Kupu-kupu malam dan kunang-kunang di dalam toples

in #indonesia6 years ago (edited)

TADI, sekitar tiga puluh menit yang lalu saya sedang duduk di atas paviliun mendengarkan musik alam, simfoni suara jangkrik. Sesekali ada juga dengungan nyamuk-nyamuk nakal. Ada suatu hal yang sudah hilang di sini—di tempat saya, nyakni kehadiran kunang-kunang. Dulu pada yahun 1990 ketika listrik belum masuk desa dan Aceh berstatus DOM, pada malam hari banyak kunang-kunang. Saya sering menagkapnya dan lalu melepaskannya kembali. Saat itu rumah saya masih sangat sederhana(sekarang juga masih, hanya saja mirip markas Koramil), terbuat dari papan, beratapkan daun rumbia dan hanya memiliki dua kamar.

Saat itu di depan setiap rumah penduduk, Koramil menyuruh menyalakan sebuah lampu minyak tanah, supaya terang agar ruang gerak GPK menyempit. Tempat meletakkan lampu minyak tanah itu dibuat dengan bagus, seperti koyak surat yang ketika pak pos daytng dan tidak ada orang dirumah, ia akan memasukkan suratnya ke situ. Jika kita berada di perbukitan Blang Beubue, kita bisa bisa melihat api kilang gas menjilati langit Tuhan. Nenek saya(almarhumah) menyebutnya api Yahjuj wa Mahjuj, mungkin maksudnya api kapitalis. Gara-gata api kapitalis itu Lhokseumawe mendapat julukan sebagai kota petro dalar, siapa saja yang mendengatkan 'petro dollar' mungkin akan terlintas di kepalanya bahwa penduduknya makmur dan kaya-kaya dengan industri lokomotif atau perfilman. Saat itu penduduk Bulbeurgh banyak yang tidak bisa membaca, seorang hansip yang ditugaskan untuk mengantatkan surat pemanggilan mencoblos pemilu, juga tidak bisa membaca. Maka ia menandai surat itu, misalnya surat yang ditujukan untuk si polan ia simpan di saku celana kiri, untuk si polen, di celana baju kanan. Namun hansip itu selalu bisa diandalkan dan tidak pernah melakukan kekeliruan.

Dan ketika ia dapat tugas mengantarkan surat, saat itulah ia merasa hidupnya berguna. Saat itu TV hitam hitam putih mulai masuk desa, tidak semua desa, terkadang satu desa, ada satu TV. Mengandalkan batrai GPS, agar televisi menyala. Dua tahun kemudian, selepas ABRiI masuk desa, masuklah listrik ke Bulbeurgh. Setelah itu ayah(almarhum) membeli televisi berwarna 14 inch, pada malam kamis hampir satu regu ABRI datang kerumah saya untuk menonton sinetron Haryati di TVRI, mereka membawa roti militer. Setelah menonton Haryati mereka tidak pulang dulu, hingga larut malam mereka betah mendengatkan kelakar ayah saya, kebetulan ayahku mahir berbahasa Jawa. Setelah listrik dan televisi masuk desa, pelan-pelan kunang-kunang pun menghilang—saya rasa neon dan bohlam adalah kunang-kunang masa kini.

Suatu malam ketika saya masih tinggal di Banda Aceh, saat melihat kupu-kupu malam saya kembali teringat kunang-kunang. Kunang-kunang dan kupu-kupu malam sama-sama memberi kehangatan. Namun saya menyadari bahwa kupu-kupu malam yang saya temui adalah kunang-kunang di dalam toples...

Sort:  

di blogspot aku pernah membuat serial kunang-kunang, mungkin ada sekitar enam tulisan.

coba kasih tau apa judulnya, minta liknya dong, aku ingin membacanya..?

www.ihansunrise.com

Oke thank you, aku akan segera ke situ untuk membacanya..

judulnya Hikayat Kunang-kunang

Iyaaku sudah temukan, tapi Ihan...kunang-kunangku terpengaruhi oleh DadaBesar dan Pinggung lebar yang saat itu kau pinjamkan untukku :D wkkwkw

Coin Marketplace

STEEM 0.31
TRX 0.11
JST 0.035
BTC 66739.07
ETH 3228.97
USDT 1.00
SBD 4.23