Tambo is a memory

The compact greetings of the steemians.
Tambo is a percussion instrument like drum, is a traditional musical instrument aceh that has been used since ancient times.
Tambo is made from a piece of wood, taken from palm tree.
With varied sizes tailored to the needs of the resulting sound.
Ordinary length exceeds 1 meter.
At the center of the stem iboh perforated to the shape of a tube and the tip of a larger stem covered with cowhide, and tied with rattan as a tool to stretch the skin so that when beaten will
pose a distinctive pitched sound, which can be heard with very far reach.

Salam kompak para steemians.
Tambo adalah alat musik tabuh seperti gendang, merupakan instrumen musik tradisional aceh yang telah digunakan sejak zaman dahulu.
Tambo terbuat dari sepotong batang kayu, yang diambil dari pohon iboh.
Dengan ukuran bervariasi yang disesuaikan dengan kebutuhan suara yang dihasilkan.
Biasa panjangnya melebihi 1 meter.
Pada bagian tengah batang iboh dilubangi hingga berbentuk tabung dan ujung batang yang berukuran lebih besar ditutup dengan kulit lembu, dan diikat dengan rotan sebagai alat peregang kulit sehingga apabila ditabuh akan
menimbulkan suara bernada khas, yang dapat terdengar dengan jangkauan sangat jauh.

Tambo has a function as a traditional communication tool. Usually sounded for the arrival time of prayer.
Tambo is also used to gather citizens.
Each notification, as a gesture, tambo is played in a different voice.
The goal is for citizens to know and can distinguish the sound produced about the news to be delivered.
There were a few tambo beats that signaled the news.

Tambo memiliki fungsi sebagai alat komunikasi tradisional. Biasanya dibunyikan untuk pemberitahuan tibanya waktu sholat.
Tambo juga digunakan untuk mengumpulkan warga.
Setiap pemberitahuan, sebagai isyarat, tambo ditabuh dengan suara yang berbeda.
Tujuannya agar warga mengetahui dan dapat membedakan suara yang dihasilkan tentang berita yang akan disampaikan.
Ada beberapa ketukan suara tambo yang menandakan berita.

Tambo is also beaten if there is a disaster in the village, such as death, fire.
To gather the community in the meunasah or at the meeting hall in the event of holding a meeting to discuss the problems that exist in a village, tambo also beaten as a notice.
Tambo juga ditabuh apabila terjadi suatu musibah dalam kampung, seperti kematian, kebakaran.
Untuk mengumpulkan masyarakat di meunasah atau di balai pertemuan dalam hal mengadakan rapat guna membicarakan masalah yang ada dalam suatu kampung, tambo juga ditabuh sebagai pemberitahuan.

After the age of change, tambo function has been replaced by the sophistication of the times.
In every city as well as remote villages with mosques and meunasah, microphones have been installed instead.
But the name and service of tambo is not forgotten for aceh people.
Hopefully this can be memorable.
thanks.

Setelah zaman berubah, fungsi tambo telah tergantikan oleh kecanggihan zaman.
Di setiap kota maupun pelosok kampung yang memiliki mesjid dan meunasah, telah terpasang mikropon sebagai gantinya.
Tapi nama dan jasa tambo tidak terlupakan bagi masyarakat aceh.
Semoga hal ini dapat menjadi kenangan.
Terima kasih.