Pahala, Bakti dan Cinta

in #indonesia5 years ago (edited)


Ketika melewati sebuah jalan, suatu ketika, saya melihat spanduk dengan kata-kata yang sangat menohok, kira-kira begini: Sedekah adalah Tiket Menuju Surga. Spanduk itu dipasang oleh sebuah lembaga sosial-keagamaan yang mengumpulkan dana publik untuk disalurkan kepada orang-orang membutuhkan. Waktu kecil, saya kerap mendengar ceramah di meunasah bahwa memberi makan anak yatim pahalanya sangat besar.

Tentu saja apa yang tertulis di spanduk dan ceramah itu benar. Dalam tataran konseptual, setiap ibadah dan kebaikan akan mendapatkan pahala dari Tuhan. Pahala menjadi semacam reward yang diberikan kepada orang-orang yang berbakti kepada-Nya. Pemilik pahala, tentu saja punya tiket menuju surga. Sebaliknya, mereka yang tidak berbakti, berbuat sesuatu yang dilarang agama, ia akan mendapatkan dosa yang akan menjadi semacam tiket ke neraka.

Seorang kawan sastrawan bercerita bahwa ada seorang teman pengajiannya -- orang kaya, tentu saja -- meledek seorang marbot yang rajin salat sunat. "Meskipun ia pontang-panting salat sunat, tapi pahalanya pasti lebih banyak saya," ujarnya. "Saya cukup umrah agar mendapatkan pahala berlipat-lipat." Teman itu merespon: "Berarti nanti yang banyak masuk surga adalah orang kaya."

Memang, dengan logika semacam ini orang kaya berpotensi mendapatkan tiket lebih banyak untuk menuju surga. Orang kaya bisa berhaji berkali-kali, umroh tiap tahun, sedekah lebih banyak, menyantuni fakir miskin lebih sering, membantu orang, dan seterusnya. Lalu, orang miskin, tidak bisa berhaji, tidak bisa umrah, dan mungkin hanya bisa bersedekah dan membantu orang lain sesekali dengan nilai yang sangat terbatas.

Memakai logika itu, sudah miskin, susah pula dapat tiket menuju surga. Lengkap sudah kemiskinan dan penderitaannya. Persepsi semacam ini tentulah sangat matematis. Ini mirip menonton konser penyanyi terkenal, hanya orang punya uang yang bisa membeli tiket mahal untuk menonton. Jika tidak punya uang terpaksa gigit jari dan hanya bisa melihat orang-orang masuk ke arena konser. Syukur-syukur bisa dengar suara penyanyi di luar arena.

Modal uang memang faktor utama dalam dunia yang menerapkan hitungan matematis ini. Tapi benarkah orang kaya punya kans lebih besar untuk masuk surga? Saya tidak berani menjawab. Biarlah para ustad dan ahli agama yang memberi jawaban itu. Saya hanya ingin "mencolek" diri saya kembali kepada kesadaran: apa sih yang kita kejar dalam ibadah dan berbuat baik? Apakah hanya sekedar pahala dan tiket menuju surga?


Jika "pahala" dan "surga" yang menjadi tujuan, bagaimana jika Tuhan tidak menciptakan pahala dan surga, apakah kita akan tetap beribadah dengan tekun dan berbuat baik. Pertanyaan ini terasa konyol, namun sesungguhnya ini akan membuka jalan untuk menemukan jawaban sesungguhnya apa sih yang kita cari dalam ibadah. Pertanyaan lain: apakah kita beribadah dan berbuat baik kerena takut "ancaman" neraka?

Mari kita membayangkan seorang karyawan sebuah instansi atau perusahaan. Ia berangkat dari rumah pukul 6 pagi dan kembali tiba di rumah pukul 6 malam. Itu dilakukan terus-menerus, sepanjang hari, kecuali hari libur. Apa yang mereka cari? Pasti sebagian kita menjawab: mereka bekerja untuk mendapatkan gaji atau uang. Benar sekali.

Tapi, apakah bekerja itu melulu hanya soal uang. Ada juga sebagian orang bekerja bukan melulu urusan uang, tapi karena ia nyaman bekerja di sana, bisa menyalurkan gagasan, berekspresi, hingga merasa cocok dengan kawan-kawan kerjanya. Ia memang menerima gaji -- itu adalah keniscayaan dari sebuah pekerjaaan -- tapi yang lebih penting bagi dia adalah kenyamanan sehingga ekspresi dan gagasannya bisa tersalurkan.

Apa hubungannya dengan beribadah dan berbuat baik? Begini logikanya. Orang beribadah dan berbuat baik pastilah --- ini niscaya -- mendapat ganjaran baik dari Tuhan, yang biasa kita sebut pahala. Makin banyak berbuat baik, tentu makin banyak pula pahalanya. Tapi persoalannya, apakah beribadah dan berbuat baik semata mencari pahala? Inilah pertanyaan dasarnya. Sebab, pahala itu sudah pasti. Setiap kebaikan pastilah ganjarannya kebaikan.

Saya sebenarnya ingin segera menjawab pertanyaan ini. Namun, saya ingin mengajak kita untuk sedikit merenung: mengapa kita berbakti kepada orang tua? Mengapa kita memperlakukan orang tua kita berbeda dengan perlakuan kita terhadap orang lain -- bukankah mereka sama-sama manusia. Pastilah Anda menjawab: tentu lebih istimewa orang tua, karena merekalah yang melahirkan dan membesarkan kita.


Dengan kata lain, kita memperlakukan orang tua secara istimewa adalah bakti sepenuhnya kepada mereka tanpa berharap mereka membalasnya. Kita berbakti bukan karena mengincar warisan, agar diberi uang, bukan ingin dipuji, dan seterusnya. Kita memperlakukan kedua orang tua tanpa pretensi apa pun: murni tanda bakti dan cinta. Tulus. Iklhas. Tak berharap apa-apa, meskipun jika orang tua kita kaya pastilah nanti kebagian warisannya.

Begitu pula seharusnya hubungan kita dengan Tuhan. Ibadah dan kebaikan yang kita lakukan seharusnya bukan karena berharap pahala, tapi murni tanda bakti dan cinta kepada Sang Pencipta. Pahala adalah keniscayaan, tidak perlu dikejar. Terpenting bagaimana kita menunjukkan bakti dan cinta sepenuh hati, tulus, dan iklhas. Itulah sebaik-baiknya ibadah dan kebaikan yang kita lakukan.

Jika kita hitung-hitungan pahala, hubungan kita dengan Tuhan menjadi sangat pretentif-materialis (berharap sesuatu yakni pahala dan surga), sekaligus matematis (untung-rugi). Sehingga jika Tuhan -- misalnya, ini lagi-lagi misalnya -- tak menjanjikan pahala dan surga barangkali kita akan enggan untuk beribadah dan berbuat kebaikan. Padahal beribadah dan berbuat kebaikan adalah bukti kongkrit bakti dan cinta. Tanpa syarat!

DEPOK, 10 Februari 2019
MUSTAFA ISMAIL | IG: MOESISMAIL | @MUSISMAIL | MUSISMAIL.COM

FOTO-foto: Pixabay.com



Posted from my blog with SteemPress : http://musismail.com/pahala-bakti-dan-cinta/

Sort:  

Congratulations @musismail! You have completed the following achievement on the Steem blockchain and have been rewarded with new badge(s) :

You published a post every day of the week

Click here to view your Board
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word STOP

To support your work, I also upvoted your post!

Support SteemitBoard's project! Vote for its witness and get one more award!

Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by musismail from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.

If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.

Coin Marketplace

STEEM 0.26
TRX 0.11
JST 0.032
BTC 63617.36
ETH 3070.79
USDT 1.00
SBD 3.82