Dirundung Kecewa atau 'Teumeureuka' dengan Wali

in #indonesia6 years ago (edited)

Inggris gagal ke final Piala Dunia. Sepertinya itu berita terpahit pekan ini. Pasukan Singa Muda tersingkir oleh Kroasia. Saya memang mendukung Inggris karena alasan historis, selain Turki. Selebih ada terbersit di hati Spanyol dan Prancis dengan alasan minimalis.

Saya sudah lupakan itu. Sekarang fokus pada laga final yang akan dihelat pada Minggu (15/7/2018) pukul 22.00 waktu Indonesia. Tapi sebelum itu, ada satu laga lagi untuk perebutan tempat ketiga antara Belgia lawan Inggris pada Sabtu (15/7/2018) pukul 21.00 malam.


Image source

Saya tidak menaruh empati lagi pada duel Hazard lawan Kane. Siapa pun yang menang tidak punya emosi lagi bagi saya. Sama halnya saat Prancis lawan Belgia di babak semifinal. Saya terpaksa 'bermuka dua' untuk laga itu. Sebab di kedua tim ada pemain idola saya yang membela Manchester United. Seperti saya tulis di postingan ini. Ini Duel Kuda Hitam dan Tim Non Unggulan

Makanya, pada duel Belgia lawan Inggris saya kembali tak punya pilihan, alias netral. Bukan karena mudah kecewa, tapi jujur saja, nilai gengsinya sudah tak ada lagi. Makanya sekarang fokus pada laga Prancis, karena di sana ada Paul Pogba.

Mungkin 'Teumeureuka'

Tak elok memang, bila tim andalan berakhir di tengah jalan. Tapi, semua harus kita terima dengan lapang dada. Kendati, saya sedikit menyayangkan juru racik The Three Lions Gareth Southgate yang seperti kehabisan ide. Pikirannya seakan membeku. Padahal cuaca Rusia tidak sedang musim dingin.


Image source

Jimat Southgate tak sakti lagi memasuki semifinal

Saya pikir "membekunya" ide bin jimat Southgate pada taktik adalah dengan tidak memberi kesempatan pada Marcus Rashford dan Jamie Vardy untuk turun sebagai pemain inti pada laga lawan Kroasia. Dia sejatinya bisa "menyimpan" sejenak Raheem Sterling dan Dele Alli. Baru pada babak kedua, Sterling dengan kecepatan dan kelincahannya bisa mengeksplor wilayah pertahanan lawan.

Mengingat pola ini, saya teringat Roberto Martinez, bos Belgia yang memberi menit tampil lebih banyak kepada Nacer Chadli dan Marouane Fellaini usai menjadi "pahlawan" saat melawan Jepang. Kedua langsung menjadi pilar inti saat lawan Brazil di perempatfinal dengan kemenangan 2-1 dan saat kalah tipis 0-1 dari Prancis di semifinal.

Southgate tidak membuat perbedaan pada laga 'krusial' lawan Kroasia. Starting XI yang dia turunkan sudah dibaca lawan. Saya hanya bisa semringah sepanjang babak pertama saja. Bukan karena saat itu, Harry Kane dkk sedang memimpin. Tapi memang aliran bola cukup bertenaga dan aliran bola enak ditonton. Beda pada paruh kedua, pemain seperti terlena, seakan-akan mereka sudah unggul dua bola. Pada kondisi ini saya berharap ada tuah 'dipecundang' Southgate dalam adu taktik. Nyatanya tidak. Sehingga tim harus takluk 1-2 dari Luka Modric dan kawan-kawan.


Image source

Statistik pertandingan

Modric jelas puas dengan kemenangan itu. Bukan semata-mata sudah berjejak di final, tapi dia sukses menyumpal mulut media Inggris yang paling terkenal nyelimet. Juga bikin dongkol tim lawan yang membacanya. Selamat untuk Ivan Rakitic dkk yang sudah membuat saya tetap bangga menjadi 'bagian' dari Inggris.

Tapi dibalik kekalahan itu, saya juga menangkap 'aroma' lain. Seperti sudah saya paparkan dalam tulisan sebelumnya yakni Fakta Menarik dari Membaca Bagan Piala Dunia. Sepertinya ada fakta sejak babak 16 besar hingga semifinal ini, tim yang berstatus sebagai "tuan rumah" selalu unggul. Lihat saja pada babak perempat dan semifinal. Prancis dan Kroasia 'bertindak' sebagai tuan rumah, sehingga mereka lolos ke final. Itu hanya kebetulan saja, bukan klenik. Tapi, kekuatan lini per lin yang merata di kedua finalis memang layak mereka bersua di partai puncak.


Image source

Kroasia untuk pertama kali lolos ke final Piala Dunia

Namun, wabil khusus kekalahan Inggris selain karena mereka hanya "tim tamu" di laga semifinal, tapi sepertinya saya juga teumeureuka kepada Wali (Hasan Tiro) karena sebelumnya kami sudah mengandaskan ambisi tim idolanya. Untuk ulasan ini sudah saya tulis di Hasan Tiro dan Senyum Swedia di Piala Dunia. Sepakbola memang begitu. Tidak ada yang baku bin pasti. Faktor hoky dan lucky ikut mewarnai pertandingan 90 menit itu. Tapi, yang apik diakhir dering peluit adalah sportifitas dan kebersamaan. Sepakbola mengajarkan itu. "Bermusuhan" cuma 90 menit di lapangan. Selebihnya kita adalah teman. Itu yang saya suka. Bagaimana dengan Anda?


Tulisan sebelumnya:

Sort:  

semoga Prancis yang menjadi juara... hehehe

Inggris tidak terlalu mendapat pelajaran dlm.perjalanannya ke PD, mulai dari babak kualifikasi hingga fase grup PD. Sedikit sibuk dg Kolombia, kembali mudah dg Swedia. Tidak ketinghalan kecuali saat kalah laga antar tim.cadangan di fase grup vs Belgia. Rutenya ke semifinal lebih lempang dibanding rute satu lagi.

Congratulations You Got Upvote
& Your Content Also Will Got Curation From

  • Community Coalition
IndonesiaPhillipinesArab
@sevenfingers@steemph.antipolo@arabsteem

You received an upvote as your post was selected by the Community Support Coalition, courtesy of @sevenfingers

@arabsteem @sevenfingers @steemph.antipolo

Coin Marketplace

STEEM 0.32
TRX 0.12
JST 0.033
BTC 64647.16
ETH 3160.49
USDT 1.00
SBD 4.13