Jangan Nodai Perjuangan Dengan Pamrih

in #indonesia5 years ago

Bibirku terkatup menikmati pelukan cinta. Segala yang terbaik dan kubutuhkan diberikanNya dengan tulus dan ikhlas, penuh dengan cinta dan kelembutan, bahkan sebelum dan tanpa aku harus meminta. Tak ingin aku berlari, bersandar dan berlabuh dalam pelukanNya membuatku bahagia. Aku tidak pernah takut, karena Dia selalu ada untukku. Tak sekedip mata pun Dia pernah meninggalkanku.


IMG-20190607-WA0006.jpg

Ada waktu di mana saya pernah berdiskusi tentang harapan dan ide-ide, dan ujungnya banyak yang menyerah. Mereka yang menyerah meyakini bahwa tidak akan ada yang bisa berjalan, bila tidak ada modal yang banyak untuk melakukannya. Semua butuh uang dan uang adalah unsur yang paling penting, begitu menurut mereka.

Saya tidak menyangkalnya, namun bagi saya, uang bukanlah hal yang paling utama. Kita butuh uang namun ada banyak sekali yang tak bisa dibeli oleh uang. Jika kita semua yakin dengan dia dan usaha, maka keduanyalah yang sebenarnya penting menurut saya. Allah Maha Baik, jika direstui dan diridhai, maka yang kita butuhkan, termasuk uang pun akan diberikan olehNya. Selalu ada jalan yang lebih terang dan baik yang dibukakan olehNya, bila memang Allah berkenan.

"Buat apa ada yang bilang mau membantu tetapi bila ada pamrih di ujungnya, yang belum tentu juga sanggup kita penuhi. Bila niat membantu dan benar tulus, tidak perlu ada pamrih dan keinginan-keinginan yang memaksa. Orang boleh mencari untung dan keuntungan, namun jangan pernah bilang tulus dan ikhlas bila memang menghitung segala yang diberikan itu. Allah yang memberi pun tidak pernah meminta keuntungan bagiNya. Lebih baik sabar, terus berdoa dan usaha. Allah akan membukakan jalan bagi yang memang yakin dan terus berjalan di jalanNya. Perjuangan bukan barang dagangan", saya berkata demikian pada mereka.

Saya teringat dengan kisah para "pejuang kemanusiaan" saat terjadi bencana tsunami di Aceh. Ketika banyak sekali yang sedih dan susah, dia mempertanyakan tunjangan harian yang diterimanya setiap hari, di luar gaji bulanannya. Uang sebanyak $50 dianggap tidak sebanding dengan bahaya seperti penyakit yang harus dihadapinya. Saya kesal, namun saya memilih diam saja. Uang sebanyak itu tiap hari, harusnya berlebih dan akan sangat berarti bila untuk berbagi dengan yang lain. Mengapa mengeluh? Pantaskah diaebut pejuang kemanusiaan? Buat saya tidak. Bukan pejuang hanya pembual yang mencari makan dari program kemanusiaan.

Begitu juga dengan mereka yang rajin sekali berkoar soal demokrasi dan Hak Asasi Manusia. Urusannya tak jauh dari urusan perut dan kenyamanan diri sendiri. Dianggap wajar karena memang semua butuh uang untuk hidup, dan siapa yang sanggup kerja bila tidak makan?! Sungguh menyedihkan, wajar bila semua yang mereka teriakkan dengan lantang itu hanyalah semu dan palsu.

Lihatlah juga mereka yang mengaku tulus dan ikhlas berjuang bagi rakyat saat ini. Berapa banyak yang berharap mendapatkan posisi dan jabatan, paling tidak untuk "kembali modal". Mereka yang berkata akan membantu pun, lari entah ke mana saat dibutuhkan. Butuh banget ya diakui dan dipuja-puji?! Duh, Gusti!

Lantas apakah semua ini harus membuat saya mundur dan tidak melakukan apa-apa?! Pasrah tanpa doa dan usaha?! Tentunya tidak! Saya pun yakin Pak Prabowo tidak mundur dan menyerah begitu saja. Meski dalam keadaan tersulit pun, Allah selalu ada. Saya meyakininya. Tak perlu mengandalkan manusia, berharap pada manusia, cukup kepadaNya saja.

Saat ini saya hanya menunggu saja, saya tidak paham apa rencana Allah yang sesungguhnya. Namun, saya selalu yakin juga, bahwa segala pahit adalah cara Allah membimbing dan mengajarkan bagaimana menghargai manis, mensyukuri, dan menjadikannya benar berguna bermanfaat bagi semua.

Biarlah masing-masing menemukan jalan dan caranya sendiri, tak perlu harus memaksa dan dipaksakan. Pada waktunya, KITA itu akan benar bersama, ketika hati memang sudah dibuka. Toh, kupu-kupu pun tidak akan pernah bisa terbang memberikan keindahan dan mengecup bunga-bunga bila sayapnya selalu memikirkan keinginan masing-masing. Pamrih tidak akan membantu perjuangan, malah akan menghancurkannya. Ini jauh lebih penting daripada uang untuk menggapai kemerdekaan, memiliki masa depan dan kehidupan yang lebih baik.

Saya masih memiliki kesabaran menantikan saat dan waktu itu tiba, ketika semua yang tulus dan ikhlas itu benar mau bersatu. Ketika kerendahan hati dan rasa syukur benar diterapkan dan dijalani. Ketika juga, rasa hormat dan sujud itu benar ada untuk mendirikan kebenaran dan menjadi saksi atas kebenaran itu sendiri.


IMG_20190606_155841.jpg

Jangan pernah menyerah, Allah selalu ada dan ada selalu dengan cintaNya bagi kita semua yang berlabuh dalam pelukanNya.

Bandung, 7 Juni 2019

Salam hangat selalu,

Mariska Lubis

Sort:  

Hello @mariska.lubis, thank you for sharing this creative work! We just stopped by to say that you've been upvoted by the @creativecrypto magazine. The Creative Crypto is all about art on the blockchain and learning from creatives like you. Looking forward to crossing paths again soon. Steem on!

Coin Marketplace

STEEM 0.26
TRX 0.11
JST 0.033
BTC 64266.94
ETH 3077.24
USDT 1.00
SBD 3.87