3 Hal yang Membuat Karya Mandek

in #indonesia6 years ago (edited)

Sumber


Hai Steemian.

Setelah sekian lama, jemari tidak lagi menari di atas keyboard, berontaklah dia.

Panggilan atau desah kerap hadir mengajak intim, namun ada sesuatu yang terasa sangat mengganggu untuk memulai paragraf pertama.

Semacam rasa kehilangan mood tapi bukan, lebih kepada waktu menyendiri yang terserobot.

Pola untuk membuat struktur tulisan biasanya menjadi andalan, namun tetap saja ketika memulainya, "kepo" atas informasi baru mengajak untuk berselancar lebih dalam.

Terdiamlah postingan hanya dalam bentuk ide ide liar, wacana wacana yang merekat dari berbagai sumber menjadi gambaran saja.

Semua itu tak lagi menjadi doping untuk mengabadikannya dalam jejak digital.

3 hal yang membuat posting tertunda. (Perspektif penulis semata)

1). Bukan prioritas atau sok sibuk.

Mobilitas dalam menyelesaikan tugas dan urusan pribadi dan keluarga benar benar menyita waktu efisien kita.
Belum lagi lelah yang menguras energi sehingga daya pikir "nge-drop".
Atau mungkin waktu yang mengkerut? sehingga terasa terlalu cepat detik berdetak.

Jika waktu mungkin bukan alasan utama, namun ianya benar benar telah merebut karya itu menjadi berbentuk.

Dan ini seringkali menjadi tantangan sendiri untuk bisa mengatur waktu, sebenarnya kita jadi bertanya tanya, kurang prioritas atau sok sibuk?

2). Menunda nunda atau menunggu waktu yang tepat.

Jika salah satu penyebab kegagalan adalah menunda nunda, maka benarlah ianya.
Biasanya ide tulisan kerap muncul namun tertahan karena tidak menemukan cara mengemasnya.

Bersyukur mereka yang bisa menulis sekali duduk, segelas kopi dengan tiga batang sigaret maka postingan tayang.

Ilmu menulis mengajarkan, tulis saja dulu kemudian "peram" . Namun kenyataannya menuliskan satu paragraf langsung buntu.
Jika merunut pendapat kawan dekat @icm, itu maqam kita yang kurang tinggi.

Di tilik dari perbendaharaan kata yang kurang, kemampuan imajiner rata rata, kemampuan analisa masalah dibawah standar.

Faktor dasar ini menjadi benar pada kasus pribadi, menjadi rendah diri membaca tulisan maqam tinggi seperti tulisannya @sandiyus dan @gulistan.

Akhirnya lahirlah alasan menutup diri pada keterbatasan, padahal yang namanya penulis itu bisa melukis apa saja dengan rangkaian kata bernas dan menhipnotis.

Ah kita masih maqam "coretan dinding" yang senang mengoleksi puisi dan tulisan tulisan di dinding kamar sendiri tanpa ada keberanian untuk publikasi.

Akhirnya, menunggu moment yang tepat adalah bentuk pembelaan diri. Peristiwa dan masalah di keseharian menjadi terlalu remeh temeh untuk diangkat sebagai bahan tulisan.

Jika ada tantangan menulis dengan tema yang sama, dari pilihan judul saja sudah membuat pembaca bisa menebak isinya, datar.

3). Derasnya informasi yang hadir.

Informasi diujung jarimu, belum lagi kita memantau market mata uang virtual, sudah datang steempress, belum lagi menelusuri berita #gantipresiden sudah tiba #asiangames.
Belum sempat dilantik hasil pilkada kemaren sudah masuk informasi pileg dan pilpres.

Informasi beruntun mengalir deras, bahkan bisa dikatakan banjir. Belum selesai tabayyun satu berita sudah dihantam pro kontra kebijakan pemerintah.

Informasi beragam perdetik itu diproses oleh otak dan menimbulkan efek domino dalam berkarya, kehilangan fokus.

Postingan terabaikan, ilmu menulis yang kita peroleh tidak teramalkan, pengulangan demi pengulangan di indera dengar berupa musik "birahi" malah meracuni.

Akhirnya simpang siur informasi membuat nalar kita macet, sebelum mengatakannya sumbat.

Harus ada saluran yang tepat untuk mengarahkan, harus ada media yang mampu menampung informasi terfokus. Jika tidak kita menjadi korban.

Menulis tidak lagi menjadi sebuah budaya, karena ruang baca dan waktu diri telah diperkosa oleh fitur materi.

Kita terobsesi lebih pada tuhan tuhan baru berupa uang dan informasi teraktual, mungkin sudah saatnya kita bertapa dan mengasingkan diri sejenak dengan menanggalkan smartphone.

Demikian 3 hal yang penulis rasakan, mengapa "mandeg" dalam berkarya.

Akhirnya, mohon kepada para sesepuh di dunia tulis menulis, jika ada metode dalam memicu diri berkarya agar dapat dishare.

Sekian dan terimakasih.


Sort:  

As a follower of @followforupvotes this post has been randomly selected and upvoted! Enjoy your upvote and have a great day!

Hello @masripribumi, thank you for sharing this creative work! We just stopped by to say that you've been upvoted by the @creativecrypto magazine. The Creative Crypto is all about art on the blockchain and learning from creatives like you. Looking forward to crossing paths again soon. Steem on!

Bang, untuk urusan tulis-menulis, PYM Bookrak layak kita jadikan panutan bersama. Cicak di dinding dan bunyi kambing mengembek di tengah-malampun jadi bahan sama beliauw. Belum lagi fatwanya yang berbunyi: Catat Baik-Baik: Tidak Ada Ide Adalah Ide. Coba main-main ke lapaknya, Bang.
Hahahahahaha...

Coin Marketplace

STEEM 0.26
TRX 0.11
JST 0.033
BTC 64107.21
ETH 3073.84
USDT 1.00
SBD 3.88