Anak Muda dan Sebuah Kesempatan

in #indonesia6 years ago

image

Saban waktu kita sepakat, bahwa anak memiliki segala hal yang dapat diperuntuhkan untuk menjawab tantangan zaman. Jikapun ada yang kurang, jawabanya ialah pengalaman. Kita bisa memaklumi itu, sebab ia golongan muda, sedang meniti, menanjak, bahkan menyusuri.

Rhoma Irama misalnya, seorang tua yang khidmat pada pengabdian di musik dangdut dalam salah satu tembang fenomenalnya berlagu; "Masa muda.. masanya berapi-api". Sepenggal kalimat tersebut cukup mendeskripsikan kelebihan anak muda; semangat.

Lantas apakah semangat saja cukup? Tidak. Semangat harus dibarengi dengan kalkulasi dalam bertindak, dengan begitu ia akan menemukan satu hal yang amat berharga, yaitu "kesempatan".

Dalam kontestasi generasi, anak muda yang didakwa sebagai estafet harapan, harus benar-benar mampu memaksimalkan setiap kesempatan yang ada. Sekalipun, tak jarang, kesempatan yang hadir justru menguji "pilihan". Batin yang bergolak, jiwa meronta hingga nalar gregetan.

Sayangnya, masih (banyak) pula yang tidak menyadari akan pentingnya sebuah kesempatan. Seolah-olah, adagium seperti, "aku hidup ngalir aja" telah dijadikan doping dalam menyiasati setiap pertanyaan hidup. Celakanya, hal-hal semacam itu entah disadari atau tidak, telah membawanya pada sebuah "pembenaran".

image

Lalu apa yang paling krusial antara anak muda dan kesempatan di era kekinian? Jawabannya ialah adaptasi. Seorang anak muda yang kaku, jauh lebih sulit bergerak, di saat yang sama, idealnya anak muda harusnya luwes dalam segala hal. Dengan begitu, ia akan mudah paham segala hal yang baru, tidak gampang berdebat atau berpaling. Memiliki filter yang rapat, namun mudah saat menyaring.

Dewasa ini, anak muda hidup di era revolusi 4.0 dengan segala produk digital juga medsos dll didalamnya. Maka penting menyiasati diri untuk berperan menanggapi hal tersebut.

Salah satu keluhan terbesar anak muda akhir-akhir ini ialah perihal lapangan pekerjaan. Satu sisi wajar, hidup tak melulu isi kantong orang tua, seorang anak punya hak untuk timbal balik, pun punya visi hidup ke depannya.

Minimnya lapangan pekerjaan sebenarnya tidak seutuhnya benar. Yang benar hanyalah kurangnya lapangan pekerjaan konvensional, seperti; PNS, Pegawai Swasta dan sejenisnya. Tetapi, pekerjaan kekinian dengan gerak peradaban ditentukan seberapa berdentumnya kampung virtual.

Kampung virtual ini, menghubungkan setiap orang yang dapat melakukan deal-deal tersendiri. Pun, ada kampung virtual yang ladangnya hanya perlu dicangkul dan dipupuk. Steemit misalnya. Setiap pengguna (Steemians) mencangkul dengan cara mem-posting apa-apa saja yang menurutnya karya. Dan masih banyak jenis pekerjaan by virtual lainnya yang menjadi nyata. Di Instagram dengan endorse, di YouTube dengan subscribe, dsb.

image

Nah, ruang inilah seyogyanya dapat menjadi alternatif atau bahkan dapat dijadikan pekerjaan utama anak muda. Di kampung virtual, pra syaratnya tidak sekaku urusan konvensional yang harus melengkapi berkas; Surat Berkelakuan Baik, Ijazah dan sederet tek-tek bengek formal lainnya.

Beruntungnya lagi, kesempatan itu terbuka lebar. Sebabnya adalah, pengguna terbesar kampung virtual didominasi kaum muda. Tentu tanpa menafikan yang lebih tua. Maka, gerbang kesempatan itu seyogyanya dioptimalkan sedemikian rupa. Ia tidak hanya berhenti tentang pundi-pundi pendapatan. Lebih jauh, bisa pula dibaca sebagai ruang eksistensi dengan segala tindak-tanduk.

Sort:  

Terus berkarya

Siap! Terimakasih support-nya.

Beureutoeh! Mantap

Ya, beukah glah.

Coin Marketplace

STEEM 0.30
TRX 0.11
JST 0.033
BTC 64106.00
ETH 3129.71
USDT 1.00
SBD 4.16