Hikmah dibalik tragedi Lion Air || The wisdom behind the Lion Air tragedy [Bilingual]

Beberapa hari yang lalu kita mendapatkan kabar duka dari sebuah kecelakaan extrem pesawat Lion Air JT 610 yang sampai saat ini bum ditemukan seutuhnya keberadaan tubuh pesawat dan semua korban yang ikut sebagai penumpang dalam tragedi tersebut.

Hal ini menyimpan duka yang teramat dalam dirasakan oleh semua pihak keluarga korban maupun seluruh masyarakat Indonesia. Tentu bukan sebuah perkara mudah untuk dapat segera mengatasi beban duka yang diciptakan oleh sebuah musibah.

Kita tidak pernah tahu kapan musibah itu terjadi. Bahkan kebanyakan tidak memiliki firasat buruk bahwa beberapa jam atau menit kedepan kita akan ditelan musibah yang membuat kita tidak mungkin kembali pulang. Bahkan dalam tragedi lewat Lion Air tersebut, seluruh penumpang dan awak pesawat tentu tidak menduga dan tidak merasakan apa-apa bahwa pesawat yang dia tumpangi akan jatuh dan pecah ditengah pedalaman laut.

Ketika tragedi itu terjadi, semua pihak melayangkan belasungkawa yang teramat dalam. Tidak hanya sipil, Presiden pun telah menyampaikan belasungkawa atas musibah besar yang menelan banyak korban itu beberapa jam setelah peristiwa tragis itu terjadi. Presiden berharap semua pihak terus bersabar dan tabah atas musibah yang terjadi ini.

Namun apakah hikmah dibalik semua ini. Tidak lama sebelum tragedi pesawat itu, Indonesia baru saja mengalami musibah yang cukup besar, gempa tsunami Donggala yang menelan banyak korban jiwa. Rasanya belum juga pemerintah berhasil mensterilkan lokasi gempa, kita dihantam kembali oleh musibah kecelakaan pesawat.

Selama kedua musibah itu terjadi semua media sosial dan pandangan semua orang tertuju kesana. Seolah semua kita telah melupakan pertikaian yang selama ini terjadi karena kisruh politik. Setiap hari, detik, bahkan menit mata kita hanya tertuju bagaimana perkembangan pencarian tubuh dan black box pesawat tersebut, yang hari ini dibiarkan telah ditemukan sebagian.

Kita lupa dengan isu hoax yang menyebar, kita lupa dengan politik adu domba tim sukses setiap kandidat. Seolah kita tidak sedang berada dalam situasi jelang pilpres. Begitulah musibah menyatukan kita. Masing-masing pihak hanya fokus pada informasi terkini tentang kecelakaan pesawat dan Donggala. Dinamika dan adu argumentasi politik seolah kita tidak pernah mengingatnya.

Begitupun dari pihak media, tidak ada berita-berita politik yang menyebalkan yang mereka tulis. Tetapi mereka juga ikut menyebarkan informasi terkini terkait kecelakaan pesawat atau musibah yang tengah dihadapkan kepada kita. Itulah setidaknya hikmah yang ada dibalik musibah. Tanpa kita sadari, musibah terkadang sebagai implementasi dari sila ke tiga pancasila.

---

---

~Translate~

A few days ago we got the sad news of an accident in the extremity of the Lion Air JT 610 plane which until now has not been found in the full existence of the body of the aircraft and all the victims who took part in the tragedy.

This saved the deepest sorrow felt by all the families of the victims and the entire Indonesian community. Certainly not an easy matter to be able to immediately overcome the burden of grief created by a disaster.

We never know when the disaster happened. In fact, most do not have a bad feeling that a few hours or minutes ahead we will be swallowed by a disaster that makes it impossible for us to return home. Even in the tragedy through the Lion Air, all passengers and crew certainly did not expect and did not feel anything that the plane he was riding would fall and break amid the inland sea.

When the tragedy happened, all parties sent deep condolences. Not only civilians, the President has also expressed condolences for the great disaster that claimed many victims several hours after the tragic event took place. The President hopes that all parties will continue to be patient and steadfast in the event.

But what is the wisdom behind all this. Not long before the plane's tragedy, Indonesia had just experienced a big disaster, the earthquake in Donggala which claimed many lives. I don't think the government has succeeded in sterilizing the location of the earthquake, we were hit again by a plane crash.

During the two disasters, all social media and the views of all people were directed there. As if all of us have forgotten the conflict that had been happening because of political chaos. Every day, seconds, even minutes our eyes are only fixed on how the development of the body's search and black box aircraft, which today has been left in part.

We forget about the issue of hoaxes that spread, we forget the politics of fighting the success teams of each candidate. As if we are not in a situation before the presidential election. That's how disaster unites us. Each party only focuses on the latest information on aircraft accidents and Donggala. Dynamics and fighting political arguments as if we never remember them.

Likewise from the media, there was no annoying political news they wrote. But they also share the latest information regarding aircraft accidents or calamities that are facing us. That is at least the wisdom behind the disaster. Without realizing it, disaster is sometimes as an implementation of the precepts of the three Pancasila.