The Power of Perempuan

Perempuan acapkali dibicarakan tentang kelemahannya, segala kelebihannya yang justru tidak mampu ditandingi oleh laki-laki, tidak menjadi perhatian. Mereka bahkan tak pernah berhenti berjuang walau para lelaki telah angkat tangan.

Perempuan, ketika kita membicarakan tentang mereka, berarti kita sedang membahas sebuah dimensi yang tak kunjung usai didiskusikan. Mungkin, perempuan ibarat labirin tak berujung.

Tentang perempuan hebat, umat Islam tentu tidak boleh melupakan Khadijah, istri Rasullullah, serta Aisyah. Juga Fatimah yang merupakan putri Rasulullah. Mereka merupakan perempuan-perempuan pilihan yang telah menorehkan sejarah.

Bahkan, dalam keadaan bodoh sekalipun, perempuan akan tetap lebih cerdas ketimbang lelaki yang sekufu dengannya.

Dulu, ketika perang sedang melanda Aceh, para laki -laki lebih memilih lari ketimbang menetap di kampung. Para perempuan ysng berstatus istri pun tinggal di rumah-rumah untuk menjaga anak-anak dan lansia. Dapat dibayangkan, mereka harus memainkan peran ganda, sebagai pekerja domestik maupun non domestik. Mereka bekerja siang malam, bilapun mereka punya waktu istirahat, tidak lebih dari empat jam.

Ketika Irwandi Yusuf ditangkap oleh aparat keamanan Republik Indonesia pada tahun 2003 dengan tuduhan makar, Darwati A. Gani selalu menjenguknya setiap hari. Ia yang sedang hamil besar berjalan menyusuri trotoar dengan membawa serta rantang nasi, untuk diberikan kepada sang suami yang merupakan juru propaganda GAM. Kala itu ia dijauhi oleh banyak orang karena takut akan ikut diseret.

Perempuan, dalam banyak hal menangis dalam kesendirian, bahkan banyak pula yang tidak sempat untuk berurai air mata, karena terlalu sedikit waktu yang tersedia.

Tapi, ketika semua ombak berlalu, kala hidup telah berubah, banyak perempuan yang justru tidak beruntung. Pengorbanan mereka dilupakan, lelaki justru berpaling dan memilih menggandeng yang baru, tanpa persetujuan mereka. Bila mereka melawan, maka skan diceraikan, acapkali disertai tuduhan bahwa ia perempuan yang tidak taat.

Bila demikian, banyak perempuan melawan yang kemudian mengantarkan mereka sebagai janda cerai hidup dengan tetap harus menafkahi keluarga.

Diskursus tentang perempuan memang tidak akan pernah berujung. Karena manusia datang silih berganti, dan perempuan kerap dilupakan.