"Pikiran Atau Perasaan?"
Dalam kehidupan modern seperti sekarang ini, acapkali terdengar orang berkata: "berpikirlah, sesekali jangan hiraukan perasaan!" Padahal perasaan itu juga yang menetapkan penilaian atas segala sesuatu termasuk penilaian terhadap isi pikiran itu sendiri.
Dalam dunia pendidikan, sebuah pelajaran lebih cepat dipahami murid bila guru yang memberikan memberikan pelajaran, disenanginya. Dalam dunia pengobatan, pasien lebih cepat disembuhkan oleh dokter yang dicintainya. Dalam dunia perdagangan, bukan mahal-murah harga yang dipersoalkan, akan bagaimana cara penjual mengambil hati si pembeli.
Begitu pula orang-orang dihargai dan dihormati orang lain bukan hanya karena kecerdasaan logika saja, namun lebih karena pandai menenggang rasa dan perasaan orang lain. Maka dalam kepribadian Jawa ada istilah: tepo seliro. Harus pandai menenggang rasa, dan jangan berkata atau bertindak seenaknya!
Sebab itu pula, maka orang-orang tua kita selalu memberikan nasehat: "Hati-hatilah" Dan sering pula mereka berkata: "Pikirkanlah hal itu secara hati-hati!" Hampir tidak pernah kita mendengar nasehat: "kepala-kepalalah, kaki-kakilah atau mata-matalah!" Meskipun kaki yang pakai untuk berjalan, kepala yang akan berlaga dengan tiang, dan mata yang digunakan untuk melihat jalan. Hal ini menunjukkan bahwa hati lebih didahulukan dari kaki, kepala dan mata. Atau, kaki boleh luka, kepala boleh cedera, asal hati tidak terluka.
"Peperangan, baik perang dunia pertama maupun perang dunia kedua, pada hakikatnya bukan berpangkal dari masalah ekonomi dan politik, bukan pula karena kekacauan cara berpikir tetapi karena . . . sakit hati" kata Betrand Russel.
"Dalam pikiran manusia mungkin berbeda, dalam dunia perasaan semuanya samiwon" kata James Wilson
Maka dengan pengaulan, percakapan, diskusi dan sebagainya, yang lebih dipentingkan bukan hanya menyangkut isi pikiran, namun ada yang lebih penting yaitu perasaan.
Pikiran dna perasaan sama-sama penting.. 😁
Bepikir tanpa menyertai hati, arogansi intelektual. :D
Pikiran & perasaan harus sama-sama seimbang 😊.
Sebelum melakukan sesuatu kepada orang lain, pikirkan dulu, dan cobalah merasakan pada posisi sama. Sehingga terjadi "Tepo Seliro".
Tepat sekali dinda @ettydiallova
Dua sisi mata uang. Jika satu sisi hilang maka hilang pula nilai secara keseluruhan.
Alangkah bijak bila sebelum melakukan sesuatu arau berpikir tentang sesuatu kita taruh sebuah neraca kemudian kita letakkan pikiran/akal pada satu sisi dan perasaan/kalbu pada sisi yang lain sehingga seimbang, agar adanya sebuah keselarasan
Luar biasa tanggapannya brother. Balance
Mantap luar biasa salam sukses dari Aceh Timur dan Salam KSI Oke
Teurimong geunaseh ateuh apresiasi sesepuh KSI A.Timur.
Hati hati dalam berpikir.
Pikir pikir dalam menautkan hati.
Gak nyambung ma tulisan ya bg @munawar87 .😁
Sangat mengena bang komenk81.hehe
post yg jenius:" hati hatilh!" ya... mmg,,
klo pikiran dan cinta sudah bersatu, sejauh manapn perjalannnya akn terasa dekat,,sperti dlm postingn"
tp klo saling baku hntam antara cinta dan pikirn,
knp cinta yg mmenangkn ? sperti dlm post yg di bwah..? haaa....slm ukhwah
Berpikir dengan otak tanpa menggunakan rasa dalam hati maka sama dengnlan tidak logis. Orang yang yak menggunakan rasa, pasti ada kelainan jiwa.
Akhirnya sampailah pada sebuah kesimpulan. Muaaantapp cut kak.
Ketika pikiran dan perasaan bertolak belakang maka orang-orang menyebutnya tak bermoral dan mengarah kepada gangguan kejiwaan.