memberikan kesehatan kepada beliau, dan tentunya semoga Allah memberikan kesempatan kepadaku untuk membahagiakan mamak. Amin...

Banda Aceh, hari meugang 2018.
boldHerman RN

image

Sort:  

orang tua memang begitu, selalu ingin memberi pada anaknya meski tau anaknya mampu.

Susu ibu tak pernah habis

Sangat betul.. Hiks...

Coin Marketplace

STEEM 0.28
TRX 0.11
JST 0.034
BTC 66274.97
ETH 3175.04
USDT 1.00
SBD 4.06