Politik Media [8]

in #indonesia6 years ago

masriadi pjm.jpg
Peran intelektual selama dan sesudah Perang Dunia I mulai mendapatkan tempat. Terlebih bagi intelektual yang bergerak di bidang ilmu teknik, yang memiliki kecakapan dalam pembuatan sejanta, terutama alat peledak yang berkekuatan tinggi seperti bom atom.

Artinya, Perang Dunia I—dan situasi setelahnya—menyerap begitu banyak kaum cerdik pandai dari segala latar belakang keilmuan. Hal ini mematahkan asumsi kasar bahwa perang adalah soal memainkan “otot” saja, menihilkan “otak”.

Dan kalaupun yang terakhir itu dipakai, tak lebih dari soal memikirkan stategi perang. Asumsi dangkal ini tentu dibentuk dari amatan yang kurang mendalam, bahkan mungkin pemikirnya tidak melakukan studi sama sekali. Padahal eksperimen saintifik bahkan bisa menjadi tindakan pertama sebelum suatu keputusan di medan perang diambil.


masriadi pjm 2.jpg

Sementara untuk kepentingan propaganda, ilmuwan komunikasi dan politik pun dilibatkan. Ditambah lagi para ahli dalam keterampilan-keterampilan teknis macam pembuatan film. Hal ini seperti diterangkan Suyuti S. Budiharsono bahwa

“Sejak Perang Dunia I, film berfungsi dalam menyampaikan informasi, opini, dan juga hiburan. Film berita merupakan media informasi. Film dokumenter merupakan media informasi dan edukasi. Film dan teater semakin berbeda fungsinya. Film dianggap sebagai media pers sehingga timbul pertanyaan mengapa film harus dikenakan lisensi dan sensor sementara media cetak sudah bebas dari kedua pembatasan tersebut.

Memang film merupakan media komunikasi yang masih muda dan menjangkau pemirsa lebih luas yang relatif masih berusia muda sehingga film bisa memengaruhi moral masyarakat. Namun, para pemikir liberal menganggap bahwa film juga merupakan lembaga penting dalam masyarakat demokratis.


MASRIADI.gif

Sort:  

Cerita yang menarik dan memiliki inspirasi yang unik.salam kenal steemit

Coin Marketplace

STEEM 0.30
TRX 0.11
JST 0.033
BTC 64104.40
ETH 3148.52
USDT 1.00
SBD 4.25