Mungkinkah Indonesia Menerapkan Pemilu Berbasis Blockchain?

in #indonesia6 years ago (edited)

pemilu.png

Penerapan Blockchain hampir ada di sebuah lini dan itu semakin mudah diterapkan saat perkembangan teknologi saat ini yang berkembang sangat pesat. Di awal kemunculannya, Blockchain dianggap sebagai ancaman dan dinilai tak memiliki sistem yang aman.

Namun kini anggapan itu mulai terkikis habis dan saat ini mulai dipertimbangkan sebagai sebuah revolusi besar. Tidak berlebihan memang apalagi sifatnya yang transparan, peer to peer dan desentralisasi jadi sebuah primadona besar.

Bidang yang layak dipertimbangkan adalah transparansi di bidang hajat hidup sebuah bangsa dan daerah. Siapa lagi kalau bukan pemilihan umum yang berbasis Blockchain. Itu dianggap tidak berlebihan apalagi saat ini Indonesia merupakan negara demokrasi terbesar di dunia dengan hampir 94 juta hak pilih dari penggunanya. Mulai dari pemilihan berbasis desa hingga pemilihan presiden sekalipun.

Blockchain memberikan sesuatu yang baru dalam pemilihan yang transparan dan jauh dari tindakan penyimpangan di dalamnya. Mekanisme pengawasan yang melibat semua pihak seakan meminimalisir kecurangan dalam pemilihan umum. Ini semua menyangkut hajat hidup sebuah bangsa dan transparansi seakan menjadi bukti kita memilih pemimpin yang tepat tanpa kecurangan di dalamnya.

Estonia yang mengawali langkah besar

Jauh satu dasawarsa lalu, negara kecil di tepi laut Baltik nan dingin sudah memulainya. Mereka melakukan pemilihan secara online yang saat ini dikenal dengan e-voting. Penduduk total yang hanya 940 ribu jiwa (saat itu) dan kini 1,3 juta jiwa seakan jadi saksi revolusi pemilihan umum menggunakan internet.

Saat itu orang hanya menggunakan internet hanya membuka email dan mencari kata kunci di mesin pencari. Namun Estonia hadir dengan revolusi bahwa internet lebih dari itu semua termasuk dalam pemilihan umum.

Kondisi ekstrem dan jarak tempuh yang jauh untuk ke TPS jadi kendala besar di negara yang dingin tersebut sehingga banyak pemilih malas keluar rumah. Pemerintah melakukan terobosan baru, apalagi angka Golpot yang tinggi di Estonia pada pemilu sebelumnya. Penerapan e-voting mungkin jadi solusi jitu. Pengguna bisa melakukan voting secara online kapan pun mereka mau, sesuai dengan tenggat waktu akhir dari pemilu.

estonia.png
Konsep dari e-voting yang diterapkan di Estonia
Source picture

Alhasil pemilu saat itu berlangsung sukses, sangat sedikit peserta yang Golput dan seakan memberikan model baru bahwa pemilu secara e-voting bisa diterapkan di masa depan. Kini banyak negara yang sudah mencobanya, menghilangkan konsep lawas di dalam bilik pemilih yang kecil ke arah dari senuhan di jari Anda pada gadget pengguna.

Indonesia yang masih (perlu) berbenah

Permasalahan besar datang dari negara kita karena akses internet belum sepenuhnya menjangkau seluruh wilayah di Indonesia. Saat di perkotaan akses internet sangat cepat sedangkan di pedesaan internet ibarat sesuatu yang masih asing di telinga masyarakat.

Pada sebuah lokasi yang relatif kecil seperti kota atau bahkan sebuah kompleks perumahan yang berbasis IT konsep ini bisa diterapkan. Apalagi banyak lahir Smart City di kota-kota Indonesia jadi awal penggagas konsep e-voting ke area yang lebih luas.

indonesia-election.jpg
Masih menggunakan cara sederhana
Source picture

Apalagi pemilu secara manual masih sebuah alternatif terbaik dibandingkan nantinya pemerintah susah minta ampun dibuatnya. Mungkin di masa depan seakan jadi sebuah terobosan baru pemilu secara e-voting dan bahkan berbasis Blockchain.

Bagaimana konsep Pemilu berbasis Blockchain?

Sederhananya konsepnya hampir serupa dengan e-voting seperti yang diterapkan di Estonia 10 tahun yang lalu. Namun konsep yang diterapkan saat itu masih bersifat sentralisasi (terpusat) pada sebuah server. Permasalahan bisa saja timbul, mulai dari sistem mengalami gangguan, data yang terlambat dikirim hingga kasus peretasan maya.

Masalah itu tidak akan terjadi dalam sistem Blockchain yang bersifat desentralisasi. Pengguna bisa dengan mudah berperan serta di dalam mengawal jaringan dari aksi yang merugikan jaringan tersebut. Apalagi didukung dengan real time data setiap saat yang memudahkan pengguna melihat data pemilu.

Memang saat ini kita sering melihat hitung cepat sejumlah lembaga survei saat ada pemilu. Bisa saja akurat atau malah melenceng, mereka dibayar sangat besar oleh pihak tertentu dalam penentuan hasil pemilu. Hingga menunggu hasil perhitungan final yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum yang ditunjuk pemerintah.

Selain itu sangat rawan kecurangan seperti pengguna hak suara dari pengguna yang tidak pergi ke TPS. Bisa saja ada pihak yang mencoblos suara yang tidak terpakai untuk memenangkan sebuah calon. Dalam Blockchain semua itu tidak akan mungkin terjadi karena setiap pengguna punya akun sendiri. Hanya dirinya yang bisa masuk ke akses tersebut tanpa bisa disabotase oleh orang lain. Itu semua berkat konsep Password Hash dan Digital Signature yang diterapkan pada Blockchain.

Nantinya akan terdata siapa saja yang tidak memilih, kapan waktu, mengguna gadget apa hingga semua data lainnya. Data tersebut akan tersimpan secara rapi di dalam Ledge Book pada Blockchain. Saat masa tenggat pemilihan berakhir, langsung saja data bisa direkapitulasi secara akurat. Tidak memerlukan waktu lama dan bahkan menghemat biaya, karena semua sudah berjalan secara digital.

Kesimpulannya

Perkembangan teknologi yang berkembang pesat saat ini sangat memudahkan pengguna termasuk dalam pemilu. Mulai dari pemilihan RT, Lurah hingga Presiden sekalipun. Semua bisa dilakukan dengan konsep e-voting berbasis Blockchain.

Mungkin saat ini penerapannya masih sangat sulit dilakukan secara luas di seluruh Indonesia. Namun buat daerah atau kampung yang punya akses internet dan masyarakat melek teknologi dirasa bisa diaplikasikan. Karena nantinya bisa digunakan secara luas termasuk pemilihan yang melibat semua masyarakat yang punya hak pilih di Indonesia.

Bagaimana, menarik bukan konsep E-voting berbasis Blockchain? Mungkin saat ini saya menuliskan konsep ini seperti sebuah khayalan, namun di masa depan konsep ini jadi sebuah kenyataan.

Semoga saja postingan ini memberikan pencerahan dan inspirasi untuk Anda semua. Bila ingin bertanya dan berkomentar silakan tulis di kolom komentar.

Have a Nice Day
FollowUpvote Resteem.png

Sort:  

Waah, luar biasa sekali bang. Nampaknya sistem ini juga akan diterapkan nantinya. Siapa yang tahu.

Bisa jadi dalam waktu dekat, Andai mengerti konsep pentingnya teknologi dan perpaduan dengan blockchain.

Layak di tunggu ini bang.

Agaknya Indonesia perlu membenahi fasilitas internet agar lebih kencang dan juga mudah dijangkau masyarakat desa. Meskipun internet du Indonesia sudah berkembang pesat, tapi sebagian wilayah terutama di pelosok2 dan orang-orang tua..belum terlalu paham dgn internet. Tapi tidak menutup kemungkinan dalam beberapa tahun ke depan bisa diterapkan juga. Indonesia perlahan2 pun mulai merasionalkan sistem pelayanan dgn berbasiskan internet. Keren juga itu.

Iya kak, saya rasa secara nasional masih sangat sulit khususnya pemahaman internet dan konsep dari e-voting. Namun itu bisa dimulai dari hal kecil, misalnya penerapan e-voting pada gampong (desa) berbasis digital. Bila memadai, bisa dikembangkan lebih luas di masa depan.

Waaaah gagasan yang sangat luar biasa Bang

Tapi apakah efisien?
Karena kebanyakan kendala dalam mendaftar di steemit itu lama dapat akun bahkan terkadang tidak ada konfirmasi sudah 3 minggu berlalu.

Semakin banyak yang daftar maka akan semakin lama juga proses antrian untuk mendapat paswordnya 😢

Itu kendala di Steemit bukan masalah di blockchainnya tapi proses row list system. karena proses memasukkan data di dalam block yang masih sangat lambat dan itu jadi permasalahan di semua platform berbasis blockchain.

Kesimpulannya apa, Bal? Hahahhahaha

Dengerin tuh materi pak ban. Jangan asik dengan laptop. 😬

multitasking euyyyy

Loading...

Coin Marketplace

STEEM 0.30
TRX 0.12
JST 0.033
BTC 64029.44
ETH 3157.04
USDT 1.00
SBD 4.02