Bingung-Bingung Kumemikirnya

in #indonesia6 years ago (edited)

IMG-20180506-WA0067.jpg
Foto saya (kanan)bersama Taufik Al Mubarak.

Ini malam kedua saya belum benar-benar bisa berpikir dengan sistematis. Ada semacam gangguan yang membuat kepala saya sepertinya masuk angin. Ketika menulis, bukan hanya otak, tapi jemari juga tidak konsisten menekan tuts komputer. Padahal komputer yang saya gunakan tertinggi di kelasnya, yaitu Macbook produk United States of Amerika.

Jiwa saya seperti kosong saja, kondisi ini diperparah oleh kemarahan saya karena tadi siang, Selasa (5/6/2018) bus Sempati Star kembali menewaskan seorang ibu dan balitanya di Padang Tiji. Bus sialan nan bajingan itu kembali memakan korban. Kesalahan bukan pada bus, tapi pada sopirnya yang kurang ajar. Bagi saya kematian yang disebabkan oleh human error adalah sesuatu yang meninggalkan luka, ini bukan tentang takdir, tapi tentang kekurangajaran manusia terhadap manusia lainnya.

Ah, sialan, hari ini saya juga mendapatkan kabar bila jaringan narkoba sudah masuk ke berbagai isntitusi pendidikan agam, mereka bercokol di dalamnya, dan memainkan bisnis sembari membaca kalam-kalam suci, sungguh kurang ajar.

Lagi-lagi saya dibuat marah, dengan dana melimpah Aceh justru tidak bangkit dari keterpurukan ekonomi. Secara pembangunan fisik Aceh memang terlihat lebih maju, tapi tidak dengan pembangunan ekonomi kerakyatan, semakin hari rakyat kecil semakin terhimpit saja.

Para petualang kecil saling berdakwa-dakwi di media sosial dan saling tikam di alam nyata. Sedangkan para petinggi dan donaturnya, bertepuk tangan sembari terus bersekongkol berbagi kue pembangunan.

Bandit-bandit kelas atas memang akan selalu menciptakan konflik, dan kemudian membiarkan rayat bergelimang air mata di dalamnya. Mereka justru menjadi wayang cum penonton yang menikmati hasil berlipat dari lakon nan munafik. Dalam kondisi susah yang berhimpit-himpit, agama justru menjadi alat untuk membangun propaganda. Agama seakan-akan sangat menakutkan.

manusia kehilangan harmoni, manusia kehilangan cinta. Kita hidup dalam kamuflase kemunafikan yang akut. Siang hari bersalaman, malam hari saling menyerang. Manusia telah menjadi pengabdi setan yang sejati, manusia telah menghamba diri pada kuasa dan harta, sesuatu yang selalu menjadi mahkota iblis dalam mendakwahkan kebathilan.

Hari ini serombongan anak muda menyurati saya dan mereka meminta waktu diskusi. saya menolak, karena jelang lebaran. Bukan karena takut mereka minta THR, tapi saya benar-benar tidak memiliki waktu untuk itu. saya sedang sibuk dengan kesibukan yang saya buat, sehingga jangankan untuk diskusi, untuk bercinta saja saya sedang tidak punya waktu. Saya dan istri dipisahkan oleh jarak ratusan kilometer. Coba bayangkan ketika saya ingin bercinta, sungguh sangat menderita. satu-satunya terapi untuk melupakan keinginan indehoy adalah dengan menulis dan menulis.

Saya juga berpikir apa untungnya anak-anak muda itu ingin berdiskusi dengan saya. saya bukan pengambil kebijakan, bulan pula orang penting, bahkan saya bukan juga pengamat. Saya juga bukan dokter seperti @razack-pulo, @dokter-purnama, bukan juga @bahagia-arbi atau teteh @mariska.lubis. Juga bukan @aiqabrago dan @levycore, juga bukan senior-senior lainnnya di steemit yang kerap memvote tulisan saya. Bahkan saya bukan @tinmiswary dan @apayek. Saya juga bukan @albertjester, @helmibireuen atau siapalah yang sangat aktif di steemit.

Jelang tarawih saya ditelpon oleh seseorang, dia juga mengajak bertemu. Ketika bertemu kami mendiskusikan tentang politik kelas tinggi. Saya sedikit terhibur karena sang teman memiliki informasi terbaru dan analisa yang kuat. Ia yang jauh lebih senior daripada saya terlihat cukup cerdas menjelaskan kondisi terkini. Tapi akhirnya saya bertanya pada diri sendiri, untuk apa dia bercerita panjang lebar kepada saya? Saya sudah menjadi tokoh penting? Atau dia sedang melepas uneg-uneg? dan saya serupa tembok yang sejatinya hanya berfungsi sebagai pelengkap? Entahlah.

Entahlah, saya pun harus memadai tulisan ini sampai di sini saja. Sudah sangat banyak uneg-uneg tak penting yang saya urai. Terlalu banyak menulis pun tidak baik bagi kesehatan mental--dan teori tersebut terbukti salah-- sebab semakin banyak menulis semakin baik bagi kesehatan mental.

Okelah, sebelum aku semakin bingung memikirkannya, baiknya kupadai saja sampai di sini. Selamat berjumpa di malam besok, semoga saya memiliki cerita yang menarik nantinya. Salam.

Sort:  

kalau boleh saya saran,ada kesalahan dalam penulisan yaitu @bahagia-arbi bukan @bahagia-arby
trimakasih.

Terima kasih, @hafizz. Sudah saya perbaiki.

Saya adalah saya, bukan siapa2, bukan pula saya. Laptop jok keuno keudeh, haha

Bro! ini baru mukaddimah kan!?

Hahaha, @apayek, semoga saja.

Mukaddimah saja segini Panjang Tulisan nya, Apalagi Benar-benar isinya..Selamat menunaikan Ibadah Puasa

Coin Marketplace

STEEM 0.33
TRX 0.11
JST 0.035
BTC 67020.94
ETH 3270.13
USDT 1.00
SBD 4.62