Asa Mengharu-biru | 8

in #indonesia6 years ago

balloon-3206530__340.jpg

Sayangnya, Dawiyah tak punya waktu mengontrol usaha itu. Dengan mengurus anak-anaknya saja, rasanya 24 jam waktu dalam sehari tak mencukupi. Seandainya Tuhan memberikan perputaran waktu bumi 32 jam pun, rasanya tak cukup bagi Dawiyah membesarkan putra-putrinya.

Dia ingin seluruhnya mendapatkan perhatian yang sama. Semua mereka spesial dimata Dawiyah. Tak ada anak istimewa. Meski Nuri perempuan satu-satunya, dia juga sama dengan putranya yang lain. Tak ada hal khusus untuk putri semata wayang itu.

Ayin merasa bersalah mengemukakan keinginannya untuk kuliah. Dia berupaya menyakinkan orang tuanya untuk mendapat sedikit uang saja, seperti ongkos ke Banda Aceh dan biaya pendaftaran Sipenmaru (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru).

“ Untuk biaya pendaftaran saja mak. Biaya hidup sebulan saja. Selebihnya Ayin nanti seperti Bang Ir, bekerja sambil kuliah,” katanya berusaha menyakinkan.

“Yin, kuliah itu berat. Apalagi harus sambil kuliah. Abang sudah menjalaninya setahun ini. Terasa sangat berat,” jawab Irwandar, meragukan usulan adiknya.

“Ya sudah. Ayah berangkat kerja dulu. Jangan ambil keputusan ketika kita masih ragu,” kata sang ayah.

Kalimat itu bukan kali pertama diucapkan Ayah mereka. Bagi sang ayah, mengambil keputusan saat ragu-ragu sama dengan menggali jurang sendiri dan melompat ke dalam jurang itu. Keputusan harus dibuat dalam kondisi pikiran tenang, nyaman dan jangan pernah menyesal apa pun keputusan yang diambil.

“Jangan sampai jadi penyesalan seumur hidup kalian,” tambah Dawiyah.

Baru saja Abdurrahman mengkat punggungnya dari kursi kayu, Irwandar minta waktu untuk bicara. Dia menawarkan agar dirinya berhenti kuliah. Demi Ayin bisa kuliah dan dia mundur dari Medan untuk mencari pekerjaan lainnya.


MASRIADI.gif

Sort:  

i like indonesia. so good writing story thanks @masriadi

Coin Marketplace

STEEM 0.29
TRX 0.12
JST 0.033
BTC 63464.16
ETH 3111.33
USDT 1.00
SBD 3.98