Jelang pilpres, sebuah kondisi yang sensisitif

Ada banyak hal yang mesti diwaspadai secara totalitas oleh pihak-pihak yang bertarung di pilpres mendatang, baik oleh cawapres sendiri maupun dari pihak timses. Ini adalah sebuah kondisi yang sangat sensitif terhadap isu-isu yang akan dijadikan serangan untuk tim lawan baik dari kubu A maupun yang berasal dari kubu B.

Sensistifitas itu berasal bisa dari sikap, perkataan atau hanya sebatas statemen yang terjadi saat konferensi pers bersama media. Bagi tim lawan mungkin sudah lama mengintip kesalahan yang terjadi dari sikap atau perkataan sang lawan. Sehingga ketika salah satu lawan politik mengungkapan sebuah kekeliruan, dalam hitungan detik akan menjadi sebuah serangan yang mematikan.

Apalagi ditengah kecanggihan teknologi seperti ini, seluruh jagat raya akan mendapatkan informasi itu dalam hitungan detik. Dalam hitungan detik itu pula klarifikasi akan dibantahkan oleh tim lawan. Ini mungkin yang semestinya perlu di antisipasi oleh masing-masing pihak. Lihatlah kabar terkait hoax Ratna Sarumpaet beberapa waktu lalu. Hanya hitungan jam berita hoax yang sengaja diciptakan Ratna tersebut langsung beredar dan menandingi konsumsi publik.

Meski itu adalah sebuah kekeliruan. Namun bagi tim politik tentunya bagi siapa saja akan memanfaatkan isu tersebut untuk saling menjatuhkan. Meski itu adalah sebuah isu hoax, tetapi ketika isu itu digoreng sedemikian rupa jika itu dapat menjadi keuntungan sebuah pihak isu itu akan digunakan.

Oleh sebab itu di tahun politik ini masing-masing pihak tentunya harus bersikap elegan dan bijak dalam menyikapi sesuatu hal atau terkait isu sosial dimasyarakat. Baik saat melakukan sosialisasi terkait pilpres atau legislatif.

Agar masing-masing dapat menjaga kerukunan antar masyarakat. Tentu semua kita tidak ingin ada kegaduhan apalagi pertikaian di musim politik ini. Dan semua berharap tentu bagaimana masing-masing pihak harus mampu menjaga iklim politik yang damai dan penuh kesejukan.

---