Menyoal tranformasi relawan dalam struktur politik praktis

Apa yang tersirat dibenak anda ketika mendengar kata relawan. Tentu anda berdefinisi secara umum relawan adalah orang yang membantu seseorang yang membutuhkan bantuan tanpa pamrih. Mereka tidak butuh imbalan apapun untuk kemudian bersedia membantu seseorang yang membutuhkan bantuan, khusunya psikologis pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya.

Artinya, relawan yang saya maksud diatas tidaklah ada campur tangan kepentingan didalamnya. Misalnya relawan kemanusiaan evakuasi korban gempa. Mereka akan bekerja dengan penuh semangat hanya untuk dapat membantu korban-korban yang terkena dampak dari reruntuhan bangunan pasca gempa.

Begitu pula dengan relawan pendidikan, mereka akan menyumbangkan materi dan non materi untuk mencapai target pendidikan yang baik untuk anak bangsa. Relawan sejati tidak pernah menginginkan feedback-nya dari sesuatu yang telah diberikannya. Mereka hanya bekerja dengan penuh keikhlasan dan ketulusan.

Sementara saat ini, relawan tidak hanya mengacu pada soal bantuan kemanusiaan saja. Hampir semua kandidat pemenangan calon legislatif dan eksekutif bahkan tingkat persiden tak sungkan mengatasnamakan dirinya relawan. Meski setiap jengkal proses politik tidak luput dengan yang namanya uang.

Parahnya dibenak relawan tersebut terdapat sejumlah kepentingan pribadi dan kelompok. Ketika mereka mampu mengantarkan pasangan calon yang mereka yakini tersebut sukses menguasai parlemen. Mereka pun mengharapkan janji janji politik yang telah dibuat saat menjadi "relawan" saat itu.

Tranformasi arti relawan saya kira sangat jauh terpleset oleh kepentingan politik. Sama sekali tidak ada esensi pasti dari kata relawan yang bermain dikancah politik tersebut. Atau jangan-jangan, mengatas namakan relawan hanya untuk dapat menarik simpati masyarakat seolah gerombolan timses, yang saat ini disebut relawan pemenangan adalah pekerja dengan iklhas hati tanpa unsur kepentingan dan deal politik pribadi.