Nafsu | Semua Wanita itu Milikmu

[Dok. Pribadi | Ilustrasi]

---

Gombalan-gombalan lama kini telah hilang, bahkan lupa akan kata syahdu yang begitu lugu tempo dulu.
Kerlingan mata tersipu malu itu telah tiada, lenyap termakan usia kita menyatu dalam ikatan sakral.

Apa karena semua akrab kita merasa hambar, jika iya. Maka kembalikan saja rasa segan, rasa malu, dalam lirikan rindu. Tapi kurasa bukan karena itu. Jika karena itu, telah lama kuciptakan moment seperti dulu. Biar aku di rantau engkau di sini asal rasa cintaku menggebu deru.

Kulihat wanita di seberang sana terasa aduhai memancing rasa dulu yang kutitipkan padamu.
Ah, bangsat betol otak ini mengliar, mencoba menjamah alam fatal otak ini. Mencoba berada di luar garis normal, mencoba menjadi sang pemilik utuh dalam ikatan sakral jua, atau hanya sebatas menjadikannya cinta yang terlarang.
Semua lelaki pasti begitu, rasa syahdu terlalu menggebu, tidak puas bahkan tidak cukup.

Kata bijak petuah orang alim arab,
"Tidak akan cukup wanita itu buatmu karena begitulah nafsu, jangankan 1-4 wanita itu berada dalam pelukan sah atau tidak sah. Bahkan, jika semua wanita bukan hanya di seluruh Aceh, di seluruh dunia sekalipun diberikan padamu, maka sungguh anjing atau lembu (binatang) itu terlihat lebih menggoda dari pada istri seluruh dunia yang telah sah itu.
Obatnya adalah hanya dengan menundukkan pandangan tajam nan liar, mencoba menembus otak tak terkotrol, hanya mata yang tidak memakai keranjang yang sedikit lebih mampu mengontrol diri yang bernafsu."

Kasih, mari duduk di sini temaniku dalam sentuhan rasa yang dulu, tak peduli wujud aslimu, dan wujud asliku telah sama-sama terurai nyata di depan mata, tak peduli rahasia tak lagi jadi rahasia, dan sungguh aku tak peduli tentang itu semua, jangan hilangkan rasa rindu, rasa cinta, rasa yang begitu syahdu di waktu dulu kau berlinggak lenggok memancing cinta keluar dalam ucapan.
Kini semua telah nyata, dan semua akan sirna dan berganti nama.
Biarlah, biar, hingga ada syahdu dalam dirimu lalu kita hancurkan gembok itu, lalu kembali ke masa itu.

Mari peluk aku, dan jangan biarkan kita yang seatap, akrab, tapi menjadi orang asing dalam rasa asing dan terlalu aneh.

Regards: @jubagarang